14 May 2012

Sasa ke Gereja

Sebenarnya bisa sangat sederhana, tinggal tunggu saja besok, dan lalu bilang sama Ipung, kawan saya : "Pung, asli, kemarin pas gw balik, di mikrolet ada cewe miriiiip banget sama istri lo." Selesai. Tapi ternyata saya tidak bisa seperti itu, karena lihatlah, saya sekarang tengah duduk di depan layar monitor yang kosong dan minta ditulisi. Maka baiklah wahai kau layar monitor, inilah dia catatan di dalam mikrolet itu :

Lewat jendela kantor saya lihat kembali langit yang sudah gelap. Muadzin sudah tunai melaksanakan tugasnya. Artinya apa?, masa kamu tidak tahu, artinya saya harus segera turun ke musholla dan lalu pulang karena sore telah berubah menjadi malam. Tapi tunggu dulu sebentar, ini apa di saku baju?, oh sebatang a mild, bakar dululah. Dan kemudian ada hawa dingin yang dibawa angin. Angin bertiup lumayan kencang, mungkin akan segera turun hujan. Membuat saya membunuh cigarette, atau cigarette yang membunuh saya?. Tapi sudahlah, dan saya lari ke tempat mikrolet berhenti, mobil masih kosong menunggu dihamili oleh penumpang.

Saya duduk di pojok dekat pantat mobil. Ini apa sih yang saya pegang?, oh ternyata sebuah ponsel jadul. Ponsel ini terlahir jauh sebelum generasi BB merayakan berkah teknologi. Ada sebuah pesan masuk, saya balas, tapi tak terkirim, kenapa?. Saya cek pulsa, dan mesin penjawab kasih kabar : "Pulsa anda tinggal 28 rupiah, segera isi ulang pulsa anda." Jangan bersedih, besok kita beli pulsa, sekalian yang sejuta kalau ada.

Seorang penumpang masuk, dan wangi. Oh woman. Aroma wangi permen menampar hidung dan lalu berlari ke otak, dan otak menyuruh mata untuk bergerak, "Hei bung mata, lihatlah itu, woman bung!!." Sepertinya saya kenal, oh iya, dia kan Sasa, istrinya kawan saya. Tapi kok dia seperti ga kenal sama saya?. Tapi lihat; mukanya, rambutnya, dan apanya sih itu yang berwarna hitam sering nempel di muka?, oh iya, tahi lalatnya pun mirip. Saya perhatikan, dia melihat, beradu pandangan, tapi tetap saja dia seperti tak kenal.

Dan satu persatu penumpang masuk, mobil hampir penuh. Dan saya masih penasaran sama perempuan itu. Sombong sekali Sasa ini, sudah kenal tapi di mikrolet tak mau menyapa. Saya kumpulkan keberanian untuk menyapanya duluan. Saya bergeser, mendekat ke arahnya, ketika tiba-tiba ada suara ponsel berbunyi, bunyinya bagus, pasti ponsel mahal dan baru, tidak seperti ponsel saya. Perempuan yang saya yakini Sasa menggerakkan tangan ke dalam tas, lalu mengambil ponsel yang berbunyi itu, "Halo...iya, ini lagi di angkot, iya ke gereja, mau latihan." Klik. Ponsel mati. Dan mobil mulai laju.Saya salah. Dia bukan Sasa.

Dan begitu banyak kemiripan antara satu orang dengan yang lainnya. Tapi mereka tidak pernah benar-benar sama. Pasti Tuhan tahu, bahkan Maha Tahu, bahwa perbedaan adalah sesuatu yang disukai oleh manusia. [ ]

19 April 2011

No comments: