tag:blogger.com,1999:blog-81220634235867136772024-03-12T23:48:59.801-07:00Wangi Hujansebelum cuaca menua dan isyarat tak lagi terbacaIrfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.comBlogger686125tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-57517519271772051272024-03-12T23:43:00.000-07:002024-03-12T23:48:26.401-07:00Jampangkulon – Masjid Agung<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjwpDKBQTmsdqpAKculcTCc8IDtDaBOYmVwLt9lPsGKImjnQ-t97whodD7m6GvSTWQaKqRg5XWLqpXzLN7ug-HFaTpT1PQkgURHJecVCIbgmnZUm0ETmgOx5maVuhkWmXGVE-T7g9lSUxvWDsE9W0fBj3cstwa9bDJpd_pHfhAwSo_7JUXc3ygMYqyyVVI" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="500" data-original-width="1500" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjwpDKBQTmsdqpAKculcTCc8IDtDaBOYmVwLt9lPsGKImjnQ-t97whodD7m6GvSTWQaKqRg5XWLqpXzLN7ug-HFaTpT1PQkgURHJecVCIbgmnZUm0ETmgOx5maVuhkWmXGVE-T7g9lSUxvWDsE9W0fBj3cstwa9bDJpd_pHfhAwSo_7JUXc3ygMYqyyVVI=w400-h134" width="400" /></a></div><br /><br /></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Kabar terbaru dari teman-teman di
kampung, sekarang Masjid Agung tak begitu makmur seperti dulu. Musababnya,
sekarang ada dua masjid lain yang rutin menggelar salat lima waktu.</span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Pertama, masjid di pesantren yang
dikelola Ajat di Gemarasa. Kedua, masjid di pesantren Umar di Panglayungan (Pasirpogor),
atau mungkin lebih tepatnya di kompleks Yayasan Pendidikan Nida Bahari.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dulu, setidaknya sejak saya ingat
(kira-kira tahun 1988) sampai mulai merantau pada 1998, dua wilayah ini semua
warganya salat lima waktu di Masjid Agung, termasuk salat Jumat dan
taraweh—kecuali sebagian ibu-ibu yang salat taraweh di Masjid Nurul Huda atau
masjid Pak Deden Daenuri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tahun 1986, berdasarkan catatan pada
plakat, Masjid Agung Jampangkulon diresmikan oleh Bupati Sukabumi ke-13, Drs.
H. Ragam Santika. Bangunannya megah, ditopang enam pilar kokoh di dalam dengan
diameter kira-kira 1,5 meter. Pilar-pilar ini menjadi tempat favorit para orang
tua untuk bersandar saat mendengarkan ceramah Kuliah Subuh. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di bagian depan, sisi sebelah kanan,
terdapat menara yang menjulang, yang ujungnya dihiasi kubah bawang. Menara ini
seluruhnya terbuat dari tembok, termasuk kubah. Di bagian bawah menara,
terdapat empat “kaki” yang masing-masing membentuk sudut, tempat bermain
anak-anak di waktu petang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Masjid ini tak punya nama, maksudnya
tak seperti masjid-masjid lain yang sering diberi nama Al-Ikhlas, An-Nuur,
At-Taubah, Al-Muhajirin, Al-Furqon, dll, tapi cukup diberi nama Masjid Agung
Jampangkulon.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tembok masjid, termasuk menara,
secara umum berwarna putih sedikit gading. Sementara jendela dan pintu berwarna
merah bata. Dinding bagian dalam hampir sepenuhnya dihiasi kaligrafi Al Qur’an
beserta terjemahnya yang terbuat dari karpet hijau beralas triplek putih. Salah
satu ayat yang dibuat kaligrafi itu adalah Surat An Nisa ayat 103:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Innaṣ-ṣalāta kānat 'alal-mu`minīna kitābam mauqụtā.<o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Sungguh, salat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sekeliling masjid dipagar tembok
berhias bata-bata bolong bermotif. Atasnya dipasang besi runcing mirip mata
trisula. Pengecualian di sisi utara yang sebetulnya menjadi pagar Kantor Urusan
Agama (KUA), di atas pagar dipasang paku besar dengan mata paku menghadap ke
atas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tak seperti pintu dalam yang ada tiga
(depan, kiri, kanan), pintu luar hanya ada dua, yaitu depan dan samping kanan
(selatan). Di samping utara dibatasi KUA dan tanahnya tinggi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tempat wudhu berada di sisi utara
bagian belakang, bersebelahan dengan KUA. Mula-mula, tempat wudhu ini hanya
petak-petak tembok sedada yang dipasangi beberapa keran. Setelah dipugar, jadi
bangunan tertutup yang dalamnya dibagi dua, tapi semuanya untuk wudhu. Lalu
dipugar lagi jadi terbuka, hanya toiletnya yang tertutup dan tempat kecingnya
dibatasi pintu koboi. Sementara tempat wudhunya dilengkapi tempat duduk yang
dilapisi keramik putih. Secara umum lebih terang dan bersih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Namun usia tempat wudhu terbaru itu
tidak lama. Masjid Agung yang diresmikan pada 1986 tersebut dirobohkan dan
diganti pada 1996 oleh masjid baru yang dibikin Yayasan Amalbakti Muslim
Pancasila (YAMP) milik Soeharto. Artinya masjid yang diresmikan Drs. H. Ragam
Santika hanya berusia 10 tahun, singkat sekali.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sebelum masjid berganti, beduk dan
kohkol berada di samping tempat wudhu, persis di depan pintu menuju ruangan
takmir. Diameter beduk yang terbuat dari kulit sapi sekitar 1,5 meter. Seingat
saya, beduk tak dipukul lima kali dalam hari, tapi hanya digunakan untuk
ngadulag saat bulan puasa dan menjelang Lebaran. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Entah kenapa mereka yang jago
ngadulag hanya orang-orang Gemarasa seperti Mang Dadun, Udan, Yadi (Ebod),
Hendra, Dede Hendi (Ebod), dll. Secara kebetulan mereka semaunya bertentangga
dan bersaudara. Ajaib. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di bagian belakang masjid, tepatnya
di kiri dan kanan mimbar, terdapat dua ruangan yang lumayan luas. Ruangan di
sisi utara adalah tempat takmir azan, juga terdapat lemari kaca tempat
menyimpan beberapa Al Qur’an. Kami, anak-anak kecil biasanya pupujian
(puji-pujian) di ruangan ini. Tapi seingat saya, pupujian hanya terjadi di era
Aki Eman Selaeman (kakeknya Roni). Sementara di zaman Mang Rohman dan Mang Aang
pupujian tidak ada atau mungkin jarang. Pupujian andalan adalah “Eling-Eling
Umat”.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sementara ruangan di sisi selatan
mimbar adalah tempat untuk menyimpan pasaran (keranda) dan tempat pemandian
jenazah. Ruangan ini tentu saja tempat yang paling dihindari anak-anak kecil.
Apalagi sering tersiar cerita tentang bunyi-bunyi keras pada malam hari di
ruangan ini. Cerita tersebut biasanya bermula dari Ceu Titi, warga yang rumahnya
persis di belakang masjid.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di masing-masing ruangan terdapat
pintu yang dilengkapi kotak kaca yang menghadap ke ruangan utama masjid. Jika
anak-anak ribut atau berlari-larian di dalam masjid, maka Mang Rohman akan
mengintipnya dari ruangan takmir lewat kotak kaca di pintu itu.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Lantai masjid terbuat dari tegel
berwarna kelabu. Bagian serambi atau teras tampak mengkilat hitam karena sering
diinjak jamaah. Sementara bagian dalam hanya sebagian, karena sisanya ditutupi
karpet panjang berwarna hijau.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tak seperti masjid pada umumnya yang
seluruhnya dikelilingi teras, Masjid Agung hanya bagian tengah depan saja.
Sisanya bukan teras, karena posisinya lebih rendah dan bukan batas suci. Jadi
hanya ubin biasa tempat menyimpan sandal.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Saat Masjid Agung masih berdiri
ataupun ketika dirobohkan, lazimnya anak kampung dengan ekonomi pas-pasan, saya
tak punya kamera untuk mengabadikan semuanya. Sebuah riwayat telah berakhir.</span></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Masjid Besar Mihrobul Muslimin<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Menjelang kejatuhan Soeharto, Golkar
tetap kuat di Wilayah Enam Jampangkulon yang meliputi Jampangkulon, Surade,
Kalibunder, Ciracap, Ciemas, dan Lengkong—setelah pemekaran, wilayah ini
menjadi sembilan kecamatan, ditambah Waluran, Cibitung, dan Cimanggu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Barangkali atas dasar itu, YAMP mau
membikin masjid di Jampangkulon. Saat itu kondisi Masjdi Agung lama masih baik,
hanya saja atap bagian depan sedikit terlihat cekung ke bawah, seperti mau
ambrol. Sisanya masih baik, bahkan seperti saya sebutkan di atas, tempat wudhunya
masih sangat baru. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ketika masjid lama diruntuhkan dan
masjid baru masih dibangun, tempat ngaji anak-anak pindah ke Pesantren Nurul
Huda milik Pak Deden Daenuri. Kami mengaji di lantai dua bagian depan yang
menghadap jalan raya. Namun lama-kelamaan Pak Haji Mahmudin atau Pak Amud (guru
mengaji kami) menggeser temat ngaji ke rumahnya di sebelah Kantor PLN yang
berisik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Waktu itu listrik di Jampangkulon yang
bertenaga diesel belum menyala siang malam. Listrik hanya menyala dari setengah
enam sore sampai setengah enam pagi. Maka dulu jika mau membubarkan anak-anak
yang sedang bermain sepak bola, orang tua bisanya berteriak, “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Geura bubar, listrik geus hurung</i>”
(Segera bubar, listrik sudah menyala).<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEibIycBbVnNAHkcBJmiAiJvIyHzrwQDPGXdFyf4e6hO_ZBIlhiV7EQwwGljnNO_sSqZTkI4K5M9ehKDugQQj3_-S1hbrHq1pN2LdExNfiHW8V3hyH8MbIOHtvOR7BIcAXDVSQA4Tgm2JSJ9IP2sLZg70oE352dvgdzQn4ASVSFhV9bZfUNJbEWn9PXTJLw" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="510" data-original-width="680" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEibIycBbVnNAHkcBJmiAiJvIyHzrwQDPGXdFyf4e6hO_ZBIlhiV7EQwwGljnNO_sSqZTkI4K5M9ehKDugQQj3_-S1hbrHq1pN2LdExNfiHW8V3hyH8MbIOHtvOR7BIcAXDVSQA4Tgm2JSJ9IP2sLZg70oE352dvgdzQn4ASVSFhV9bZfUNJbEWn9PXTJLw=w400-h300" width="400" /></a></span></div><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /><span style="font-size: 14pt;">Sumber berisik tentu saja dari mesin
diesel. Tapi itu tak menyurutkan kami untuk mengaji. Yang paling diingat,
selepas Subuh yang dingin, kami tetap mendatangi rumah guru untuk mengaji kitab
Ta’lim Muta’allim, Tijan, Safinah, dan Jurumiyyah.</span><span style="font-size: 14pt; mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-size: 14pt; mso-spacerun: yes;"> </span></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Saya tak ingat terlalu pasti, berapa
lama waktu yang dihabiskan untuk pembangunan masjid baru, yang jelas dua tahun
sejak pembangunan dimulai saya mulai merantau untuk sekolah di Kota Sukabumi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Belakangan, setelah masjid baru
selesai dibangun, pemerintah membuat klasifikasi tipe-tipe masjid. Jika dulu di
tingkat kecamatan disebutnya Masjid Agung, maka sekarang menjadi Masjid Besar. Demikianlah,
masjid Jampangkulon berubah namanya menjadi Masjid Besar. Lalu DKM-nya menambah
nama baru, yakni Mihrobul Muslimin. Maka nama lengkapnya menjadi Masjid Besar
Mihrobul Muslimin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Masjid baru ini tak punya pilar di
bagian dalam, tapi ada di bagian luar yang berjejer. Teras terdapat di bagian
depan, kiri, dan kanan. Seluruh lantai terbuat dari keramik putih. Tempat wudhu
ada dua, di sisi utara dan selatan, masing-masing dilengkapi dengan toilet. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Semua Masjid YAMP terinspirasi dari
Masjid Demak. Tak ada kubah bawang, tapi atap berumpak yang di ujungnya
terdapat lafaz “Allah”. Sekilas mengingatkan pada ungkapan orang Sunda dulu
terhadap masjid, yaitu Bale Nyungcung, karena ujung atapnya runcing.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sekarang beduk dan kohkol di masjid
tak terlalu besar dan biasanya ditempatkan di teras utara atau selatan. Jadi
anak-anak tak perlu lagi ke belakang jika hendak ngadulag. Pelataran masjid
ditutupi paving blok dan ditanami beberapa pohon berdaun rindang. Pagarnya terbuat
dari besi dan tembok. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kini KUA sudah pindah ke bekas Kantor
BRI Jampangkulon di sebelah utara Masjid Besar yang letak tanahnya agak tinggi.
Meski bergeser, tapi masih tetap berdekatan. Orang-orang yang menikah di KUA
masih mudah menjangkau masjid jika hendak salat berjamaah dengan pasangan
barunya yang sudah sah. [ ] <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><br /></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-23800544253231516882024-03-10T07:15:00.000-07:002024-03-10T07:22:04.159-07:00Jampangkulon – Mukadimah<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhdoQZ4qDaZ5_6kyJA9SCkJiB6LRJ1GaUnXbkDbBWgqWrdAzBvk_6NcWm8TTcRaT7gARFtzY2t-VHuZzRstT0ZSSz1jBZe8n1B2IgsUcPgjLL8JbQN-_HMR_J08VxqvkuN4bAO6-hMRqfKLLrM7_hMERQhVInMOSaV9SgRU8VWGRBRN7nrFiUD_kaaraN0" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="510" data-original-width="680" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhdoQZ4qDaZ5_6kyJA9SCkJiB6LRJ1GaUnXbkDbBWgqWrdAzBvk_6NcWm8TTcRaT7gARFtzY2t-VHuZzRstT0ZSSz1jBZe8n1B2IgsUcPgjLL8JbQN-_HMR_J08VxqvkuN4bAO6-hMRqfKLLrM7_hMERQhVInMOSaV9SgRU8VWGRBRN7nrFiUD_kaaraN0=w400-h300" width="400" /></a></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Dalam beberapa tahun ini, status
rumah di kampung hendak dijual, tapi sampai sekarang belum juga laku. Seperti
dialami banyak keluarga lain, menjual peninggalan orang tua yang paling subur dijejaki
dan dirimbuni kenangan sering kali bukan dorongan ekonomi, melainkan kehidupan
yang sudah berlain-lainan.</span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dalam keluarga guru seperti kami,
mesti terseok-seok soal biaya, merantau untuk sekolah hampir niscaya. Dan
sebagaimana diramalkan, jalan sekolah adalah juga jalan untuk tak pernah benar-benar
kembali ke kampung halaman.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Maka begitulah akhirnya. Orang tua
pergi satu-persatu, juga saudara. Yang masih diberi hayat, satu-persatu membangun
keluarga, menjalani hari-hari di rumah, alamat, masalah, dan kesibukan masing-masing.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Rumah masa kecil dan remaja akhirnya
kosong, berdebu, mulai keropos, dan sunyi. Siapapun, barangkali, dalam situasi
seperti ini, akan muncul tarik-menarik antara kewajiban pembagian harta waris
dan kenangan yang mengentak-entak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Saya mulai meninggalkan rumah untuk
sekolah di kota lain saat Jakarta mendidih. Pak Tua sudah tak dapat dukungan.
Mahasiswa bergolak di jalanan. Kerusuhan membara. Reformasi pecah. Kadang saya
lupa, mulai kapan saya merantau, padahal tinggal ingat saja 1998: persalinan bayi
harapan yang 32 tahun sebelumnya diredam Orde Baru.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Masa-masa muda, maksudnya usia 20-an
dan 30-an telah lewat beberapa tahun. Lingkar pertemanan kian mengecil. Kesibukan
makin mengimpit. Waktu bergerak begitu cepat di linikala media sosial, juga
pada keseharian. Buku menumpuk, terus dibeli, sementara membaca sudah amat
jarang. Menulis? Setali tiga uang, blog hampir disinggahi laba-laba.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dua hari lagi Ramadan tiba. Seperti
tahun-tahun sebelumnya, bulan ini selalu menarik-narik ingatan ke masa kecil,
padahal saya tahu jarak dan waktu sudah begitu berkhianat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Empat hari ini kerja libur. Dorongan
menulis muncul lagi. Saya tahu konsistensi adalah barang mahal, tapi
mulai jua mencatat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jika suatu hari nanti rumah di kampung akhirnya
terjual, kesedihan itu masih bersisa. Hati yang rawan sesekali pasti akan
datang. Bagaimanapun, orang tak bisa dicerabut dari akarnya. Tempat masa kecil
dan remaja akan selalu menjadi negeri dongeng. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Meminjam dari Aan Mansyur, pada
akhirnya, “kenangan adalah satu-satunya masa depan yang tersisa”. [ ]</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-26365461888583196602023-11-24T22:23:00.000-08:002023-11-24T22:50:45.743-08:00Leila Khaled dalam Linimasa Gerakan Perlawanan Palestina <p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhwYB4qDa52wZtRWKzsUgrKsxiaqa2UOJwsF1AjA2TR7mnDIrXqkjCJ2-wV3JHb5o1LHTL4pvRQlak5CbMOYkXV48u524FId3kgNKOa9QOu-w8skZKTk7kqeIjCevrHk3TGPTOYR1f2ThwUpycU0jN3gGc6jDv1aWVD3aqMuDpJmzjL5fpsTi5437k_lTU" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><img alt="" data-original-height="434" data-original-width="300" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhwYB4qDa52wZtRWKzsUgrKsxiaqa2UOJwsF1AjA2TR7mnDIrXqkjCJ2-wV3JHb5o1LHTL4pvRQlak5CbMOYkXV48u524FId3kgNKOa9QOu-w8skZKTk7kqeIjCevrHk3TGPTOYR1f2ThwUpycU0jN3gGc6jDv1aWVD3aqMuDpJmzjL5fpsTi5437k_lTU=w221-h320" width="221" /></span></a></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Perhatian dunia tersedot ke Palestina, khususnya Jalur Gaza, sejak Hamas dan gerakan perlawanan lainnya melakukan serbuan ke permukiman Israel pada 7 Oktober 2023. </span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Serangan ini adalah respons terhadap sejumlah penangkapan dan penganiayaan yang dialami warga Palestina di Tepi Barat. Namun secara umum ini adalah akumulasi perlawanan terhadap penjajahan Israel yang telah berjalan 75 tahun sejak Nakba 1948.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Beberapa faksi pergerakan terlibat dalam serbuan bertajuk Taufan Al-Aqsa. Ini bisa diidentifikasi dari sejumlah video dan foto yang beredar di linimasa. Selain Brigade Al Qassam yang merupakan sayap militer Hamas, turut pula Brigade Saraya Al Quds (Jihad Islam Palestina) dan Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP).</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Keberadaan mereka bisa diidentifikasi dari warna ikat kepala. Hijau milik Hamas, hitam milik Jihad Islam, dan merah PFLP. Sementara Brigade Syuhada Al Aqsa yang merupakan sayap militer Fatah biasanya memakai ikat kepala berwarna kuning. Namun dalam beberapa <i>footage</i> ikat kepala warna ini tak pernah terlihat. Barangkali mereka hanya bergerak di Tepi Barat dan sekitarnya. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Leila Khaled, tokoh yang ditulis Sarah Irving dalam buku ini berasal dari PFLP (Popular Front for the Liberation of Palestine) yang berhaluan Marxis-Leninis. Ia pernah terlibat dalam pembajakan pesawat secara beruntun pada 1969 dan 1970. Aksi yang ia lakukan pada usia pertengahan 20 tahunan ini berhasil menarik perhatian dunia.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dalam linikala perlawanan Palestina terhadap Israel yang anggap saja dimulai sejak 1948, gerakan berideologi nasionalis, sekuler, dan komunis lebih dulu muncul daripada kelompok islamis. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Bersama Fatah, PFLP pernah bergabung dengan PLO (Palestine Liberation Organisation). Namun saat Yasser Arafat (pemimpin PLO) memutuskan untuk menempuh jalan diplomasi (selain militer), PFLP yang kala itu dipimpin George Habash akhirnya keluar. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Baru pada tahun 1980-an kelompok islamis dibentuk. Jihad Islam berdiri pada 1981. Sedangkan Hamas didirikan pada 1987 berbarengan dengan Intifada I. Kedua kelompok inilah yang kiwari paling kuat dan paling banyak terlibat dalam pertempuran di front Gaza.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Kisah Leila Khaled jadi menonjol pada zamannya, selain karena memang berani dan nekat, juga ternyata pola pemberitaan terhadap perempuan tak ubahnya apa yang terjadi hari-hari ini di sejumlah media daring.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Leila Khaled disebut sebagai kembaran Audrey Hepburn--model terkenal kala itu. Ia disebut sebagai pemberontak muda, menawan, dan lantang. Apalagi saat ia tampil di <i>Reuters</i> dengan memeluk senapan Kalashnikov di depan sebuah pesawat yang segera menjadi foto ikonik. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Penyebutan dia sebagai kembaran Audrey Hepburn, singkatnya pembajak pesawat nan cantik, tak ubahnya dengan penyebutan tukang jamu cantik, tukang gorengan seksi, dan sejenisnya, yang muncul setelah gambar dan videonya berseliweran alias viral.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dan selayaknya Che Guevara, sosok perlawanan Leila Khaled juga akhirnya terjebak dalam dua garis yang saling tarik-menarik: teladan dan selebritis.<span> Ini sangat disadari oleh </span>Sarah Irving yang menuliskannya di pengujung lembar Pendahuluan:</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="line-height: 107%;">“Bagaimanapun,
untuk banyak orang, Leila Khaled tetaplah figur yang menawan, memukau, dan
mengundang inspirasi. Dalam dunia yang dijejali reality show televisi,
X-Factor, dan American Idol, hal ini mendatangkan tantangan tersendiri. </span>Bagaimana
merayakan seseorang yang karismatik dan istimewa seraya menghindar dari kultus
selebritis?" </span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Jika ditarik pada konteks Gaza ini, sosok Leila Khaled bisa menawarkan sejumlah pertanyaan kritis tentang keterlibatan perempuan dalam gerakan perlawanan Palestina yang kiwari terkesan amat maskulin--meskipun pada pertukaran tawanan tanggal 24 November 2023 tampak seorang pejuang perempuan dari Brigade Al Qassam.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Di luar hal itu, pada akhirnya buku ini, sebagaimana ditulis Irving, "Mencoba untuk menapaki garis batas yang tipis itu (antara dewa/malaikat dan manusia/orang yang terikat pada ruang
dan waktu),” pungkasnya. [irf]</span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-779197267799017692023-10-30T02:06:00.003-07:002023-11-13T22:20:02.021-08:001970, Kekerasan di Tengah Riuh Piala Dunia<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhkWl29MtXAwdRyvrBDJIRezIMIbiNsbAzwu7VqtC9-Q85SlC3deKh79UQk6AaBpiQmtgGb4CxPu8ZYjwz5wPFlPkcRIfk4D7k9qd1af7TSbBfxiqWLQDgEf9VoBl0ID182idUhPcjF5JuHUsQZAsnXd3nsjOnMpWcDWpjKlRQ5WLqP6GLcZFtL2GQNRSc" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="2397" data-original-width="1657" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhkWl29MtXAwdRyvrBDJIRezIMIbiNsbAzwu7VqtC9-Q85SlC3deKh79UQk6AaBpiQmtgGb4CxPu8ZYjwz5wPFlPkcRIfk4D7k9qd1af7TSbBfxiqWLQDgEf9VoBl0ID182idUhPcjF5JuHUsQZAsnXd3nsjOnMpWcDWpjKlRQ5WLqP6GLcZFtL2GQNRSc=w222-h320" width="222" /></a></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Seorang ibu berusia 60 tahun mendatangi kantor polisi. Ia melaporkan bahwa anaknya hilang. </span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Raul dos Santos Figuera namanya. Anak itu berusia 25 tahun. Pegawai bank yang hidupnya monoton. Kantor-rumah, rumah-kantor. Sesekali pergi ke bioskop, restoran, dan rumah pacarnya, Sonia, yang akhirnya meninggalkannya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Saya bahkan menelepon kamar mayat. Bapak bisa bayangkan keputusasaan seorang ibu mencapai titik ini..", ucapnya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Polisi tak berbuat banyak. Si ibu lalu mendatangi ruang redaksi sebuah kantor media. Dia tiba pukul tujuh pagi, namun awak redaksi baru pada datang pukul sembilan lebih. Dia harus menunggu. Mau beli makan, tak berminat. </span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Esoknya, sepotong berita kecil muncul di koran, </span><span style="font-family: georgia;">di sudut halaman polisi, dengan foto yang sangat kecil. Potret Raul sedikit buram dan kecil.</span></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Bagaimana orang bisa tahu ini Raul? Saya berharap begitu besar untuk berita ini, Anda tidak bisa bayangkan! Dan sekarang harapan itu kandas jadi seukuran foto ini," keluhnya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Tak patah arang, sang ibu lalu menemui pemuka agama. Berharap anaknya yang hilang diumumkan pada khotbah-khotbah gereja. </span></p><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Kalau sekadar mendoakan saya dan anak saya, saya berterima kasih. Tapi jika bisa lebih, maka saya bahkan tidak sanggup berterima kasih," ungkapnya. </span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">***</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Setelah kepergian pacarnya, Raul hanya ingin menghabiskan waktu di luar, nonton di bioskop, dan pulangnya minum bir sampai pagi di sebuah bar. Petaka datang, saat berjalan menuju bioskop, dia diculik aparat dan digelandang ke sebuah tempat penyiksaan.</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Tuduhannya serius: terlibat dalam upaya penculikan Konsul AS. Lebih jauh, dia dituding anggota </span><span style="font-family: georgia;">Vanguarda Popular Revolucionaria. Garda Depan Revolusi Rakyat--organisasi komunis yang diburu pemerintah diktator Brazil.</span><span style="font-family: georgia;"> </span></span></div><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Raul diculik pada 12 Juni 1970, dan dibebaskan sembilan hari kemudian bertepatan dengan final Piala Dunia yang mempertemukan Brazil vs Italia.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Penyiksaan begitu gamblang. Meremukkan mentalnya. Ngilu di sekujur badan. Palang Burung (<i>pau de arara</i>) menjadi metode penyiksaan yang mengerikan. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dalam jeda penyiksaan, Raul kerap bergumam:</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Berapa banyak lagi yang seperti aku, tanpa tujuan, tanpa harapan, sementara orang-orang biasa di jalanan menutup mata dan tak peduli. Mereka belanja, pergi kerja, baca koran, tertawa, dan bersorak untuk tim mereka, berdoa, dan anjing-anjing yang lewat di jalan penuh tipu-tipu ini, tak sadar akan teriakan-teriakan yang terlontar di ruang bawah tanah terdekat? Sebuah hidup yang tenang, tapi siapa sangka?"</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Setelah melewati sembilan hari yang meneror jiwa raganya, Raul dibebaskan. Aparat sadar mereka salah tangkap.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sebelum pulang ke rumah, Raul mampir ke sebuah kedai untuk makan dan minum bir. Saat itu final Piala Dunia 1970 tengah digelar. Lewat televisi hitam putih, orang-orang bersorak dan berteriak, merayakan piala ketiga baagi Brazil. Sementara Raul telah kehilangan minat pada sepak bola.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">***</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><i>1970</i> (2023) yang ditulis Henrique Schneider dan diterjemahkan oleh Gladhys Elliona, memotret satu masa kelam dalam sejarah Brazil kala pemerintahan dijalankan oleh diktator militer yang bertahan hingga 21 tahun--berakhir tahun 1985.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Hajatan akbar sepak bola menyamarkan, bahkan menutupi kegilaan junta militer. Luka menganga dan darah mengalir di balik riuh dan gemuruh.</span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Kisah ini mengingatkan pada peristiwa serupa yang terjadi di Argentina menjelang dan selama Piala Dunia 1978. Diktator militer (Jorge Rafael Videla)</span><span style="font-family: georgia;"> yang mengudeta Isabel Peron melakukan serangkaian kekerasan kepada para aktivis, mahasiswa, dan orang-orang yang dianggap lawan politiknya.</span></span></p><h1 class="firstHeading mw-first-heading" id="firstHeading" style="background-color: white; border: 0px; flex-grow: 1; line-height: 1.375; margin: 0px; overflow-wrap: break-word; overflow: hidden; padding: 0px;"><span style="font-size: medium;"><span style="background-color: transparent; font-family: georgia; font-weight: normal;">Film <i>Buenos Aires 1977</i> (2006) mengisahkan dengan jelas bagaimana kekerasan demi kekerasan yang dilakukan negara terjadi di sekitar perhelatan akbar olahraga. Ada tragedi di balik </span><span style="font-family: georgia;"><span style="font-weight: 400;">gegap gempita. </span></span></span></h1><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dalam lanskap yang lebih luas, Asian Games 1962 juga berdampak pada masyarakat. Ribuan warga Betawi tergusur dari kampung halamannya demi pembangunan Gelora Bung Karno.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dalam serial <i>Si Doel Anak Sekolahan</i>, saat Doel lulus sebagai insinyur, bapaknya membawanya ke lokasi <a href="https://tirto.id/penggusuran-kampung-untuk-asian-games-1962-cSDZ" target="_blank">bekas leluhurnya di Senayan</a>. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Gue cuman mau ngajak elu biar elu tahu bahwa di sini bekas tanah leluhur elu," ujarnya. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">***</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Novel <i>1970 </i>(2023) pada akhirnya berusaha membantah omongan Alfredo Buzaid (Menteri Kehakiman Brasil 1969-1974) yang berkata, "Tidak ada penyiksaan di Brasil." [irf]</span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-57695516322246309872023-06-03T22:19:00.003-07:002023-06-03T22:19:37.365-07:00Ia yang Selalu Menuju Ibu<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg5QNFuwTkA76JpnzcDZ2bmmehewzzLm70UGgSWXbu831gPZ3m0ViGeM58LItvoojHOdKP3RgqQa5cwyug_-vxqeIra_JL9OxA8cnU3sfrxvnTYetJUawJ-C-PiWVyyDdFHKJNn1tzXjDrf4_Dql1xPwJ74nvvNapNPVU6KxNzG00g47CkCVIfIWPr/s1200/lovepik-warm-mother-and-daughter-png-image_401143407_wh1200.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg5QNFuwTkA76JpnzcDZ2bmmehewzzLm70UGgSWXbu831gPZ3m0ViGeM58LItvoojHOdKP3RgqQa5cwyug_-vxqeIra_JL9OxA8cnU3sfrxvnTYetJUawJ-C-PiWVyyDdFHKJNn1tzXjDrf4_Dql1xPwJ74nvvNapNPVU6KxNzG00g47CkCVIfIWPr/w400-h266/lovepik-warm-mother-and-daughter-png-image_401143407_wh1200.png" width="400" /></a></div><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><p>Setelah mendapat imunisasi Hepatitis B dan Polio, Daria mesti diberi PIN Polio--imunisasi tambahan polio kepada balita tanpa memandang status imunisasi polio sebelumnya. Tempatnya di sebuah puskesmas yang tidak terlalu jauh dari rumah, tapi harus ditempuh dengan motor.</p></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Saya tentu saja khawatir, pasalnya puskesmas tersebut tak jauh dari pasar yang panas dan berdebu, beberapa ruas jalan berlubang, dan mesti melewati jembatan Ci Tarum yang sebagian telah rusak. Apalagi jadwal imunisasinya sekitar pukul 10 pagi, saat matahari mulai terik.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Mula-mula saya berpikir untuk memakai gocar, tapi istri menolak. Katanya terlalu dekat. Maka kami pun berangkat dengan motor. Daria dilindungi sedemikian rupa. Saat berangkat dia tertidur, dan memang kebiasaannya tak pernah terganggu oleh rupa-rupa suara yang cukup keras, kecuali suara batuk bapaknya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Tiba di puskesmas, dia masih tertidur, termasuk saat PIN Polio diteteskan bidan ke mulutnya. Tak lama, kami pun pulang. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Beberapa hari kemudian, ibunya hendak kontrol bekas SC ke sebuah klinik dekat kampus swasta. Karena cukup jauh dan kami hendak naik motor, maka Daria tak akan kami bawa, dititipkan ke neneknya yang kebetulan ada di rumah. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Beberapa saat sebelum berangkat, Daria tak mau tidur, dia seperti tahu kami akan meninggalkannya. Matanya segar, padahal semalam kurang tidur. Barulah pada detik-detik akhir, dia akhirnya tertidur. Kami pun akhirnya berangkat.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Karena antrean cukup panjang, maka perkiraan kami meleset. Kami kira di klinik akan sebentar, nyatanya cukup lama. Bahkan sebelum antrean giliran kami, neneknya menelpon: Daria terbangaun dan tak mau berhenti menangis. Kami pun cepat pulang dan melupakan antrean.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Tapi saat motor sampai di pekarangan, tangis Daria berhenti. Neneknya bingung, karena tadi sebelum kami datang dia nangis terus-menerus.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Waktu terdengar suara motor masuk pekarangan, dia tiba-tiba berhenti (nangis), heran aku," ucapnya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Siang ba'da Zuhur, kami akhirnya memutuskan membawa serta Daria ke klinik. Selama mengantre kembali dan ibunya masuk ke ruangan dokter, Daria sama sekali tak rewel, dia lelap tertidur, bahkan setelah sampai kembali ke rumah.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Hari ini, pada jam-jam yang sama seperti saat kami hendak pergi ke klinik, dia malah tertidur lelap. Lagi-lagi seperti yang tahu bahwa orang tuanya, terutama ibunya, tak akan pergi ke mana-mana.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Apakah ini disebut naluri? </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Saya teringat sebuah keterangan dari Quraish Shihab saat bulan Ramadan yang diputar Metro TV di waktu sahur. Menurutnya, kata "ummi" (ibu) berakar dari kata "umm" yang salah satu artinya adalah "bermaksud", "menuju", "bergerak". Maka seorang anak akan selalu menuju atau terikat kepada ibunya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Barangkali itulah yang terjadi. [ ]</span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-56942049308104270222023-06-02T19:31:00.004-07:002023-06-02T19:41:32.186-07:00Daria Terbangun, Saya Memanggil A.T. Mahmud<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2KkoD7wSJxDnocYRIJG5Gu5UgpxJbnQK1k-YUE1dwgeMzyLk1KGr6kIzPjbPlNDCJq8ARB-1qWyyIFYQ7Ngu8Vg1UZx3eK-VVvQN1ajuLrBNI5vpSrleQKxxtYFdaOoBJyCgyiCmAztQPjOCyuLulNdXmjNn10f_m5CkyirDvAYfXVeZARicxNBZ_/s1280/maxresdefault.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2KkoD7wSJxDnocYRIJG5Gu5UgpxJbnQK1k-YUE1dwgeMzyLk1KGr6kIzPjbPlNDCJq8ARB-1qWyyIFYQ7Ngu8Vg1UZx3eK-VVvQN1ajuLrBNI5vpSrleQKxxtYFdaOoBJyCgyiCmAztQPjOCyuLulNdXmjNn10f_m5CkyirDvAYfXVeZARicxNBZ_/w400-h225/maxresdefault.jpg" width="400" /></a></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br />Jika malam telah larut, Daria biasanya terbangun: minta ganti popok atau minum ASI. Setelah itu ia kerap susah tertidur lagi. Matanya melek seperti tak ada sedikit pun rasa kantuk. Berbeda dengan siang hari yang justru agak sulit untuk dibangunkan minum ASI. Ibunya telah lelah, tak jarang jatuh tertidur saat Daria masih terjaga. Di saat inilah saya biasanya memanggil <a href="http://www.wangihujan.xyz/2019/12/sejarah-hidup-at-mahmud-dia-yang.html" target="_blank">Abdullah Totong Mahmud</a>. </span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sudah lama Pak Mahmud memukau saya. Lagu-lagu ciptaannya sering mengantarkan ingatan pada masa-masa kecil. Ia tak ragu mengambil bulan sabit dan bintang kejora. Benda-benda langit menjadi terjangkau bagi anak kecil. </span><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Selain itu, ia juga menulis tentang sungai, gunung, dan bukit. Juga tentang seorang anak kecil yang lincah dan riang. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Saya sebetulnya tak langsung memanggil Pak Mahmud. Mula-mula biasanya melantunkan puji-pujian dalam bahasa Sunda yang dulu sering terdengar dari masjid di kampung, yang kiwari sudah tak pernah terdengar lagi. Dalam remang ingatan, kira-kira begini liriknya:</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">"Hei Alloh mugi</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Alloh maparinan rohmat</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Rohmat sinareng salam ka Kanjeng Nabi Muhammad</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Kanjeng Nabi Muhammad ramana Sayyid Abdulloh</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Ibu Siti Aminah dibabarkeunna di Mekah</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Babar di Mekah teras ngalih ka Madinah</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Wafat di Madinah di bumi Siti Aisyah."</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Jika itu tak mempan, artinya Daria tak langsung tidur, dilanjut dengan Salawat Badar (kayak mau perang ya hehe..). Nah, setelah itu barulah Pak Mahmud datang. Siapa sangka "Bintang Kejora" yang liriknya indah kini agak ngeri-ngeri sedap, sebab bisa disangka separatis. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">"...Tampak sebuah</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">lebih terang cahayanya</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Itulah bintangku</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Bintang Kejora yang indah selalu."</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Coba, apa tak bahaya itu? Venus alias Bintang Timur si cemerlang tiba-tiba menjadi hantu di republik ini.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Salah satu favorit Daria, maksudnya jika dinyanyikan lagu ini matanya akan mulai redup dan tertidur adalah "Bulan Sabit". Omong-omong, <a href="https://www.youtube.com/watch?v=dtbvO7MYD1s" target="_blank">Nadafiksi</a> juga pernah membawakan lagu ini saat tampil di Selasar Sunaryo. Bigini liriknya:</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"></span></p><blockquote><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">"Bulan sabit di awan</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Laksana perahu emas</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Berlampu bintang</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Berlaut langit</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Jauh di angkasa luas</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Betapa senang, hatiku rasanya</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Menjadi nakhoda di sana."</span></p></blockquote><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="299" src="https://www.youtube.com/embed/OXAD0pg2_wQ" width="360" youtube-src-id="OXAD0pg2_wQ"></iframe></div><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><p>Setelah itu, kalau dia tak kunjung tidur, saya kasih bonus lagu "Pemandangan", masih ciptaan A.T. Mahmud. Saya sudah hafal lagu ini sejak duduk di bangku SD. Dulu setiap kali ke Pasir Pogor, naik bukit yang berada di belakang rumah, saya selalu teringat lirik lagu ini yang memang saat itu cukup relevan:</p></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">"Memandang alam dari atas bukit</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Sejauh pandang kulepaskan</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Sungai tampak berliku</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Sawah hijau terbentang</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Bagai permadani di kaki langit</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Gunung menjulang</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Berpayung awan</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Oh, indah pemandangan."</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Putaran terakhir, saat saya juga mulai mengantuk, sementara Daria masih belum tidur, biasanya baru memanggil Sambas Mangundikarta. Ya betul, apa lagi kalau bukan "Manuk Dadali". Jika ini pun tak ampuh, barulah saya membangunkan istri yang masih payah dihajar kantuk. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Apa boleh bikin, bapak hanya berusaha, ibu jualah yang menaklukkan. Dan Daria pun tertidur. [ ] </span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-6677436256072709182023-05-30T21:48:00.007-07:002023-05-30T21:59:42.626-07:00Hikayat Ari-ari<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIf9n1HeYVHgCApq-OULHFfblF--9ic-1ZVXjKyYtt1tmqIuDBHugO7h6-H8L7xqsdTH4aaoR1X2jwFrnJ7ttVhG-8ab57RkMyORDTVsquJQRU_ZcmMZpiYVcl0SDpcqk36sR6n3o0a510CoLz_VaYNfhhYc7QtSpqqSiWfr0dggRYM6tT_kiAA3VB/s923/FxbSuuuaEAQ1S2G.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="923" data-original-width="749" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIf9n1HeYVHgCApq-OULHFfblF--9ic-1ZVXjKyYtt1tmqIuDBHugO7h6-H8L7xqsdTH4aaoR1X2jwFrnJ7ttVhG-8ab57RkMyORDTVsquJQRU_ZcmMZpiYVcl0SDpcqk36sR6n3o0a510CoLz_VaYNfhhYc7QtSpqqSiWfr0dggRYM6tT_kiAA3VB/w325-h400/FxbSuuuaEAQ1S2G.jpg" width="325" /></a></div>Sore di hari istri melahirkan, saya harus segera menguburkan ari-ari, orang Sunda menyebutnya bali. Konon dia saudara kembar si bayi. Sejumlah informasi telah saya kantongi bahwa sebagian orang mencampur ari-ari itu dengan pelbagai bumbu dapur. Kakak saya menyebutnya "disamaraan" atau "digulaasem".</div></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Memang dulu di kampung juga orang-orang memperlakukan istimewa ari-ari ini. Setelah dikubur, biasanya dikasih penerangan berupa lampu. Konon agar saudara si bayi itu tetap merasa hangat seperti saat berada di dalam rahim.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dari teks keagamaan, saya mendapati keterangan bahwa memperlakukan ari-ari sama saja seperti kita memperlakukan potongan rambut dan kuku, yakni dengan hanya menguburnya. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Setelah dicuci untuk menghilangkan darah yang masih tersisa, gumpalan daging sebesar dua kepal tangan manusia dewasa itu saya masukan ke dalam kendi, lalu dibawa pulang menggunakan kantong plastik.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Di rumah, sambil merenung-renung mempertanyakan kenapa orang-orang dulu banyak yang membubuhi bumbu dapur pada ari-ari, akhirnya terbukalah ilham: kiranya alasannya sederhana, yakni agar tidak cepat berbau busuk.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Maka saya beranjak menuju kulkas, mengambil lemon, dan membelahnya. Ari-ari itu, selain dibubuhi garam, juga saya kucuri air lemon, lalu diaduk. Setelah itu dimasukkan kembali ke dalam kendi.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Jejentik jam terus berdetak. Saya segara menggali tanah dengan alat seadanya. Cangkul tak punya, linggis tak ada, golok pun tiada. Saya menggali menggunakan sendok semen yang sudah tidak ada gagangnya. Dapat dibayangkan betapa repotnya. Apalagi tanah yang saya gali ternyata dipenuhi bebatuan sehingga penggalian harus dibantu menggunakan obeng.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Setelah salah satu obeng saya rontok, akhirnya mencoba menghubungi seorang kawan yang tinggal di Simpang Dago. Berkali-kali ditelpon, berkali-kali juga tidak diangkat. Barangkali dia sedang di jalan.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Hari kian petang, saya mencoba mencari toko alat-alat pertanian terdekat via Google. Yang terdekat rupanya di daerah Ranca Oray, sekitar 9,6 kilometer, ah terlalu jauh. Saya kemudian teringat seorang kawan yang tinggal di daerah Parung Halang, Andir.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Anyeuna pisan?" </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Enya," jawab saya singkat.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sepuluh menit kemudian dia datang membawa cangkul dan golok yang sangat tajam. Karena tanahnya berbatu, cangkul dia pun akhirnya rontok. Sementara goloknya tak saya gunakan karena sayang terlalu bagus. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Setengah frustasi, kami akhirnya rehat. Dia menyulut api dan merokok, masih setia dengan Dji Sam Soe. Sementara saya sudah dua tahun berhenti. Kami ngobrol sampai tak terasa azan Magrib telah berkumandang. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Geus weh dikuburkeun di deukeut imah urang."</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Moal nanaon?"</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Moal, da nu penting mah dikuburkeun meh teu bau. Komo batur mah sok aya nu dipiceun ka Citarum. Tapi ari kitu-kitu teuing mah ulah, asa teu boga adab pisan," imbuhnya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dia pun akhirnya pamit, membawa kembali cangkul, golok, dan kembaran si bayi. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Kira-kira pukul 19.30, dia mengirim foto ari-ari yang tengah ditanam di bawah rumpun bambu. Ya, rumah dia memang berdekatan dengan beberapa rumpun bambu dan permakaman yang tanahnya merah serta gembur.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Kelak, jika anak saya menanyakan di mana ari-arinya ditanam, saya dapat menceritakannya dengan mudah. [ ] </span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-56136296065020953122023-05-23T07:54:00.001-07:002023-05-23T07:54:10.709-07:00Putri Sang Surya<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiItreTo7nEStmEMbmaTPL_F5fwisGr6sukpELO1eyTvX_U7B0OwQ82Jo7cXZHiy2Z00Y7qEBMY_mRfvN6jRo9P9YMEIYqsAv63tL6B5JVDJ1vHxPU3unpiv7f2Aq24BgYkOGowxJMxsTF_nAyy8bieKKmVMzsxNHCaADiB8Sl_-mpAGUhRA179-nWS/s1600/RS%20Muhammadiyah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiItreTo7nEStmEMbmaTPL_F5fwisGr6sukpELO1eyTvX_U7B0OwQ82Jo7cXZHiy2Z00Y7qEBMY_mRfvN6jRo9P9YMEIYqsAv63tL6B5JVDJ1vHxPU3unpiv7f2Aq24BgYkOGowxJMxsTF_nAyy8bieKKmVMzsxNHCaADiB8Sl_-mpAGUhRA179-nWS/w300-h400/RS%20Muhammadiyah.jpg" width="300" /></a></div><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Tak pernah saya duga sebelumnya, istri melahirkan di RS Muhammadiyah, Bandung. Mula-mula adalah kabar sumir. Rumah sakit ini kerap dikabarkan agak jorok: puntung rokok konon kerap ditemui di lorong dan kusen. Kedua, RSMB sering dituding kurang sigap dalam menolong pasien sehingga berujung pada kematian. </span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dua kabar burung itu cukup membuat saya tak pernah mendekatinya. Terlebih asuransi kantor yang saya kantongi memberi banyak pilihan rumah sakit lain. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Pada minggu awal kahamilan, istri diperiksa di Klinik Brawijaya. Setelah itu, sampai usia kehamilan 38 minggu, istri rutin kontrol di RS Limijati dan Puskesmas Cijagra. Memasuki hari-hari menjelang kelahiran, saya terhenyak: persalinan ternyata tak ditanggung asuransi kantor!</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Di tengah keringat dingin yang tiba-tiba menyerang, karena terbayang biaya puluhan juta yang mesti dikeluarkan untuk persalinan SC, saya segera mengurus KK dan KTP agar BPJS yang digunakan istri saya dari kantornya dapat digunakan.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Setelah urusan dokumen kependudukan selesai, kami segera menuju faskes 1: Klinik Bona Mitra Keluarga. Tak banyak cingcong, faskes 1 langsung mengeluarkan surat rujukan. Rumah sakit rujukannya hanya empat: (1) RSUD Otista, Soreang, (2) RS Bina Sehat, Dayeuhkolot, (3) RS Muhammadiyah, dan (4) RS Pindad.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sejumlah pertimbangan akhirnya menggiring kami ke RS Muhammadiyah. Kami tiba di IGD malam hari tanggal 18 Mei 2023. Esoknya, setelah menunggu sepenuh cemas, anak kami akhirnya dibawa keluar dari ruang operasi oleh bidan menuju ruang bayi. Dua jam kemudian, baru ibunya menyusul.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Selama proses pendaftaran di IGD, observasi di ruang isolasi, lalu pra dan pasca persalinan di ruang perawatan: pelayanannya baik, jauh dari bayangan buruk yang sebelumnya selalu menghantui. Para dokter, bidan, perawat, bagian farmasi, administrasi dan keamanan: semuanya bekerja dengan baik.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sebagai Muslim, saya juga merasa tenang karena di ruang perawatan selalu terdengar lantunan murotal Al-Qur'an, diselingi ceramah, dan azan dalam lima waktu. Masjid di dalam rumah sakit pun sangat lapang dan bersih. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sebagai bonus, di sekitar RS Muhammadiyah juga banyak sekali kuliner yang enak. Ada RM Roda Baru (masakan Padang), Siomay Sinchan, Bubur Ayam Mang Andi, Mie Kocok Mang Dadeng, Nasi Kuning Teh Ida, dll. Dari pagi sampai malam, keluarga pasien tidak akan kesulitan mencari makanan.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dua hari setelah dioperasi, istri dan bayi diperbolehkan pulang sambil dibekali surat kontrol. Tanggal 21 Mei 2023, siang sebelum Zuhur, kami pulang. Saya pakai motor. Sementara istri dan saudara memakai mobil. Mereka membawa pulang putri Sang Surya. [ ] </span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-56832011882799669672023-05-07T05:22:00.004-07:002023-05-07T05:22:14.159-07:00Pesan Nabi Telah Tiba di Ciledug<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtuaY3v2Vm9iT4m6cAK0-qQmNtRRKYMYL-GFIySYsd3_EVUZr9hLB8NyXlVULNcai9c2E4033-GhT-XMtqtc4ktdzKhTPm5qqjnkOgrbgyRXFmoRBHWnxfevXTplI4qyzgjnwDhQGqTkJ2C_eVfkKeY2ykpkrfeDW6VM6tJBxV-VZNtpb-mKw_Chqj/s800/KLA-PROJECT-THE-BEST.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="481" data-original-width="800" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtuaY3v2Vm9iT4m6cAK0-qQmNtRRKYMYL-GFIySYsd3_EVUZr9hLB8NyXlVULNcai9c2E4033-GhT-XMtqtc4ktdzKhTPm5qqjnkOgrbgyRXFmoRBHWnxfevXTplI4qyzgjnwDhQGqTkJ2C_eVfkKeY2ykpkrfeDW6VM6tJBxV-VZNtpb-mKw_Chqj/w400-h240/KLA-PROJECT-THE-BEST.jpeg" width="400" /></a></div><br /><span style="font-family: georgia;"><br /></span><p></p><p><span style="font-family: georgia;">"<i>Hidup bagaikan garis lurus</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;"><i>Tak pernah kembali ke masa yang lalu</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;"><i>Hidup bukan bulatan bola</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;"><i>Yang tiada ujung dan tiada pangkal"</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;"><i><br /></i></span></p><p><span style="font-family: georgia;">Saya mengenal KLA Project, dan terutama Bimbo, sejak awal tahun 1990-an. Kakak yang nomor dua, yang di kamarnya ada tape recorder merek Sony, kerap memutarnya lewat kaset-kaset pita. Artinya, jauh sebelum saya menginjakkan kaki di Yogyakarta, lagu berjudul lagu itu telah lebih dulu hinggap di pendengaran. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Meski demikian, sebetulnya kaset KLA Project itu cuma ada satu, yakni album The Best. Di album itu, favorit saya bukan "Yogyakarta", melainkan "Tentang Kita", "Anak Dara", dan "Lagu Baru". Sementara Bimbo, seingat saya ada dua kaset. Pertama, album nostalgia berisi lagu-lagu cinta. Kedua, album qasidah (religi).</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Tiga album itulah yang mula-mula menemani saya di usia SD dan SMP. Itu pun bukan didengarkan di kamar sendiri karena saya tidak punya kamar, seringnya tidur di sofa. Lagu-lagu itu terdengar saat saya duduk di sofa, di sebelah kamarnya.</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Dia lulus SMA tahun 1994. Lalu kuliah di PGTKA Tarbiyatun Nisaa di Bogor. Setelah itu kerja berpindah-pindah, dari satu TK ke TK yang lain. Setelah melewati berliku jalan, akhirnya sampai juga di batas antara sendiri dan berpasangan. Dia diboyong ke Ciledug.</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Tahun-tahun panjang setelah pernikahan tak hendak saya ulas. Tiap manusia punya nasib sendiri-sendiri dan kesunyian masing-masing. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Pertemuan terakhir saat dia masih sehat terjadi di Wonogiri, 3,5 tahun yang lalu, pada pesta pernikahan yang sederhana. Masih terngiang di telinga lagu "Sepanjang Jalan Kenangan", seolah baru kemarin lagu itu dibawakannya di samping pelaminan.</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Lalu badai datang. Sakit keras. Keberuntungan dan pengelolaan finansial yang kurang memadai perlahan membuatnya kian tak berdaya. Doa-doa membubung. Sekali dua ikhtiar pengobatan. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Tahun berlalu, bulan berganti, hari dijemput hari baru. Maka datanglah saat itu: napas yang penghabisan. Malam itu juga ia dikebumikan.</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Pada siapa pun yang meninggal, saya selalu ingin mengingatnya dengan memori yang baik. Saat-saat dia berjaya dalam kehidupan, saat senyum ceria, saat tertawa riang, saat semangat hidup masih menggelegak. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Saya tak ingin mengingatnya saat dia sakit, tak perdaya, murung, bersedih, menangis. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Maka setiap kali ada fotonya ketika sakit dibagikan di grup WA keluarga, saya hampir tak pernah membukanya. Ya, sakit dan kematian memang nasihat bagi yang hidup, tapi foto-foto saat dia tidak dalam kondisi terbaiknya hanya menyisakan pilu.</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Kini, saat saya tengah menanti kelahiran, menunggu kehidupan baru, ia kembali kepada Yang Maha Hidup. </span></p><p><span style="font-family: georgia;"><br /></span></p><p><span style="font-family: georgia;">"<i>Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku</i>." (QS. Al-Fajr: 27-30) </span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-73577652665581010842022-08-08T20:50:00.008-07:002022-08-08T20:53:58.313-07:00Semakin Kekeringan Persinggahan, Semakin Landai Pantai<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPEyecoDXQMmIHifGvSEz0MNt57fTRfHayYBcElMwTNVEen_TC0p7AdhUYlU8TY7KnjN22ZOSMwQFZ7GcyHcswhrEc2umQJaeSuW5Mph9f4oXZUNCnKbmyhUfrAZBHon6rD4v7Tw5dqThHK4QnNPEhMnZd9C4MvHxglD-eH1HERNtDVwVX6u-1LHZ/s1280/56865c05-803c-4881-8ead-7ed5a075b55f.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPEyecoDXQMmIHifGvSEz0MNt57fTRfHayYBcElMwTNVEen_TC0p7AdhUYlU8TY7KnjN22ZOSMwQFZ7GcyHcswhrEc2umQJaeSuW5Mph9f4oXZUNCnKbmyhUfrAZBHon6rD4v7Tw5dqThHK4QnNPEhMnZd9C4MvHxglD-eH1HERNtDVwVX6u-1LHZ/w400-h300/56865c05-803c-4881-8ead-7ed5a075b55f.jpg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Ketika saya kelelahan seusai olahraga jalan kaki, letih
karena bekerja menghadapi komputer dan buka internet, adakalanya saya ingin
santai, duduk-duduk beristirahat. Lalu apakah yang terpikir oleh saya ketika
istirahat itu?</span><p></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Sejak tanggal 30 April 2006 ketika meninggalnya Mas
Pram---sedikit banyak bagaimanapun hal ini sangat memengaruhi saya. Rasanya
satu lagi tempat persinggahan, satu lagi pelabuhan-tambat, pelabuhan istirahat
saya lepas ke laut bebas. Dan saya tak bisa menggapainya. Orang-orang itu sudah
pergi dan tidak akan kembali. <o:p></o:p></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Ketika saya datang pertama kali ke Jakarta, setiap pagi
dari jam 06.00 sampai 09.00 saya olahraga jalan kaki dari kediaman saya dekat
Kelapa Gading menuju Jalan Pemuda. Biasanya itu memakan waktu satu jam. Saya
menuju rumah Joebaar Ajoeb. Dan kami ngobrol. Adakalanya diskusi sengit.
Adakalanya sedikit kasar dan sedikit maki, tapi tetap pegang kendali. Kami
tetap saling ramah, saling terbuka, dan jujur.<o:p></o:p></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Adakalanya Ajoeb mengajak saya ke rumah Pram yang
letaknya tak jauh dari Jalan Pemuda. Di rumah Pram lebih ramai lagi dan makanan
bertambah banyak ragamnya. Apabila kami makan pergi ke rumah Ajoeb, itu artinya
kami harus beli sendiri. Ngewarung! Habis dia sama dengan saya. Sama-sama duda!
Pembicaraan jadi ramai terkadang saling ejek-mengejek, tetapi penuh humor dan
sehat. <o:p></o:p></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Kata Pram, “Si Sobron ini makin progresif orangnya. Mau
tahu apa tandanya? Coba lihat itu perutnya! Maju ke depan, ke arah buncit. Itu
kan progressif, toh?” kami semua tertawa lepas. <o:p></o:p></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Kalau sudah hampir jam 10.00 di rumah Ajoeb mulai banyak
tamu yang datang. Ketika itulah saya sudah boleh minta diri dan pulang ke Kayu
Putih Utara, ke rumah ponakan saya. Joebaar Ajoeb selalu banyak tamunya, baik
dari dalam maupun luar negeri. Anak-anak muda berdarah segar, lincah, cerdas,
cekatan, ada aktivis LSM, pada datang ke Ajoeb. Mereka selalu membawa berbagai
problem.<o:p></o:p></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Juga tidak jarang para wartawan, ilmuwan, sejarawan dari
Amerika, Jepang, dan Australia selalu datang ke rumah Ajoeb yang sangat
sederhana itu. Mereka membawa pertanyaan dan segala apa saja yang mereka ingin
tahu. Pada umumnya mereka puas akan jawaban yang bersifat diskusi. Artinya
keterangan yang diberikan bukan semata-mata dari Ajoeb sendiri. <o:p></o:p></span></p>
<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Saya pernah bilang, Ajoeb adalah gunung tinggi sekaligus
teluk yang dalam. Gunung tinggi adalah tempat timbunan awan. Sedangkan teluk
yang dalam adalah tempat berlabuhnya berjenis perahu dan kapal. Itulah dia,
Ajoeb. Tempat orang banyak bertanya, mau tahu, mau cari informasi, ada yang mau
diperoleh.</span><span style="mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;"> <o:p></o:p></span></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Dari tahun 1993 sampai meninggalnya Joebaar Ajoeb pada
1997, setiap tahun ketika saya datang di Jakarta, saya akan selalu ke rumah
Ajoeb. Kami tertawa, bergurau, berdiskusi. Kami bisa bertengkar, selalu saling
memerhatikan, dan menyayangi. Tidak hanya sekali-sekali memaki!<o:p></o:p></span></p>
<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Namu, setelah Ajoeb meninggal, daerah persinggahan saya
berubah. Bukan lagi di Jalan Pemuda, tetapi di rumah Mas Pram. Tak terasa waktu
berjalan terus. Mas Pram lebih banyak sakitnya dan usianya pun sama sekali
tidak muda lagi. Tapi semangatnya tak pernah uzur. Yang uzur adalah bad</span><span style="mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">a</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">n raganya. Banyak yang saya dapatkan dari Mas Pram. Sesudah
Mas Pram meninggal, saya bingung mau ke mana lagi. <o:p></o:p></span></span></p>
<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Oya, saya masih ingat, dulu saya juga tidak hanya ke
rumah mereka saja. Saya juga ke rumah Mas handoyo. Tapi dia kini sudah
menggunakan kursi roda. Sakit. Dulu saya ke rumah Rivai Apin di Jalan Malabar.
Tidak lama lalu Rivai yang kami panggil Pai itu meninggal. Tadinya kami juga ke
rumah Pak HR Bandaharo dan Pak Bakri Siregar. Keduanya kini sudah meninggal.
Akh… </span><span style="mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">S</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">aya tersentak kaget sendiri. Saya
sedang di atas bukit dekat rumah saya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;">Dulu masih begitu banyak daerah persinggahan, masih
begitu banyak gunung tinggi dan teluk yang dalam dan luas. Tetapi kini rasanya
sudah semakin mengecil. Sudah semakin mengering dan pantainya sudah semakin
landai. Dan saya dalam hati terisak-isak sendiri. Mau ke mana saya sesudah ini?
Sudah begitu kekeringan tempat persinggahan. Sudah begitu landai pantai yang
dulu sangat bagus, sangat menarik dan asyik. Kini tak tahulah saya. Barangkali
memang begitulah adat dunia dalam kehidupan ini.<o:p></o:p></span></p><p><span lang="IN" style="font-family: georgia; font-size: medium; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;"><br /></span></p>
<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sobron
Aidit</span></p>
<p><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-no-proof: yes;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Paris, 4 Mei 2006</span><o:p style="font-size: 14pt;"></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-23286478554184490062022-07-22T08:19:00.145-07:002022-08-07T21:57:31.337-07:0010 Lagu Semakbelukar: Tak kan Melayu Hilang di Bumi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjszX4N2poGYzIzdTh6s_aPii5Cp1VbHZEUn-GApjIErmKKU0sJdG58Zgrf2DjwYhX8iummqiY6yhwcPf-Lq_665xSXn8XXZLKtfrcm2S9CyvXej9af--IetMK2K5xc9MipBPI1e8N-SDAJ5lPjhpUCzr2az5QSyoj7jOLpzvc338kiXtA161kQDcaH/s500/artworks-000040849415-x0ejwn-t500x500.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjszX4N2poGYzIzdTh6s_aPii5Cp1VbHZEUn-GApjIErmKKU0sJdG58Zgrf2DjwYhX8iummqiY6yhwcPf-Lq_665xSXn8XXZLKtfrcm2S9CyvXej9af--IetMK2K5xc9MipBPI1e8N-SDAJ5lPjhpUCzr2az5QSyoj7jOLpzvc338kiXtA161kQDcaH/w400-h400/artworks-000040849415-x0ejwn-t500x500.jpg" width="400" /></span></a></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><p>Ketika mereka tampil terakhir kali dan menghancurkan alat-alat musiknya di Kineruku, saya masih di depan monitor tabung di bilangan Pulogadung. </p><p>Berkat Jakartabeat, saya berkenalan dengan Elevation Records dan tahu ada grup asal Palembang ini. Nahas, saat mulai mendengarkan lagu-lagunya, Semakbelukar mengumumkan bahwa mereka bubar dan tak akan pernah reuni. </p></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">"Musik hanya membuat ramai, tak membuat kami damai," kira-kira begitu alasannya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Padahal, bagi pendengar seperti saya, lagu-lagu Semakbelukar justru membuat sebaliknya. Apalagi suara David Hersya terdengar meliuk-liuk bak seorang muazin. Syairnya apalagi, seperti petitih. Sekilas akan langsung teringat Gurindam 12 Raja Ali haji. </span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Seperti juga Taufiqurrahman, pemilik </span><span style="font-family: georgia;">Elevation Records, saya menyukai suara akordeon yang mereka mainkan dalam sejumlah lagunya. Sayang, bagaimanapun, kiwari, Semakbelukar telah bubar. David Hersya, mantan vokalis, di chanel Youtube-nya sesekali masih membuat syair yang seolah digumamkan, juga menekuni soal-soal mesin motor matic.</span></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Suatu malam, saya memutar sebuah album Semakbelukar di Jl. Solontongan. Pengunjung kedai tampak mengernyitkan dahi. Barangkali ia pikir ini album nasyid yang tak pantas diperdengarkan di warung kopi. Lalu album itu saya ganti dengan Float. Tengah malam, saya baru bisa mendengarkan "lagu-lagu nasyid" ini:</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">1. Be (re)ncana</span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/PjIeXN0ViM8" width="320" youtube-src-id="PjIeXN0ViM8"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br />"Terlahir dan terasingkan tak lantas menjadi duka</span><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">hanya karena berbeda tak berarti hilang muka</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">karena sempurna itu hanya sebuah rencana </span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">karena sempurna itu hanya sebuah bencana</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Terbuang dan terlupakan tak lantas menjadi luka</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">hanya karena terbatas tak berarti tanpa belas</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><div style="font-family: "Times New Roman"; font-size: medium;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">karena sempurna itu hanya sebuah rencana </span></div><div style="font-family: "Times New Roman"; font-size: medium;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">karena sempurna itu hanya sebuah bencana</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Untuk yang memuja</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">bukan yang dipuja</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Terlahir dan terasingkan tak lantas menjadikan luka, hilang, murka." </span></div><div><br /></div></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">2. Gita Cempala</span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/dhx_9ErSGZA" width="320" youtube-src-id="dhx_9ErSGZA"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br />"Cempala mulut dengan penggering</span><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">dalam gita gersang yang digubah</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">menyulut pawaka di jiwa yang kering</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">hembus pawana tebarkan wabah</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Dursila yang tumbuh dan berkembang</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">dalam genggam yang bermata satu</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">atas bintang terang yang selalu bersambang</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">percikan air sekeras batu</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Tinggikan akan ternyata dangkal</span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">jelas tak kekal tetap menyangkal."<br /><br /></span><p></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"> 3. Hina Dina</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/keP43AUDg_0" width="320" youtube-src-id="keP43AUDg_0"></iframe></span></span></div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div>"Kurasakan yang kau rasa</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">disaat kau tersingkirkan</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">padahal engkau bukanlah sembarang</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Insan yang selalu berkarya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">bermimpi tak untuk kaya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">berdirimu dengan daya upaya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Bertahan ku dalam karya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">yang selalu teraniaya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">atas nama seni yang berbudaya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Bayangkan sepi tak lagi</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">menusuk seperti duri</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">karena diri tak kan bisa sembunyi</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Kita ini bukan yang mulia</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">bukan pula yang kuasa</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">kita hanya manusia biasa</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">hina dina dari tanah</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Kudapatkan sebuah arti</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">dari bentuk kerelaan</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">tatkala aku dicaci dimaki</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">Coba berhenti meratap</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">dan mulai untuk percaya</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">kematian itu akan terjadi</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">kematian itu sedang terjadi</span></span></div><div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">kematian itu pasti terjadi." <br /> </span></span><p></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">4. Dendang Lalai</span></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/mdcqSvbPonQ" width="320" youtube-src-id="mdcqSvbPonQ"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span><br /></span></span><p></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">5. Mekar Mewangi</span></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/TqTDzw-CQxE" width="320" youtube-src-id="TqTDzw-CQxE"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /><span>"Kau mekar seperti bunga</span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>melati di tanganku putih dan menyejukkan</span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>kau terang dan berkilauan</span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>seperti pagi ini penuh warna dan cerah</span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span><br /></span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>Aku ada dalam harapan </span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>di masa yang kan datang</span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>di masa yang kan datang</span></span></span></span></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span>kau kan selalu mewangi."</span></span></span></span></div><div><br /></div><div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span><p style="font-family: "Times New Roman"; font-size: medium;"></p></span></span><p></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: georgia;">6. Berlayar di Daratan</span></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/52xTdbXdwPQ" width="320" youtube-src-id="52xTdbXdwPQ"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /><br /></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">7. Sejuk Matahari & Lebah</span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/qvn6lq8hA8g" width="320" youtube-src-id="qvn6lq8hA8g"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /><br /></span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">8. Antologi bagian 1</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/thDEA5cdKgI" width="320" youtube-src-id="thDEA5cdKgI"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /> </span><p></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">9. Antologi bagian 2 </span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/bacXTxN0NWU" width="320" youtube-src-id="bacXTxN0NWU"></iframe></span></div><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">10. Antologi bagian 3 </span><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/1X12oz4Yc18" width="320" youtube-src-id="1X12oz4Yc18"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></p></div></div>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-62210645989380292602022-07-08T08:56:00.286-07:002022-07-19T00:19:47.327-07:00Rumah-Rumah yang Hilang dan Hancur<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNyBtPl0RyfBTAL50tquwmR2fmb50KkJch8OOPkEX20yZV4MiIGzYAAOiLZkGDwbtgaG0oYj1cf1jIkx5V2TYipDo5WwV4MOI3AEb0vFP6eO7p8GEAwxbySz2sjoDWcfG2WsiI-4dL90XtF7-7yvgskbMPiBZfy7ZUhoJKniUQ99Ug8oqfw1zr51oQ/s5152/IMG_4906.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3864" data-original-width="5152" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNyBtPl0RyfBTAL50tquwmR2fmb50KkJch8OOPkEX20yZV4MiIGzYAAOiLZkGDwbtgaG0oYj1cf1jIkx5V2TYipDo5WwV4MOI3AEb0vFP6eO7p8GEAwxbySz2sjoDWcfG2WsiI-4dL90XtF7-7yvgskbMPiBZfy7ZUhoJKniUQ99Ug8oqfw1zr51oQ/w400-h300/IMG_4906.JPG" width="400" /></a></div><p><br /></p><blockquote><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><i> "Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu</i></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><i>Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat</i></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><i>Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah</i></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><i>Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah!"</i></span></p><p></p></blockquote><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">(kutipan dari "Catetan Th. 1946" karya Chairil Anwar)</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><b>Kisah Helikopter</b> </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Sekali sore, saat hendak berziarah ke makam orang tua, seperti biasa melewati perkampungan di belakang Masjid Agung Jampang Kulon. Di sebelah kiri jalan, sebuah rumah tampak mengenaskan: atapnya rusak parah dan hampir ambrol. Itu adalah rumah Pak Memed Sudarman, salah satu tokoh masyarakat di kampung saya yang telah lama meninggal dunia. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Dulu, salah seorang anaknya merupakan perwira Polri. Jika mengunjungi orang tuanya, sang anak datang menggunakan helikopter yang diparkir di alun-alun. Warga heboh, entah mimpi apa semalam ujug-ujug helikopter yang begitu nyata singgah di kampung. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Pada kedatangan pertama, saya sedang mandi di Cikaum--pemandian umum di seberang alun-alun. Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh seperti hendak membelah langit. Rumput dan sampah beterbangan, orang-orang berlarian menuju alun-alun. Saya segera melilit diri dengan handuk dan bertelanjang dada, lalu berlari ke pusat kegaduhan. MasyaAlloh.. seekor helikopter yang begitu gagah telah hinggap di tanah lapang. Sang perwira bersama ajudannya terlihat tengah berjalan ke arah barat menuju rumah Pak Memed.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Setiap kali datang, helikopter itu tidak pernah mau berlama-lama. Barangkali paling lama hanya setengah jam sejak kemunculannya, sang perwira kembali ke medan tugasnya di wilayah hukum entah. Setelah kedatangannya yang ketiga entah keempat, waktu bergerak bergulung-gulung, ia tak menunggu siapa pun, melesat meninggalkan siapa saja yang tercecer di belakang. Hingga akhirnya sore itu, rumah tua yang mengenaskan itu mengembalikan semua ingatan.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"> </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><b>Lima Hasta</b></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Ini tetangga saya sendiri. Mak Engkom namanya. Pemilik warung nasi di pasar lama. Anaknya empat, perempuan dua, laki-laki dua. Dalam ingatan masa kecil, beliaulah penyandang raja kuliner yang tak terbantahkan. Ayam-ayam kampungnya yang setiap pagi menemui ajal, diolah sedemikian rupa: digoreng, disup, dan jeroannya dipepes. Semuanya gak ada obat! </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Jika petang datang atau tidak sedang berjualan, ia kerap duduk di sebuah bangku panjang di sisi utara rumahnya, menghadap ke kali kecil: melamun, atau entah apa namanya yang jelasnya tatapannya kosong. </span><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Suaminya telah lama pergi. Bahkan sejak saya mulai bisa mengingat, suaminya memang telah tiada.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Salah seorang anaknya yang paling akrab bernama Mang Engkos, sementara orang-orang tua memanggilnya Aja. Jika bermain sepak bola ia berdiri di bawah mistar gawang alias jadi kiper. Ketika PSSI Primavera terkenal, panggilannya berubah menjadi Kurnia Okon, merujuk kepada kiper Timnas: Kunia Sandy. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Kira-kira lima tahun terakhir, setiap kali pulang kampung, rumah Mak Engkom yang jaraknya hanya lima hasta dari rumah saya itu selalu sangat sunyi dan gelap. Kiwari bahkan hampir rata dengan tanah. Entah di mana anak-anaknya, yang jelas sebuah kisah telah berakhir. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><b>Jambu Air dan Stiker PDI</b></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Letaknya persis di pinggir jalan raya Jampang Kulon-Sukabumi. Halamannya dirimbuni pohon jambu air, tempat favorit bermain kelereng. Itulah dia rumah si Iki alias Pepeng (pemuda pengkolan) karena memang pas di depan rumahnya jalan raya agak berbelok. Ia anak laki-laki satu-satunya dari empat bersaudara. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Yang paling saya ingat dari rumah itu adalah sebuah stiker PDI lama (bukan perjuangan) yang menempel di kaca jendela paviliun. Tak istimewa, tapi sungguh tak menyangka, di tengah hegemoni Golkar dan PPP di era Orde Baru, di kampung saya ternyata sampai juga suara kaum Marhaen. Memang minoritas, tapi minimal ada.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Di belakang rumah si Iki ada pemandian umum yang dipenuhi ikan gurame dan ikan mas yang ukurannya besar-besar. Kami biasa menyebutnya Cimangtajudin karena letaknya menempel dengan rumah Mang Tajudin. Airnya bersih meski kalah jernih dangan pemandian Cikaum. Sekarang pemandian itu hanya jadi kolam ikan biasa setelah rumah Mang Tajudin dijual, dan oleh pemilik baru dirombak habis-habisan.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Sebelum si Iki dan keluarganya pindah ke Bekasi, orang tuanya sempat berjualan bubur ayam dan sate kambing. Namun tak lama, karena segera gulung tikar. Rumahnya kemudian dijual, sekarang menjelma jadi dealer motor Yamaha. Bekas rumahnya benar-benar tak bersisa. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><br /></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;"><b>Kelerang dan Alat Memancing</b></span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Saat George Orwell menceritakan George Bowling--sales asuransi yang keranjingan memancing dalam buku <i>Coming Up for Air</i> (2021)--saya langsung teringat toko ini. Letaknya di pojok tenggara alun-alun, dipisahkan sebuah jalan yang cukup lebar. Pemiliknya suami istri yang sudah sepuh: Wa Heni dan Wa Empip. Cucu mereka banyak, beberapa di antaranya kawan saya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Selain menjual perlengkapan memancing seperti joran (<i>jeujeur</i>), kail, kukumbul, dan babanem, mereka juga menjual kelereng. Dan jika bulan puasa tiba, mereka tak ketinggalan menjual layangan, gelasan, nilon, dan golong. Singkatnya surga bagi hobi dan permainan anak laki-laki. Selain dimakan usia, bisnis mereka juga digerogoti kerusakan lingkungan. Kali mengering, sungai kotor, dan kolam satu-satu mulai menghilang. Para pemancing haurs pergi ke sungai-sungai yang jauh atau ke laut selatan untuk menyalurkan hobinya.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Di sebelah toko itu ada warung kelontong milik Ceu Miming yang sudah tua dan berdebu. Ini warung legendaris karena menyediakan perlengkapan <i>nyeupah</i> alias menyirih, di antaranya gambir dan apu. Entah kapan masa jayanya, yang jelas ketika saya mulai bisa mengingat, warung kelontong ini sudah sepi dan barang-barangnya telah kuno.</span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Kini toko dan warung itu telah tiada. Digantikan toko hp merek Oppo dan kantor ekspedisi JNE. Perekonomian Jampang Kulon memang beranjak maju meski tak secepat habisnya generasi tua yang layaknya pasar malam: satu persatu dijemput ajal. </span></p><p><span style="font-family: georgia; font-size: large;">Dan daftar ini akan terus bertambah. Demikianlah sejarah bergerak bersama gelinding roda zaman. Dari tempat dan waktu yang telah berjarak, saya hanya bisa menggapai-gapai lewat ingatan. [irf] </span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-4181543579674348712022-06-02T08:03:00.006-07:002022-06-02T08:03:46.165-07:00Kineruku dari Masa yang Telah Lalu<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_83EgmOLQ5xPnShcxtcqNCP--oagb0fUvjK07a5xHD2FZZPbxRICvd4glFWhLHiApzyqj7qauqhZCHnvMDlAgQGMzGMnZT1NsIHsIQ7yo_sBqdwM8jF6RUaRQDU8Nd0UB1fqJnzyO0exJGg_wMIFKv9wtuSJo0QhWWZEjML4TY_C1SMScb_fyP3ks/s1280/kineruku%202.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_83EgmOLQ5xPnShcxtcqNCP--oagb0fUvjK07a5xHD2FZZPbxRICvd4glFWhLHiApzyqj7qauqhZCHnvMDlAgQGMzGMnZT1NsIHsIQ7yo_sBqdwM8jF6RUaRQDU8Nd0UB1fqJnzyO0exJGg_wMIFKv9wtuSJo0QhWWZEjML4TY_C1SMScb_fyP3ks/w300-h400/kineruku%202.jpg" width="300" /></a></div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%;">Sebenarnya belum terlalu lama lewat, tapi waktu sering
membuat saya lupa. Entah tahun berapa saya mulai mengunjungi Rumah Buku di
Hegarmanah 52. </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%;">Tempat baca yang hening,
bersih, dan kiwari berganti nama menjadi Kineruku. </span><p></p><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Jika Semakbelukar
membubarkan diri dan menghancurkan alat-alat musiknya pada 2013, maka saya
menjadi anggota Kineruku beberapa tahun sebelumnya. Kini kartu anggotanya telah
hilang.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ihwal
perubahan nama, jika tak silap, dimulai dari hadirnya gerai Gramedia di
Supratman yang diberi nama Rumah Buku. Mereka barangkali hendak caper karena
kawan-kawan tahu sendiri, di Supratman telah lebih dulu hadir Togamas yang
selalu kasih potongan harga. Nah, Rumah Buku-nya Gramedia ini juga memberikan
diskon meski tak sebesar Togamas. Mungkin untuk menghindari kebingungan calon
pengunjung, maka Rumah Buku di Hegarmanah mengalah, mengganti namanya menjadi
Kineruku.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sekarang
dua toko buku di Supratman itu tak bisa lagi diandalkan. Rumah Buku sudah tidak
ada, gerai itu hanya jadi gerai Gramedia biasa yang tentu saja langka potongan
harga. Sementara Togamas semakin memperkecil diskon. Kini rata-rata potongan
harganya hanya 5 sampai 10 persen. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Oke, lupakan
mereka. Kita kembali ke Hegarmanah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dari
bundaran menuju Hegarmanah di sisi Setiabudi, dulu ada angkot berwarna biru
yang semenjana dan jarang berpenumpang. Saya sempat naik sekali dan harus
menunggu lama sebelum meluncur ke atas, ke arah Kineruku. Angkot ini tak
melewati Kineruku, tapi menuju arah berbeda saat melintasi sebuah taman di
seberang kantor Telkom. Nah, di taman inilah saya turun dan melanjutkan
perjalanan dengan berjalan kaki.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Pernah
sekali waktu, karena angkot tak jua muncul, saya jalan kaki dari pangkalannya
menuju Kineruku. Lumayan capek karena belum sarapan dan jalan menanjak. Di sisi
taman dekat kantor Telkom, saya berhenti: jajan mie ayam. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dekat
penjual mie ayam terdapat warung nasi kecil yang sangat sederhana. Tiba-tiba
datang penjual gulali, camilan untuk anak-anak sejenis permen yang biasa
dibentuk menyeruapi ayam. Penjualnya makan di warung nasi, lauknya hanya
sepotong tahu dan kuah sayur. Ketika selesai dia hanya membayar 3.000 rupiah. Hati
saya mencelos.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Apakah
dulu Kineruku menjual makanan? Sampai sekarang saya masih berusaha
mengingat-ngingat. Yang pasti dari dulu di Kineruku tak ada wifi. Para
pengunjung benar-benar hanya membaca buku dan mengerjakan tugas kuliah tanpa
jaringan internet, kecuali memakai kuotanya masing-masing. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyEMmCAL4F6qni4-g9LH-6Y-t_hu8qmfeOtmdJpG-_a0jGAHRRsPJgxjW7iUS8JWoyATrnuLFX4_vzGqYezoOthCW0RpQsrFL8a2XQyhong5NdjQKKhfqk6vrOaB5TAMYx20nTqf9kug9CB6JCS3JSrp0ocfIqoXpHUvitNmZzmontza25uKpP2vNl/s1280/kineruku%201.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyEMmCAL4F6qni4-g9LH-6Y-t_hu8qmfeOtmdJpG-_a0jGAHRRsPJgxjW7iUS8JWoyATrnuLFX4_vzGqYezoOthCW0RpQsrFL8a2XQyhong5NdjQKKhfqk6vrOaB5TAMYx20nTqf9kug9CB6JCS3JSrp0ocfIqoXpHUvitNmZzmontza25uKpP2vNl/w300-h400/kineruku%201.jpg" width="300" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Di ruang
tengah, yang kini hanya buku jualan dan sejumlah barang lainnya, dulu tersedia
kursi untuk membaca. Di ruangan ini tak boleh merokok. Sigaret hanya boleh
dibakar di luar ruangan. Kiwari, di teras belakang pun dilarang. Selain
membaca, orang-orang hanya berbisik-bisik, takut mengganggu pengunjung lain.
Musik yang diputar kerap musikalisasi puisi-puisi Sapardi yang dibawakan Ari
dan Reda. </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"> </span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dan
waktu kencang berlalu…<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Pandemi
datang gelombang demi gelombang. Kineruku lumpuh. Tutup lebih dari dua tahun, dan
baru buka belakangan setelah yang lain buka terlebih dahulu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Rabu, 1
Juni 2022, saya kembali ke Hegarmanah 52. Kini jam bukanya lebih pendek:
11.30-17.30, tapi pengunjungnya lebih ramai. Semua kursi terisi. Bahkan seorang
kawan yang datang pukul satu siang harus balik kanan karena tak kebagian tempat
duduk. Luar biasa!<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sayang,
karena kiwari Kineruku menjual sejumlah makanan berat, camilan, dan minuman,
sebagian pengunjung—terutama yang rombongan—menjadikannya hanya sebagai tempat
nongkrong: makan-makan, ngobrol, dan tertawa, sonder membaca! Aduhai, cukup
mengganggu konsentrasi membaca. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Namun
begitulah. Zaman terus berubah. Saya mesti menari bersamanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Biar
begitu, biar agak berisik, tapi saya masih akan mengunjungi Kineruku. Melewati
ruas Jalan Hegarmanah yang rindang dan sepi. Menikmati satu dua buku tipis
berisi cerita-cerita. Atau minum kopi di kios di pojok taman yang asri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 380.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Saya
kira, setidaknya sampai hari ini, tak ada ruang publik untuk membaca di Bandung
yang lebih nyaman daripada Kineruku. Di utara Bandung, ruang ini masih menjadi
juara. Dan orang-orang selatan seperti saya masih ikhlas menempuh perjalanan
jauh demi mengunjunginya. [ ]<o:p></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-14853905368908414602022-04-08T08:11:00.001-07:002022-04-08T08:11:29.258-07:00Cerpen yang Memicu Perdebatan Lama tentang Trotskyisme<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipqjlnG7DlcFp167oxA4sJx3jvabD-ic5IFDsG98YEWfupLhXbbDUW5lN6YznEiG2gV72JmvSpEje56sxtrbeh2a_uuLpLCE6tZYFQD0vSkucImTmGdwd75wFnpStopvubV_Q9aPSaDJvxB7T6Eeaf1cPdP90Yhbff7ZQO8Ur7J5ev-JYbLUdmIZIC/s1024/tatiana-lukman-x-martin-aleida-tirto_ratio-16x9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipqjlnG7DlcFp167oxA4sJx3jvabD-ic5IFDsG98YEWfupLhXbbDUW5lN6YznEiG2gV72JmvSpEje56sxtrbeh2a_uuLpLCE6tZYFQD0vSkucImTmGdwd75wFnpStopvubV_Q9aPSaDJvxB7T6Eeaf1cPdP90Yhbff7ZQO8Ur7J5ev-JYbLUdmIZIC/w400-h225/tatiana-lukman-x-martin-aleida-tirto_ratio-16x9.jpg" width="400" /></a></div><br /> <span style="background-color: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">“Tak pernah kami perkatakan bagaimana nanti kami menjempul
ajal. Kami sadar, pertanyaan itu di luar jangkauan kodrat kami untuk
menjawabnya. Tetapi, niat kami sudah teguh. Kalau kami mati, kami ingin
dikuburkan di daratan Nantalu, di hulu sungai ini, di mana hutan tak mengenal
tepi […]”</span><p></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Nurlan alias Martin Aleida (selanjutnya ditulis
Martin) membuka cerpennya yang bertajuk <em>Melarung Bro di Nantalu</em> dengan
kata-kata “ajal”, “mati”, dan “kubur”. Ia menceritakan seorang tokoh yang
terkatung-katung di negeri orang, dan tak bisa kembali ke tanah air Indonesia
karena terhalang situasi politik pasca 1965.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Jika membaca buku <em>Melawan dengan
Restoran</em> (2007) karya Sobron Aidit & Budi Kurniawan, <em>Surat
Kepada Tuhan</em> (2002) yang merupakan memoar Sobron Aidit, dan buku-buku
lain—baik karya Sobron sendiri maupun karya orang lain yang menceritakan
dirinya, tokoh dalam cerpen Martin ini merupakan kisah kawannya tersebut.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Sebagai contoh, Rosihan Anwar dalam <em>Sejarah
Kecil “Petite Histoire” Indonesia, Jilid 3</em> (2009) menulis tentang
Sobron Aidit yang diundang ke Beijing dan menetap di Prancis.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Saat meletus G30S 1965, Sobron berada di
Beijing bersama sejumlah seniman dan wartawan Indonesia yang diundang ke RRT
merayakan HUT RRT. Sejak itu Sobron menetap di luar negeri. Dari RRT bersama
wartawan Umar Said ia boyong ke Perancis. Bersama Umar Said yang kini sudah
jadi warga negara Perancis, Sobron mendirikan restoran ‘Indonesia’ di Paris,”
(hlm. 184)<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Apalagi Martin menulis dalam sebuah paragraf tentang
tokohnya ini yang mendirikan restoran Indonesia di Paris, maka teranglah siapa
tokoh yang dimaksud olehnya.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">“Bolak-balik beberapa kali bertemu dengan
pengurus perkumpulan yang berkantor di sebelah gereja itu, akhirnya mereka
memperoleh pinjaman untuk mendirikan restoran masakan Indonesia […] Buat
pejabat dari Jakarta, kecuali seniman, yang mampir di Paris, restoran tersebut
adalah tujuan yang harus dihindari,” tulis Martin.</span><br />
<br />
<em><span style="background: white;">Melarung Bro di Nantalu</span></em><span style="background: white;"> tayang di <em>Jawa Pos</em> edisi 12
Desember 2010. Martin menulis cerpennya dengan liris. Ada emosi tertahan,
kesedihan, dan kenangan-kenangan yang membubung dalam relasi perkawanan yang
jujur: tentang pertemanan masa kecil, kematian ayah sahabat yang giris, melarat
di negeri orang, pertarungan batin yang merubah keyakinan, serta kesulitan
pulang ke puak akibat badai politik di tanah air.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Cerpen ini kemudian dihimpun beserta cerita
Martin lainnya dalam buku berjudul <em>Mati Baik-baik, Kawan</em> (2009).
Di sampul belakang buku terdapat komentar Agung Ayu Ratih—direktur </span></span><a href="http://www.sejarahsosial.org/" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Institut
Sejarah Sosial Indonesia</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">, ia menulis perasan dan kesannya
terhadap salah satu cerpen Martin.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">“<em>Melarung Bro di Nantalu</em> membuatku
menangis […],” tulis Ratih.</span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;"><br /></span></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; font-weight: normal; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p> </o:p></span></strong><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Kritik Tatiana Lukman</span></strong></h2>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p> </o:p></span><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%;">Tujuh tahun sejak terbit di <em>Jawa Pos</em>, cerpen
ini “baik-baik saja” karena respons pembaca cukup positif. Sampai akhirnya pada
Juli 2017, Tatiana Lukman (anak mantan Wakil Ketua I CC PKI, MH.
Lukman)—penulis buku <em>Panta Rhei: Tidak Ada Pengorbanan yang Sia-sia
Air Sungai Digul Mengalir Terus!</em>: 2014, menulis di </span><a href="http://koransulindo.com/tentang-koran-sulindo/" target="_blank"><em><span lang="IN" style="background: white; color: #0056b3; font-size: 14pt; line-height: 107%; text-decoration-line: none;">Suluh
Indonesia</span></em></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%;"> mengkritik cerpen ini karena salah
satu fragmennya dianggap “kebohongan, memutarbalikkan fakta, fitnah, dan ejekan
terhadap rakyat Tiongkok dan Ketua Mao”.</span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Fragmen yang diserang oleh Tatiana adalah ketika
si tokoh (Bro/Sobron Aidit) yang tengah berada di Tiongkok bersama istrinya
untuk memenuhi undangan menjadi guru bahasa Indonesia di sana, disapu Revolusi
Kebudayaan (Tatiana menyebutnya Revolusi Besar Kebudayaan Proletar atau RBKP)
yang membuat mereka disingkirkan dari kota, digiring ke perdesaan dan dipaksa
melakukan kerja badan, bertani, serta memungut kotoran manusia untuk pupuk
tanaman.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Ajakan penyair Boejoeng Saleh melalui puisi
pendeknya, <em>‘Datanglah ke Tiongkok/tengok hari esok,’</em> hanya
menemukan kenyataan seperti tuba di dasar gelas,” tulis Martin menggambarkan
prahara yang menempa Bro.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Karena tak tahan dalam pusaran Revolusi Kebudayaan, Bro
akhirnya menyingkir dari Tiongkok lewat perjalanan darat yang panjang sampai
akhirnya tiba di Paris.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
</span><a href="http://koransulindo.com/martin-aleida-penulis-ulung/" target="_blank"><em><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">Martin Aleida, Penulis “Ulung”</span></em></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">, begitu
judul tulisan Tatiana pada Juli 2017 di <em>Suluh Indonesia</em>. Ia
mengawali tulisannya dengan membandingkan kualitas penulis zaman Sukarno dan
Orde Baru. Martin Aleida meraih penghargaan cerpen terbaik Kompas yang
berjudul <em>Tanah Air</em>. Dalam tulisannya Tatiana bertanya, apakah
hanya Martin satu-satunya penulis, di antara 20 kandidat lain, yang mempunyai
latar belakang hubungan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">“Kalau jawabannya positif, maka tidak terlalu
mengherankan kemenangannya dalam kompetisinya dengan penulis-penulis yang lahir
dan besar di zaman Orde Baru,” tulisnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Ada nada meremehkan para penulis pasca Orde Lama
dari anak MH. Lukman tersebut. Ia yang hidup di Indonesia waktu Sukarno
gilang-gemilang di tampuk kekuasaannya, dan saat Lekra berkibar sebagai motor
kebudayaan, menganggap masa itu lebih baik daripada zaman Orde Baru: rezim yang
menumpas dan menyingkirkan ia, keluarga, beserta penumpang gerbong “komunis”
lainnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Meski demikian, dalam artikelnya Tatiana justru
bukan hendak menyanjung Martin, melainkan mengkritiknya. Jika Agung Ayu Ratih
dibuat menangis oleh <em>Melarung Bro di Nantalu</em>, ia sebaliknya.
Tatiana kecewa dan marah karena Martin yang dianggapnya telah berbohong tentang
kehidupan Sobron Aidit dan orang-orang Indonesia lainnya di Tiongkok, serta
terhadap RBKP.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Bro dan kawan-kawannya disingkirkan dari kota.
Sama dengan kaum komunis lokal, yang dituduh terjangkit penyakit borjuis dan
harus dicuci otaknya, Bro juga menemukan nasib yang tak kalah buruk,” tulis
Martin.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Hal ini dibantah Tatiana yang menyebutkan bahwa selama
Revolusi Kebudayaan, Sobron dan orang-orang Indonesia lainnya mendapatkan
makan, minum, tempat tinggal gratis, dan untuk menghadapi suhu panas lebih dari
40 derajat celcius, orang bisa beli balok es untuk ditaruh di bawah tempat
tidurnya. Pendingin tersebut adalah barang mewah di waktu itu.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">“Siapa yang mencap dan menjadikan orang-orang
Indonesia sasaran Revolusi Kebudayaan? Siapa yang menyingkirkan dan menuduh
orang-orang Indonesia terjangkit penyakit borjuis dan harus dicuci otaknya?
Dari 120 orang Indonesia yang tinggal satu kompleks dengan saya, tak satupun
yang pernah jadi sasaran RBKP!” tambah Tatiana.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Tak cukup itu, Tatiana juga menyebutkan bahwa
untuk menghindari panas yang sangat menyengat, orang-orang Indonesia malah
pernah diundang tuan rumah untuk berlibur ke </span></span><a href="https://www.google.co.id/maps/@35.7408374,119.527169,598405m/data=!3m1!1e3" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Tsingdao</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">, kota pesisir di timur Tiongkok.
Dan mereka dijamu dengan tinggal di hotel, pemandangan tepi laut, serta makan
enak. Hanya karena pertentangan internal saja sebagian dari mereka akhirnya
tidak ikut ke Tsingdao.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Revolusi Kebudayaan yang dikobarkan Mao
mendorong mahasiswa dan kaum intelektual lainnya untuk pergi ke perdesaan,
tinggal dan bekerja bersama kaum tani. Hal ini, menurut Tatiana, juga pernah
dilakukan Lekra dengan program “turba” (turun ke bawah) yang mengedepankan
doktrin “tiga sama”: sama bekerja, sama makan, sama tidur. Martin sebagai bekas
sastrawan Lekra dan wartawan <em>Harian Rakjat</em>, tambah Tatiana,
mestinya paham dengan kebijakan tersebut.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Apa Martin sudah lupa [dengan kebijakan Lekra]?
Mao juga mengajarkan rakyatnya untuk belajar kepada kaum tani,” ujarnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Fragmen lain yang tidak berkenan bagi Tatiana
adalah ketika Martin menceritakan nasib Sobron saat mula-mula tiba di Paris.
Martin menggambarkan Sobron tak ubahnya gelandangan yang tak habis dirundung
malang.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Bro dan kawan-kawannya yang bertubuh kecil itu,
menyeret-nyeret kaki, luntang-lantung mencari jalan untuk bertahan hidup.
Didorong angin musim panas, terkadang Bro yang gembor kelihatan sempoyongan
seperti layang-layang putus tali teraju,” tulis Martin.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Ia menegaskan bahwa Sobron sudah ditunggu banyak
kawan yang lebih duluan menetap di Paris. Adik D.N. Aidit tersebut tidak
terdampar sendiri, juga tidak kelaparan di Paris.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Lukisan patetis ini hanyalah fantasi!”
bantahnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Kegeraman Tatiana bertalu-talu. Saat Martin
melukiskan perjalanan hidup Sobron sebagai hidup yang tidak biasa dan tiada
tara, ia menyangkalnya dengan sinis, “Aduh, begitu dramatis dan penuh
heroisme!"<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Ia menjelaskan bahwa kehidupan Sobron sama seperi orang
kebanyakan: makan, minum, dan tidur gratis. Ia menambahkan, istrinya meninggal
pun bukan karena “hukuman” atau “siksaan” atau tidak bisa bayar ongkos
pengobatan.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Setelah menjelaskan hakikat Revolusi Kebudayaan
dan situasi politik Tiongkok pasca Mao Tse-Tung, serta menuduh orang-orang
Indonesia yang keluar dari Tiongkok dan hidup makmur di negeri-negeri maju
sebagai revisionis dan pendukung restorasi kapitalis Deng Xiao-ping, Tatiana
mengusulkan agar Martin mempelajari Revolusi Besar Kebudayaan Proletar.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Usul saya kepada Martin, pelajari sendiri apa
sebenarnya hakikat dari RBKP. Jangan hanya menelan bulat-bulat propaganda
imperialis anti-Mao dan anti-komunis seperti mereka yang masing
‘mengunyah-ngunyah’ propaganda Orde Baru tentang peristiwa 1965,” ujarnya.</span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;"><br /></span></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Tanggapan Martin Aleida dan Ihwal Sumber Sekunder</span></strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">20 Juli 2017, Martin menanggapi kritik Tatiana yang cukup
panjang tersebut di status </span><a href="https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=459893191052330&id=100010949585156&hc_location=ufi" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">facebook-nya</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">. Pendek dan santai
saja ia menanggapinya. Ia bahkan membuka facebook dalam perjalanan pulang
sehabis belanja dari Pasar Minggu. Sebuah foto menyertai: foto dirinya yang
tengah duduk di pagar tembok sebuah rumah. Ia bercelana pendek, mengenakan
sepatu, dan memegang dua buah jinjingan.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Dalam tanggapannya yang pendek tersebut, ia
menekankan pada tuduhan Tatiana tentang kaum imperialis dan orang-orang
Trotskyis yang menganggap Revolusi Kebudayaan sebagai hukuman dan siksaan,
serta sikap mereka yang meremehkan dan menghina kaum tani.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“[…] Saya senang dia cap saya sebagai Trotskyis,
budayawan yang saya kagumi. Ketika berkunjung ke Turki beberapa tahun lalu,
saya mampir ke pulau Buyucuda di mana Trotsky sempat bersembunyi dari persekusi
rezim Stalin sebelum dia terdampar di Meksiko tempat kepalanya dipenggal dengan
kampak oleh pemuja setan. Saya anjurkan Tatiana membaca Trotsky dalam <em>Literature
and Marxism</em>-nya Terry Eagleton dan meneliti Trotsky bukan dari tulisan
mereka yang berbulu dan berhati musang […],” tulisnya.</span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt; line-height: 107%;"><span style="background: white;">Kritik Tatiana terhadap karya Martin khususnya
cerpen <em>Melarung Bro di Nantalu</em>, awalnya dipicu saat Martin
berkomentar di acara </span></span><a href="http://rilis.id/bedah-buku-pertentangan-trostky-dan-lenin-dalam-revolusi-sosialis.html" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-size: 14pt; line-height: 107%;">diskusi</span></a><span lang="IN" style="background: white; font-size: 14pt; line-height: 107%;"> buku karya Tatiana
berjudul <em>Trotskyisme? Sosialisme di Satu Negeri atau Revolusi
Permanen?</em> (2016) yang diadakan pada Mei 2017.</span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Kata Tatiana, Martin berkomentar dan menyatakan
pendapatnya terhadap buku tersebut bahwa ia tidak percaya pada tulisan yang
berasal dari sumber sekunder. Menanggapi hal tersebut, Tatiana menyebut bahwa
kalau begitu semua buku sejarah tidak ada yang patut dipercayai jika kita
mengikuti logika Martin.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Lantas bagaimana mereka yang ingin menulis dan
menganalisa kejadian-kejadian sejarah yang para pelakunya sudah meninggal? […]
Tidak mungkin kita mewawancarai langsung, misalnya, Pangeran Diponegoro, atau
Lenin, atau Trotsky, atau Napoleon!” tambahnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Dua bulan setelah acara diskusi tersebut,
terbitlah tulisan Tatiana di </span></span><a href="http://koransulindo.com/martin-aleida-penulis-ulung/" target="_blank"><em><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">Suluh
Indonesia</span></em></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"> daring, yang selain menyerang soal
Revolusi Kebudayaan, juga menyerang sumber yang digunakan Martin dalam menulis
cerpen <em>Melarung Bro di Nantalu</em>.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Karena beberapa fragmen kisah dalam cerpen
tersebut bertentangan dengan realita, maka Tatiana meragukan sumber
penulisannya. Ia tahu bahwa kisah yang diceritakan Martin adalah perjalanan
hidup Sobron Aidit, tapi ia meragukan apakah benar Sobron menceritakannya
langsung kepada Martin pengalamannya hidupnya selama di luar negeri? Karena hal
ini akan menentukan sumber tersebut, apakah primer atau sekunder.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;">Sampai di sana sebetulnya serangan
Tatiana sudah cukup untuk membalas ketidakpercayaan Martin terhadap sumber
sekunder dalam diskusi buku <i>Trotskyisme? Sosialisme di Satu Negeri atau
Revolusi Permanen?</i> (2016). Namun rupanya Tatiana meneruskannya dengan
sergapan lain.<br />
<br />
“Anggaplah Martin bertolak dari sumber primer, karena ia tidak percaya pada
sumber primer sekunder. Bagaimana kalau sumber primernya itu berisi kebohongan
dan memutarbalikkan fakta, seperti yang terjadi pada <i>Melarung Bro di
Nantalu</i>?” ujarnya.<br />
<br />
Dari sini kemudian Tatiana menjelentrehkan kehidupan Sobron Aidit saat di
Tiongkok dan Paris, kehidupan orang-orang Indonesia di Tiongkok saat terjadi
Kebudayaan Revolusi, dan pandangannya terhadap orang-orang yang ia anggap
sebagai pengkhianat.<br />
<br />
Karena buku <i>Trotskyisme? Sosialisme di Satu Negeri atau Revolusi
Permanen?</i> (2016) dan cerpen <i>Melarung Bro di Nantalu</i> adalah
dua teks yang berbeda, yang satu fiksi dan satu lagi nonfiksi, maka Martin
dalam status facebooknya menjawab:<br />
<br />
“Sayang eksil yang pernah menetap lama di Kubanya Castro ini tak bisa
membedakan cara membaca fiksi dan nonfiksi. Dia jadikan kenyataan literer dalam
cerita pendek saya sebagai fakta historis,” tulisnya.<br />
<br />
Tanggapan Martin di Facebook kemudian </span><a href="http://koransulindo.com/fiksi-atau-nonfiksi/" target="_blank"><span lang="IN" style="color: #0098da; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;">ditanggapi</span></a><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;"> lagi
oleh Tatiana di media yang sama dengan tulisan pertamanya, yang membuat
persoalan menjadi berlarat-larat. Karena disebut tak bisa membedakan teks fiksi
dan nonfiksi, pada tulisannya yang kedua ini Tatiana berusaha memblejeti apa
yang dimaksud dengan cerita fiksi.<br />
<br />
Ia memperkuat argumennya dengan mengutip Hilmar Farid yang ikut mengomentari
cerpen <i>Melarung Bro di Nantalu</i>. Menurut Hilmar Farid, cerpen
tersebut menghidupkan pertanyaan lama tentang batas prosa dan puisi, fiksi dan
fakta, dalam hal ini obituari dan cerita.<br />
<br />
“Bahkan, menurut Hilmar, obituari! Obituarinya Sobron Aidit!” tulis Tatiana yang
tengah berargumen bahwa <i>Melarung Bro di Nantalu</i> menceritakan
kehidupan nyata, bukan rekaan.<br />
<br />
Setelah itu Tatiana kembali tancap gas dengan menyerang Martin soal sumber
sekunder lagi. Lalu soal Trotsky dan Lenin.<br />
<br />
Tulisan keduanya ini tak ditanggapi oleh Martin. Perdebatan terhenti. Dan hanya
menyisakan serak jejak digital.<br />
<br />
Saat dihubungi <i>Tirto.id</i>, Selasa (13/3/2018), apakah dia ada
tanggapan lain yang lebih komprehensif terhadap kritikan Tatiana, Martin Aleida
hanya menjawab singkat, “Tidak! Saya tidak tertarik pada Tatiana. Ibarruri
(anak sulung D.N. Aidit) bilang, 'cuma Tuhan yang tidak (dia) debat.' Salam.”
(irf)<o:p></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-54594933228666931882022-02-17T05:29:00.005-08:002022-02-17T05:30:32.453-08:0010 Lagu Queen untuk Gelombang Ketiga<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjBVpNBLAQYREfjFauQ81sLnSHjbbuHS7_mghd0Lu9t58I7lPrf48obvBomnBipINTyuVZDI02ukClvQKqN0pfVtrC1B3qXbarRsqji-66-0sRjncgqb9odD46eMU7y00J4_xJZ1MhZV-ydAkvdu0Aq3wAU9PDN7BiJFN0wDYkxYuFuvaRsoQ6UtX4n=s1200" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: medium;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1200" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjBVpNBLAQYREfjFauQ81sLnSHjbbuHS7_mghd0Lu9t58I7lPrf48obvBomnBipINTyuVZDI02ukClvQKqN0pfVtrC1B3qXbarRsqji-66-0sRjncgqb9odD46eMU7y00J4_xJZ1MhZV-ydAkvdu0Aq3wAU9PDN7BiJFN0wDYkxYuFuvaRsoQ6UtX4n=w400-h300" width="400" /></span></a></div><span style="font-size: medium;"><br />Covid-19 belum berakhir. Kiwari datang varian baru: Omicron. Konon gejalanya ringan, artinya tidak seganas varian Delta yang sebelumnya menyapu begitu banyak kolega. Namun, daya sebar Omicron begitu tinggi. </span><p></p><p><span style="font-size: medium;">Sekira seminggu yang lalu, saya tiba-tiba sakit kepala parah dan demam tinggi. Setelah itu diikuti batuk dan pilek yang seolah tak habis-habis. Enam hari kemudian saya ke dokter, sekarang kondisi agak mendingan. </span></p><p><span style="font-size: medium;">Di tengah mengurung diri di rumah, Queen banyak menemani. Sebetulnya belakangan saya banyak sekali mendengarkan band-band lain, namun entah kenapa kuping saya paling cocok dengan Queen. Farrokh Bulsara memang tiada dua. Suaranya pilih tanding. </span></p><p><span style="font-size: medium;">Maka demikianlah, di tengah cuaca yang tak menentu, linimasa twitter yang kerap membara, dan batuk yang sesekali masih menghampiri, 10 lagu berikut kiranya dapat menemani berselancar menaklukkan gelombang ketiga ini...</span></p><p><span style="font-size: medium;"><br /></span></p><p><span style="font-size: medium;">1. <span style="font-family: "Times New Roman", serif;">Good Old Fashioned Lover Boy</span></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/PI3LAgGBxqU" width="320" youtube-src-id="PI3LAgGBxqU"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif;"><br /></span></span><p></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif;">2. </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-indent: -0.25in;">Life
is Real (Song for Lennon)</span></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/4AY9N04K5m4" width="320" youtube-src-id="4AY9N04K5m4"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: medium;">3. <span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">My
Melancholy Blues</span></span></div><p></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/85gBquP4y3k" width="320" youtube-src-id="85gBquP4y3k"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /></span><p><span style="font-size: medium;">4. <span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">Dreamer’s
Ball</span></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/3zEl0aFkqzo" width="320" youtube-src-id="3zEl0aFkqzo"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;"><br /></span></span><p></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">5. </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">Jealousy</span></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;"></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/ZKHEHkczeKk" width="320" youtube-src-id="ZKHEHkczeKk"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /></span><p></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-indent: -0.25in;">6. </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif;">You Take My Breath Away</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-indent: -0.25in;"></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/oO2SIa1TEDQ" width="320" youtube-src-id="oO2SIa1TEDQ"></iframe></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></div><span style="font-size: medium;"><br /> 7. <span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">Somebody
to Love</span></span><p></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="mso-list: Ignore;"><span style="font-size: medium;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/kijpcUv-b8M" width="320" youtube-src-id="kijpcUv-b8M"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /></span><p></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="mso-list: Ignore;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"><span style="font-size: medium;">8. 8.</span></span></span></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">8. </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">A</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">ll
Dead, All Dead<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/l_6AC2u0E4E" width="320" youtube-src-id="l_6AC2u0E4E"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /><br />9. <span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">Killer
Queen</span></span><div><div style="text-indent: -24px;"><span style="font-family: Times New Roman, serif; font-size: medium;"><br /></span></div><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/2ZBtPf7FOoM" width="320" youtube-src-id="2ZBtPf7FOoM"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /></span><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: medium;"><br /></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: medium;">10 10. <span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;">The
Millionaire Waltz</span></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/TJU-E-Etop8" width="320" youtube-src-id="TJU-E-Etop8"></iframe></span></div><span style="font-size: medium;"><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%; text-indent: -0.25in;"><br /></span></span><p></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-size: medium;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></p></div>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-12080465038751162942021-11-10T20:16:00.000-08:002021-11-10T20:16:27.152-08:00Hikayat Panjang Banjir di Bandung<p><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdHWkA2k9Hux51RBWH0kRyZ2jxg_KEHHkQofXTV7v8DfnzsMgUMRbzXf07fFvxrORY5HpbEtvkF2f51wrVij5Vyba5KaTMLg0DSrqdnzYf4bpe9MU9ZRba-TW2ErPtG2I7am3RaRW1pdM/s700/pentas-bandung-lautan-banjir-antarafoto_ratio-16x9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="394" data-original-width="700" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdHWkA2k9Hux51RBWH0kRyZ2jxg_KEHHkQofXTV7v8DfnzsMgUMRbzXf07fFvxrORY5HpbEtvkF2f51wrVij5Vyba5KaTMLg0DSrqdnzYf4bpe9MU9ZRba-TW2ErPtG2I7am3RaRW1pdM/w400-h225/pentas-bandung-lautan-banjir-antarafoto_ratio-16x9.jpg" width="400" /></a></span></div><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><br /></span><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: georgia; font-size: large;">Banjir di Bandung, terutama di sejumlah daerah di sekitar
tepi sungai Citarum, adalah kisah berulang. Setiap tahun, pelbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi atau bahkan mencegahnya. Dana
yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Namun, kabar belum juga berubah.</span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;"><span style="background: white;">Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang,
Rancaekek, Cileunyi, Majalaya, Cicalengka, Kutawaringin, dan Ibun, yang
semuanya masuk wilayah Kabupaten Bandung, menjadi langganan banjir ketika musim
hujan datang.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Salah satu daerah yang paling parah mengalami
banjir adalah Dayeuhkolot. Sebagai contoh, sejak Selasa (9/4/2019), di sejumlah
kanal media sosial beredar video tentang seorang </span></span><a href="https://regional.kompas.com/read/2019/04/12/12144421/cerita-di-balik-video-viral-suami-gendong-istri-hamil-terjang-banjir-di" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; line-height: 107%; text-decoration: none;">suami menggendong
istrinya</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; line-height: 107%;"> yang tengah hamil menembus banjir setinggi leher.</span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; line-height: 107%;"><br /></span></span></p><h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;">Pemindahan Ibukota</span></strong><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;"><o:p></o:p></span></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;"><span style="background: white;">Sejak wilayah Priangan dimekarkan oleh Sultan
Agung setelah penangkapan </span></span><a href="https://tirto.id/delapan-versi-kisah-pemberontakan-dipati-ukur-terhadap-mataram-c48l" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; line-height: 107%;">Dipati Ukur</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; line-height: 107%;"> pada 1632, ibukota Kabupaten
Bandung mula-mula berada di daerah yang dulu bernama Karapyak, terletak persis
di tepi sungai Citarum. Daerah ini kelak bernama Dayeuhkolot yang artinya kota
tua.</span><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Setelah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels
merampungkan pembangunan Jalan Raya Pos (<i>De Groote Postweg</i>) yang
terbentang dari Anyer sampai Panarukan, ia memerintahkan kepada sejumlah bupati
untuk memindahkan ibukota kabupaten.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Di Priangan, ibukota yang harus dipindahkan ke
tepi Jalan Raya Pos adalah ibukota Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Parakanmuncang. Lewat surat keputusan bertitimangsa 25 Mei 1810, Daendels
memerintahkan Bupati Bandung Wiranatakusumah II untuk memindahkan ibukota ke
tepi Jalan Raya Pos.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“<i>Zorg, dat als ik terug kom hier een stad in
gebouwd!</i>” (Coba usahakan, bila aku datang kembali ke sini telah dibangun
sebuah kota!)” ucap Daendels kepada Wiranatakusumah II seperti terdapat
dalam <i>Sejarah Kota Bandung 1945-1979</i> (1985) yang ditulis oleh
Edi S. Ekadjati dan kawan-kawan.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Konon, Daendels berkata seperti itu sambil
menancapkan tongkat di pinggir Jalan Raya Pos yang kini menjadi titik nol
kilometer Kota Bandung di sisi Jalan Asia Afrika. Pemindahan sejumlah ibukota
kabupaten tersebut dilakukan untuk memudahkan koordinasi.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Dalam laporan jurnalistik <i>Kompas</i> yang
bertajuk <i>Ekspedisi Anjer-Panaroekan</i> (2008) disebutkan, Jalan
Raya Pos mula-mula difungsikan untuk memperlancar komunikasi antara Batavia
dengan daerah-daerah di Jawa. Setelah selesai dibangun, jalan ini mampu
memangkas waktu tempuh pengiriman pesan dan surat.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Semula dari Batavia ke Surabaya memerlukan
waktu tempuh satu bulan. Dengan adanya jalan ini, waktu tempuh menjadi 3 sampai
4 hari saja,” tulis <i>Kompas</i>.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Selain itu, jalan ini juga dimanfaatkan untuk
kepentingan militer. Ketika Daendels tiba di Hindia Belanda, posisi angkatan
perang Inggris telah mengancam Jawa. Jadi, jika suatu saat Inggris menyerang
Jawa, maka jalan ini digunakan untuk mobilitas pasukan Belanda.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Apa pun tugas yang dikatakan diembannya, yang
terpenting adalah pertahanan militer terhadap serangan Inggris,” tulis
Pramoedya Ananta Toer dalam <i>Jalan Raya Pos, Jalan Daendels </i>(2005)
menerangkan tugas Gubernur Jenderal tersebut.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Kisah tentang pembangunan Jalan Raya Pos inilah
yang menjadi narasi utama dalam pelbagai catatan sejarah tentang pemindahan
ibukota Kabupaten Bandung dari Karapyak ke sekitar Alun-alun Bandung sekarang.
Pemindahan ibukota ini pula yang sekarang dijadikan sebagai </span></span><a href="https://tirto.id/perintah-herman-daendels-dan-mengapa-hut-kota-bandung-berubah-cZ7i" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; line-height: 107%;">hari ulangtahun Kota Bandung</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; line-height: 107%;">.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; line-height: 107%;"><br /></span></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;">Banjir dan Inisiatif Wiranatakusumah II</span></strong><strong><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;"><o:p></o:p></span></strong></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: georgia; font-size: large;">Narasi tersebut tidak sedikit pun
menyinggung soal banjir yang kerap menerjang Karapyak yang letaknya di tepi
sungai Citarum. Namun, menurut catatan Haryoto Kunto dalam </span><i style="background-color: white; color: #212529; font-family: georgia; font-size: large;">Semerbak
Bunga di Bandung Raya</i><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: georgia; font-size: large;"> (1986), satu tahun sebelum turun perintah
Daendels, Wiranatakusumah II telah berinisiatif hendak memindahkan ibukota
Kabupaten Bandung ke arah utara karena sering dilanda banjir.</span></p><p class="MsoNormal" style="background: white;"><span lang="IN" style="color: #212529; line-height: 107%;"><span style="font-family: georgia; font-size: medium;">Mula-mula Wiranatakusumah II mencari lokasi baru untuk ibukota Kabupaten
Bandung di daerah Bojonagara, tepatnya di Kampung Cikalintu, dekat masjid besar
Jalan Cipaganti sekarang.<br />
<br />
“Di tempat itu, pertama kali Wiranatakusumah II membangun rumah tinggalnya”
tulis Kunto.<br />
<br />
Ia menambahkan, Kampung Cikalintu dipilih Wiranatakusumah II sebagai calon
ibukota baru berdasarkan sejumlah alasan. Pertama, mengacu pada catatan Andries
de Wilde (tuan tanah di daerah Priangan), yang menyebut lahan sebelah selatan
adalah daerah basah yang berawa-rawa. Sementara daerah Bandung utara lebih
cocok untuk permukiman karena hawanya sejuk dan lingkungannya sehat.<br />
<br />
Alasan kedua, sebelah utara Bandung terdapat sejumlah perkampungan penduduk
seperti Kampung Balubur, Kampung Gadog, Dago, Gegerkalong Girang, dan Babakan
Bogor.<br />
<br />
Dan pertimbangan ketiga adalah karena daerah tersebut memenuhi syarat
kepercayaan lokal, yakni bekas kubangan badak putih yang berarti lahan itu
memiliki sumber air, baik berupa mata air ataupun aliran sungai.<br />
<br />
Tidak jauh dari Kampung Cikalintu yang dipilih oleh Wiranatakusumah II, memang
terdapat mata air Pancuran Tujuh di daerah Cikendi, Ledeng di daerah Jalan
Setiabudi, dan Sungai Cikapundung. Dan tak jauh dari sana terdapat juga daerah
yang bernama Rancabadak. Dulu orang Bandung menyebut Rumah Sakit Hasan Sadikin
dengan sebutan Rumah Sakit Rancabadak.<br />
<br />
Namun, saat perintah pemindahan ibukota turun, ternyata Kampung Cikalintu
jaraknya jauh dari Jalan Raya Pos. Oleh karena itu Wiranatakusumah II mencari
lokasi lain. Pilihan selanjutnya adalah Babakan Bogor yang sekarang bernama
Kebonkawung (daerah sekitar Stasiun Bandung).<br />
<br />
Babakan Bogor juga memenuhi syarat lokal dengan terdapatnya mata air Ciguriang
yang sampai sekarang masih ada, dan dulu dijadikan sebagai pusat mencuci oleh
para penatu.<br />
<br />
“Namun, rupanya Kebonkawung (Babakan Bogor) masih belum memenuhi syarat buat
mendirikan kabupaten beserta alun-alunnya,” imbuh Kunto.<br />
<br />
Akhirnya, Wiranatakusumah II menemukan lokasi yang cocok sebagai ibukota, yakni
di sisi Jalan Raya Pos dan tak jauh dari aliran Sungai Cikapundung. Selain itu,
di lokasi ini pun terdapat sejumlah mata air yang disebut Sumur Bandung.<br />
<br />
Jika dibandingkan dengan perintah Daendels untuk memindahkan ibukota ke sisi
Jalan Raya Pos, pemilihan lokasi yang dilakukan oleh Wiranatakusumah II
ternyata sesuai. Narasi ini barangkali versi lokal untuk menafikan atau
setidaknya tidak terlalu mengagungkan pengaruh kolonialisme dalam peristiwa
pemindahan ibukota Kabupaten Bandung.<br />
<br />
Dan dari keseluruhan kedua versi ini, banjir di Bandung tempo dulu tak
terlampau banyak dikisahkan. (irf)</span><span style="font-family: Times New Roman, serif; font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-8355131629546317792021-11-02T06:17:00.002-07:002021-11-02T06:17:32.739-07:00Hikayat Jersi Sepakbola<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjJ5Gqo0o5r2Zv5bDcwNWU9IO-D7nHryxomh5n3anhQiVXIVhcw4QSwaxZfDEUiVMJPrxkTPy98QbU7Rd_0Ux5TxPJC1JomZvFB_xS-l9pPpysZ7KG4KJXoFcXOfBD2-cbQXn_Wf5AyB4/s800/West+Ham+2020-2021.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjJ5Gqo0o5r2Zv5bDcwNWU9IO-D7nHryxomh5n3anhQiVXIVhcw4QSwaxZfDEUiVMJPrxkTPy98QbU7Rd_0Ux5TxPJC1JomZvFB_xS-l9pPpysZ7KG4KJXoFcXOfBD2-cbQXn_Wf5AyB4/s320/West+Ham+2020-2021.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Dulu di kampung, orang-orang menyebut
seragam sepakbola sebagai “kaos tim”, atau biasa disingkat “kostim”.
Belakangan, saat liga sepakbola Eropa begitu populer, sebutan itu berubah
menjadi jersey atau jersi.</span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jersey adalah nama pulau di Kepulauan
Britania. Konon dari pulau inilah jersi bermula. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Memasuki usia kuliah, saya hampir
sepenuhnya meninggalkan sepakbola. Maka itu, tak ada ketertarikan untuk membeli
jersi. Namun ironisnya, di masa kuliah pula saya pertama kali memakai jersi
untuk dipakai sehari-hari.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jersi pertama saya sebetulnya milik
si Zul, kawan kuliah, orang Bukittinggi. Tak inget betul bagaimana akhirnya
jersi itu bisa beralih ke tangan saya. Jersi tersebut adalah Real Madrid away
2000/2001, warnanya hitam dengan trigaris Adidas berwarna oranye. Kainnya tipis
tapi adem, maklum KW. Sering banget saya pakai sehari-hari sampai kemudian
hilang entah ke mana. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tahun 2009, saya mulai kerja di
Pulogadung dan mulai menyukai lagi sepakbola, tapi sebatas menonton Liga
Inggris. Karena bosan dengan klub-klub besar, maka saya memilih satu klub
medioker: West Ham United (WHU). Bersama si Oki, kawan sekosan, saya membeli jersi
WHU home 2012/2013 yang tentu saja KW, di Pasar Ular. Sayang agak kekecilan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jersi selanjutnya adalah Arsenal home
2012/2013, dikasih si Jun, juga kawan sekosan, yang berjualan baju Muslim di ITC
Cempaka Mas. Maklum karena bukan suporter fanatik, maka dia mudah saja
menghibahkan jersi klub favoritnya. Karena sering dicuci, tulisan “Fly Emirates”-nya
pelan-pelan menghilang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Warsa 2014 saya keluar dari pekerjaan
di Pulogadung dan kembali ke Bandung. Masih mendukung WHU meski jarang nonton.
Saya kemudian membeli jersi WHU home 2015/2016 dengan uang honor tulisan. Saat
basecamp komunitas tempat saya tinggal pindah, jersi itu hilang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Tahun-tahun berikutnya saya kembali kerja
di Jakarta, dan baru membeli jersi WHU lagi yang musim 2020/2021 (home). Musim
berikutnya, WHU home datang lagi, tapi kali kekecilan, akhirnya dipakai istri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di tengah penampilan WHU yang kian
membaik, AC Milan—klub favorit masa kecil—hadir dengan jersi home 2020/2021
yang sangat ciamik. Demi nostalgia, saya menukarnya dengan sejumlah uang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Setahun kemudian saya mulai mengikuti
lagi pertandingan-pertandingan bulu tangkis para pemain Indonesia. Mulai dari Olimpiade
Tokyo, Piala Sudirman, Piala Thomas, Piala Uber, Denmark Terbuka, hingga Prancis Terbuka.
Di tengah demam bulu tangkis, saya akhirnya membeli dua raket Lining super KW
dengan bonus tempat raket dan grip handuk. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Mula-mula kami hanya bermain di depan
rumah dan di Cieunteung, tapi kemudian sejumlah kawan mengajak bermain di GOR
yang kesannya lebih serius dan bebas angin. Karena saya cepat berkeringat
dengan jumlah banyak, maka jersi pun saya tambah untuk bermain bulu tangkis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jersi sepakbola yang dibeli dengan niat
untuk dipakai bermain bulu tangkis mula-mula adalah Persib home 2021/2022. Inilah
pertama kalinya saya membeli jersi original, meskipun hanya jersi edisi
suporter yang harganya pun jauh di bawah jersi original player issue. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kini saya tengah menunggu kedatangan
jersi Ajax away 2021/2022 yang dibeli dari market place. <o:p></o:p></span></p>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-no-proof: yes;">Saya
kira, menjadi Ucup Bajaj Bajuri seru juga, meskipun jersi-jersi itu kebanyakan
hanya saya pakai saat bermain bulu tangkis. [ ] </span>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-66493272404356534772021-09-21T04:10:00.002-07:002021-09-21T04:10:47.752-07:00The Lowland: Ketika Ideologi dan Keluarga Tak Bisa Berdamai<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju-OQnXpWzw-cojNpJ2NlLuRDAAXYMaoYawtJulW2Trek5F2Riy-m0bgvSQGkV0aeihLblfRLvfDeN-0awf4otykH9-Ir2AXtzXRlxfT2EKJuG6iXKDGpKkdTwllE55538TSpF4srQK00/s2048/IMG20210911114904.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju-OQnXpWzw-cojNpJ2NlLuRDAAXYMaoYawtJulW2Trek5F2Riy-m0bgvSQGkV0aeihLblfRLvfDeN-0awf4otykH9-Ir2AXtzXRlxfT2EKJuG6iXKDGpKkdTwllE55538TSpF4srQK00/w400-h300/IMG20210911114904.jpg" width="400" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Udayan dan Subhash adalah adik kakak
yang lahir dan tinggal di Tollygunge, Kolkata Selatan, Benggala Barat, India. Usia
keduanya terpaut 15 bulan. Sewaktu kecil, mereka selalu bersama-sama, termasuk
saat “menembus” tembok Tolly Club, wilayah bekas orang-orang Inggris bermain
golf. Hingga suatu saat mereka ketahuan polisi club yang sedang berpatroli dan
menghukumnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sejak kecil, Udayan lebih aktif
dibanding kakaknya. Hal ini terbawa hingga besar. Ketika Subhash meneruskan
kuliah ke Amerika Serikat, Udayan justru memilih menjadi guru dan bergabung dengan
salah satu partai komunis di India. Ia bersama para kameradnya bergerak secara
klandestin dan kerap menjadi buruan aparat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sementara Udayan akhirnya menikahi
Gauri, adik kawannya, Subhash justru terlibat percintaan dengan Holly,
perempuan setengah baya yang punya satu anak dan telah berpisah dengan
suaminya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Pernikahan Udayan dengan Gauri tak
direstui keluarga kedua belah pihak. Gauri telah diusir, kecuali oleh kakaknya.
Namun, meski orang tua Udayan tidak merestui, mereka masih mau menerima
pasangan muda itu untuk tinggal di Tollygunge.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jarak yang begitu jauh memisahkan
Udayan dengan Subhash membuat mereka tidak mengetahui kondisi masing-masing
yang sebenarnya. Udayan tidak tahu jika Subhash menjalin hubungan dengan Holly.
Sementara Subhash tidak tahu jika Udayan kian aktif di partai komunis yang kian
membahayakan dirinya. Hingga suatu hari sebuah telegram datang ke Rhode Island,
AS, tempat tinggal Subhash:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Udayan tewas. Pulanglah jika kamu bisa.”<o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ketika Udayan tewas diberondong oleh
polisi, dia tidak tahu jika Gauri, istrinya, tengah mengandung. Di Tollygunge, Subhash
mendapati bahwa kedua orang tuanya terlihat tidak menyayangi Gauri: restu belum
juga diberi sejak pernikahan. Mereka hanya menunggu Gauri melahirkan.
Rencananya mereka akan merawat anak Udayan dan mengusir ibunya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Subhash mengambil keputusan penting.
Dia menikahi Gauri demi menyelamatkan mantan istri adiknya beserta anaknya dari
kesewenang-wenangan orang tuanya. Setelah melewati pelbagai ketegangan, Gauri
akhirnya berangkat ke AS untuk menyusul Subhash.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Selama mengandung, Subhash tak berani
menyentuh Gauri, yang kini telah menjadi istrinya. Komunikasi mereka juga masih
kaku. Bagaimana tidak, dari ipar menjadi istri sendiri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Gauri akhirnya melahirkan anak
perempuan yang diberi nama Bela. Sejak punya anak, Gauri yang masih dihantui
tragedi pembunuhan Udayan merasa hampa, dia tak terlalu sayang kepada Bela dan
Subhash. Hal ini kemudian mencapai puncaknya. Saat Subhash dan Bela baru pulang
dari India karena ayahnya meninggal, Gauri telah meninggalkan mereka dengan
meninggalkan sepucuk surat yang ditulis memakai bahasa Bengali:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Aku tidak membuat keputusan ini dengan tergesa-gesa. Dari
segala segi, aku telah memikirkannya selama bertahun-tahun. Kamu berusaha
sebaik-baiknya. Demikian juga aku, tetapi tidak juga ketemu. Kita telah
berusaha untuk meyakini bahwa kita akan menjadi teman satu sama lain.<o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">…………………………………………………………..<o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Selamat, Subhash. Dan juga selamat tinggal. Sebagai balasan
atas semua yang telah kamu lakukan untukku, aku tinggalkan Bela untukmu.”</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Gauri pergi ke California untuk
mengajar di sebuah kampus. Sementara Subhash memutar otak bagaimana
menyampaikan perpisahan ini kepada Bela yang masih kecil. Tapi waktu akhirnya
mampu mengatasi segalanya. Bela beranjak dewasa. Setelah lulus kuliah, dia
bertualang ke pelosok AS, menyambangi para petani, orang-orang miskin, dan mengajar
anak. Aktivitasnya menyerupai Udayan, ayahnya yang tak pernah ia lihat, yakni
menolong masyarakat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ketika Subhash mulai menua, ibunya di
India telah pikun. Subhash kembali hidup sendirian: tanpa Udayan, tanpa Gauri,
tanpa Bela, tanpa kedua orang tuanya. Hingga suatu saat, seorang perempuan
seusianya, sama-sama tua, yang sudah punya anak dan cucu datang dalam hidupnya.
Selain itu, Bela akhirnya kembali ke Rhode Island, ia mengandung. Setelah
lahir, anaknya diberi nama Meghna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Berani-beraninya kamu menapak di
rumah ini!” kata Bela kepada Gauri saat ibunya datang ke rumah Subhash di Rhode
Island.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Keluar. Pergilah kembali pada apa
pun yang lebih penting,” lanjut Bela.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Gauri akhirnya pergi, meninggalkan
cucu dan anaknya yang tak akan pernah memaafkannya. Ia bahkan tak sempat bertemu
dengan Subhash, suaminya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">The Lowland</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"> atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tanah Cekung</i> yang tebalnya 591 halaman,
secara getir menggambarkan bagaimana ideologi dan keluarga yang tak
terdamaikan. Tragedi kematian Udayan membawa persoalan yang rumit bagi orang-orang
terdekatnya, dan berkelindan selama puluhan. Kasih sayang raib, yang ada hanya
kosong.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Hubungan Subhash dan Gauri yang
dingin dan gagal, juga bagaimana Bela selama puluhan tahun tidak tahu siapa
ayah sebenarnnya, dan dengan kejam ditinggalkan begitu saja oleh ibunya. Sementara
Gauri yang cintanya tercerabut bersamaan dengan tewasnya Udayan, tak mampu lagi
membangun hubungan rumah tangga untuk selamanya. Hatinya telah tandus.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Begitu pula kedua orang tua Udayan.
Mereka hanya bisa diam di tengah peristiwa yang membuat jiwa keduanya remuk
redam. (irf)<o:p></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-13408807650798591502021-09-12T08:06:00.004-07:002021-09-12T08:06:58.596-07:00Interpreter of Maladies: Kisah Penuh "Luka" yang Dituturkan Secara Hangat dan Menggugah<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi00k6KyzCxjevm3YueNsteSYVqT6d7FBKDxiIrqZWsylEjG8Qybxx0nvhyphenhyphenC7UA0XevO_VvrsWHvpDbbYKdtkgSTbfb5rmmAtkhk7VNdcOVar-n0or4j1_hjWYcZzXdigajAmoSDPt0Y80/s2048/IMG20210905075904.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi00k6KyzCxjevm3YueNsteSYVqT6d7FBKDxiIrqZWsylEjG8Qybxx0nvhyphenhyphenC7UA0XevO_VvrsWHvpDbbYKdtkgSTbfb5rmmAtkhk7VNdcOVar-n0or4j1_hjWYcZzXdigajAmoSDPt0Y80/w400-h300/IMG20210905075904.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><p><span style="font-size: 14pt;">Perjumpaan saya dengan karya-karya
Jhumpa Lahiri adalah perjumpaan yang memutar. Mula-mula saya menyukai film. Dan
salah satu sutradara favorit saya adalah Mira Nair. Film karya Mira Nair yang
pertama kali saya tonton adalah sebuah omnibus berjudul </span><i style="font-size: 14pt;">New York, I love You</i><span style="font-size: 14pt;"> (2009) saat diputar di Jakarta International
Film Festival (JIFFes). Selanjutnya adalah film </span><i style="font-size: 14pt;">Amelia</i><span style="font-size: 14pt;"> (2009), biopik penerbang Amelia Earhart yang hilang di
perairan Pasifik.</span></p></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Setelah itu saya mulai mencari
film-film Mira Nair yang lain, dan ketemulah <i>The Namesake</i> (2006), film tentang pergulatan identitas yang
diangkat dari novel Jhumpa Lahiri dengan judul sama. Seperti dua film
sebelumnya, <i>The Namesake</i> juga begitu
memukau hingga akhirnya saya mencari novelnya hingga dapat. Nah, mulai saat
itulah saya berkenalan dengan karya Jhumpa Lahiri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Setelah menamatkan novel <i>The Namesake </i>(2003)<i>, </i>saya langsung menjadi penggemar baru Lahiri. Pengarang perempuan
keturunan India ini benar-benar piawai dalam bertutur. Rangkaian kalimatnya
begitu jernih, jauh dari rumit. Dia tak bergenit-genit dengan metafora dan
majas lainnya. Ketekunan dan kesabarannya dalam menggambarkan latar cerita dan
detail-detail lainnya begitu mengagumkan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sayang sekali, setelah novel <i>The Namesake, </i>saya kesulitan menemukan
buku-buku Lahiri yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sempat
suatu kali ada bukunya yang berjudul <i>The
Lowland</i> (2015) atau <i>Tanah Cekung </i>beredar
di toko besar<i>,</i> namun karena penerbit
kurang terkenal maka saya menunda untuk membelinya (sekarang akhirnya dibeli
juga buku itu). <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ada pula informasi yang menyebutkan bahwa
<i>Interpreter of Maladies</i> telah
diterjemahkan, tapi ketika saya cek, ternyata terbitnya sudah lama. Setelah sekian
lama tertunda, akhirnya saya bisa mendapatkan buku tersebut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Interpreter of Maladies </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh tiga penerbit. Pertama, Akubaca dengan
judul <i>Penafsir Kepedihan</i>. Kedua oleh
Jalasutra dengan judul <i>Benua Ketiga dan
Terakhir</i>. Dan ketiga oleh Gramedia Pustaka Utama berjudul <i>Penerjemah Luka</i>. Saya membaca yang terakhir.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Buku ini merupakan kumpulan cerpen,
total berjumlah sembilan. Dan sebagaimana <i>The
Namesake, </i>dalam buku ini juga Lahiri bertutur dengan sangat baik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kisah pertama dibuka oleh “Masalah
Sementara”, tentang bagaimana pasangan muda keturunan India yang hidup di AS
saling menutup diri, tak acuh, dan dingin, padahal mereka belum lama menikah. Situasi
ini bermula setelah sang istri melahirkan dan anaknya meninggal sesaat setelah
persalinan. Setelah itu komunikasi beku, keduanya sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing, sampai akhirnya tibalah pemadaman listrik karena gangguan. Kegelapan
rumah membuat mereka menyalakan lilin, makan bersama, dan mulai bicara lagi,
lalu situasi pun mulai mencair kembali.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Cerpen favorit saya yang kedua adalah
“Seksi”. Berkisah tentang Laksmi dan Miranda. Mereka rekan kerja. Sekali waktu
Lakmi bercerita bahwa sepupunya yang telah punya anak dikhianati suaminya yang
memilih pacaran dengan seorang pramugari. Sementara setiap hari Laksmi
bercerita hal tersebut, Miranda sebetulnya tengah menjalin hubungan dengan
seorang pria beristri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Seksi,” ucap kekasih Miranda suatu
hari. Hati Miranda melambung. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Suatu hari, Laksmi hendak mengantar
sepupunya untuk beberapa urusan. Nah, anak sepupunya itu dititipkan ke Miranda.
Si bocah dan Miranda lumayan akrab. Saat si bocah melihat gaun yang dipegang
Miranda, ia meminta Miranda untuk memakai. Meski awalnya menolak, tapi akhirnya
Miranda mengenakannya juga. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Melihat Miranda dengan gaun tersebut,
si bocah berkata, “Seksi.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Miranda kaget, sebab ia teringat
dengan ucapan kekasihnya, pria beristri yang kerap bercinta dengannya. Ia pun
bertanya kepada si bocah, apa maksud ucapan tersebut. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Mencintai seseorang yang tidak kau
kenal,” jawab anak itu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Si bocah sebetulnya tengah
membicarakan bapaknya yang berselingkuh dengan pramugari. Namun bagi Miranda,
jawaban tersebut begitu menohok dirinya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Cerpen favorit selanjutnya adalah “Benua
Ketiga dan Terakhir”. Ini merupakan cerpen pengujung di buku <i>Penerjemah Luka. </i>Menceritakan
persahabatan pria imigran India dengan perempuan AS yang telah berusia lebih
dari 100 tahun. Selain itu, juga hubungan kaku antara si imigran istrinya yang
masih berada di India. Maklum, pasangan yang menikah karena dijodohkan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Saat istrinya akhirnya menyusul dan
tiba di AS, si pria tak menyambutnya dengan antusias, biasa saja. Namun seiring
waktu, keduanya kemudian saling mengerti, saling memahami, hingga hubungan
lebih hangat dan hidup. Dan sebagai perantau, si pria imigran merasa bersyukur
atas pencapaian yang biasa-biasa saja. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">“Aku sekarang tahu pencapaianku biasa
saja. Aku bukan satu-satunya orang yang mencari keberuntungan jauh dari kampung
halamannya, dan yang pasti aku bukan yang pertama. Namun tetap saja ada
saat-saat ketika aku terheran-heran mengenang setiap kilometer yang kutempuh,
setiap hidangan yang kusantap, setiap orang yang kukenal, setiap kamar tempat
aku pernah tidur. Meski semuanya tampak biasa, ada saat-saat ketika itu semua
melampaui bayanganku,” ucapnya.</span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ya, cerpen ini begitu hangat. Tak
heran jika Jalasutra menjadikannya sebagai judul buku, alih-alih menerjemahkan
dari kalimat “Interpreter of Maladies”. <o:p></o:p></span></p>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-no-proof: yes;">Sekarang
saya tengah mulai membaca <i>The Lowland</i>,
awalnya saja sudah menarik. Lain kali, mudah-mudahan sempat, akan saya tuangkan
juga di sini. (irf)</span>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-6631819575060278192021-08-17T05:17:00.005-07:002021-08-17T05:19:15.760-07:00Prabu Wangisutah: Wastu Kancana dan Dua Calon Istri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKlFjHH02pGiviZtjWs62b1CyePileG77kwqt8I5OP-UDetDK-bSMfJqY8gcZHxWaBx-ZBgBx7cZslQ3XYAjv8ywxNln23bmTyduGg63Y-Dg7Hs0SGTvC_SrBtkb9XBMljgVPExsQb5qs/s2048/IMG20210726090615.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKlFjHH02pGiviZtjWs62b1CyePileG77kwqt8I5OP-UDetDK-bSMfJqY8gcZHxWaBx-ZBgBx7cZslQ3XYAjv8ywxNln23bmTyduGg63Y-Dg7Hs0SGTvC_SrBtkb9XBMljgVPExsQb5qs/w400-h300/IMG20210726090615.jpg" width="400" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Setelah berguru kepada Resi Susuk Lampung,
Wastu Kancana dan Rakean Hujung akhirnya kembali ke Negeri Sunda. Mereka
berpisah di sebuah pelabuhan. Rakean Hujung pulang ke kampungnya di Hujung
Kulon, dan Wastu Kancana kembali ke Kawali, ibu kota Sunda. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Wastu Kancana berlabuh di Muara Jati
(Cirebon). Sebelum sampai ke Kawali, dia singgah dulu ke Gunung Indrakila
(Gunung Ciremai) dan bertemu dengan Ni Larang Sariti. Nenek ini adalah penunggu
wilayah bekas negara (kerajaan) yang masih leluhur Kerajaan Sunda. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Setelah itu, Wastu Kancana melanjutkan
perjalanan dan singgah lagi ke sebuah perguruan Budha Mahayana Sarwastiwada di
daerah Gunung Bitung, Talaga Manggung. Kemudian dia laju lagi dan akhirnya
sampai ke Kawali serta langsung menuju Lemah Kabuyutan Sanghiyang Linggahiyang,
tempat kedua orang tua dan kakak perempuannya disemayamkan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kedatangan Wastu Kancana disambut
gembira oleh pamannya dan seluruh warga yang hidup di lingkungan keraton. Prabu
Bunisora Suradipati, pamannya, yang menjabat sebagai raja sementara, ingin
segera melantik Wastu Kancana sebagai raja pelanjut ayahnya yang gugur di
Bubat. Namun, Wastu Kancana belum bersedia. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Karena seorang raja harus mempunyai
permaisuri, maka Prabu Bunisora Suradipati mendorong keponakannya untuk segera
berumah tangga. Ketika Wastu Kancana berkata bahwa selama berkelana dia tidak
pernah sembarangan menggunakan penglihatannya termasuk kepada perempuan,
pamannya percaya tapi terus mendesaknya:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Paman percaya kana kapengkuhan dia,
tapi ogé Paman percaya kana kajujuran dia! Naha Anom teu kungsi papanggihan
basa guguru di Maharesi Susuk Lampun? Tong mungkir, Anom! Beubeur nu dipaké ku
dia, kaambeuna ku Paman, asa seungit cawéné?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Memang betul, ketika Wastu Kancana hendak
meninggalkan Lampung, dia diberi kenang-kenangan ikat pinggang oleh Dewi
Sarkati, putri Maharesi Susuk Lampung. Setelah Wastu kancana mengakuinya, maka Prabu
Bunisora Suradipati segera mengirimkan utusan untuk melamar Dewi Sarkati untuk
dikawinkan dengan keponakannya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di sisi lain, ketika utusan dari
Kerajaan Sunda berangkat ke Lampung, Dewi Sarkati bermimpi didatangi Batara
Wisnu yang menunggangi Garuda. Namun dalam mimpi tersebut, wajah Batara Wisnu
mirip dengan Wastu Kancana. Hal tersebut ia ceritakan kepada ayahnya dan
meminta izin untuk menyusul Wastu Kancana ke Negeri Sunda. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Lamun éta lalaki geus diguratkeun
pijodoeun kami, poé isuk kami rék lunta ka Tatar Sunda! Muga Ramaresi nyaluyuan!”
ujar Dewi Sarkari.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Eulis! Anaking! Naha bet luluasan
kitu?” tanya ayahnya penuh kekhawatiran. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Tong disebut seuweuna Maharesi Susuk
Lampung mun teu wani meuntasan sagara! Anggursi jurungkeun! Muga kami waluya
dina enggoning lalampahan!” jawab Dewi Sarkati.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Maka Dewi Sarkati pun akhirnya
berangkat ke Tatar Sunda hendak menemui pujaan hatinya yang datang lewat
impian. Namun, bukankah Negeri Sunda itu luas? Harus ke mana dia menuju? Perjalanan
Dewi Sarkati tidak mudah, dia harus melewati pelbagai tantangan dan rintangan
yang mengadang, bahkan putri Maharesi Susuk Lampung itu hampir diperkosa oleh
kawanan begal di sebuah hutan dekat Kawali.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dewi Mayangsari<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di lingkungan keraton Sunda, salah
seorang putri Prabu Bunisora Suradipati, yakni Dewi Mayangsari—sepupunya Wastu
Kancana, yang dulu kawan bermainnya sewaktu bocah—kini telah tumbuh dewasa. Dia
juga menyimpan hati kepada kakak sepupunya tersebut, pun sebaliknya Wastu
Kancana—meski fokusnya tetap kepada Dewi Sarkati.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Singkat cerita, Dewi Sarkati akhirnya
dapat mencapai Kawali setelah sebelumnya ditolong oleh Rakean Hujung saat
hendak diperkosa oleh kawanan begal. Ya, Rakean Hujung kawan seperjalanan Wastu
Kancana saat berkelana ke Pakuan dan Lampung. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kegembiraan pun tumpah di keraton.
Pelbagai persiapan dipercepat untuk acara pernikahan Wastu Kancana dan Dewi
Sarkati. Di tengah kesibukan itu, Dewi Sarkati mulai dekat dengan Dewi
Mayangsari, dan dia melihat bahwa putri Prabu Bunisora Suradipati itu seperti
dirinya: mencintai Wastu Kancana. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Maka sehari sebelum pernikahannya
dengan Wastu Kancana, Dewi Sarkati mengajukan satu permintaan yang harus
dipenuhi: Wastu Kancana boleh menikahinya asal sekaligus dengan Dewi
Mayangsari. Tanpa diduga banyak orang, calon Raja Sunda itu akan menikahi dua
perempuan sekaligus!<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Selain itu, pada kesempatan yang
hampir bersamaan, Wastu Kancana yang belum juga menyanggupi untuk menjadi raja,
oleh para tetua diberi gelar Prabu Wangisutah.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>(irf) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-65823821719063458822021-08-08T21:09:00.003-07:002021-08-08T21:09:34.146-07:00Wastu Kancana: Pertualangan Calon Raja Sunda <p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWin937a3keH5ChdtEoYVlOtyXZMqUYP3y4CyCmDJxvE-HxOT8rNwR6eaI6xo4hVFh-k-MEP3q80vL2d6w78Cwoa66YkW66af1KMmj8iAa7KxWa01gkClpGGfO8W-tXkjM4bn_itKuG88/s2048/IMG20210726090554.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWin937a3keH5ChdtEoYVlOtyXZMqUYP3y4CyCmDJxvE-HxOT8rNwR6eaI6xo4hVFh-k-MEP3q80vL2d6w78Cwoa66YkW66af1KMmj8iAa7KxWa01gkClpGGfO8W-tXkjM4bn_itKuG88/w400-h300/IMG20210726090554.jpg" width="400" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><p><span style="font-size: 14pt;">Ketika Perang Bubat meletus yang
menewaskan kedua orang tua dan kakak perempuannya, Wastu Kancana masih bocah. Berita
duka itu disampaikan kepada Mangkubumi Bunisora Suradipati oleh para darmajaksa
utusan Prabu Hayam Wuruk. Para tetua Sunda yang telah lanjut usia marah besar.
Mereka menghendaki perang, menyerbu Majapahit.</span></p></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Mahapatih jejerih! Gajah atah warah!
Gusti Mangkubumi! Najan kami geus cetuk-dawuk! Goréng-goréng gé kami téh kungsi
ngalaman jadi Senapatiyuda! Kami sanggup kénéh ngeprik wadyabalad Nagri Sunda
pikeun males pulih ngagempur urang Majapait!” ucap Ki Olot, tetua yang paling
dituakan, emosinya meluap-luap. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Namun Mangkubumi Bunisora Suradipati
dapat meredam emosi para tetua tersebut. Dia berpikir jika Sunda membalas
dendam dengan menggempur Majapahit, maka kehancuran akan menimpa seluruh Jawa. Dengan
kesedihan yang mendalam, Mangkubumi Bunisora Suradipati kemudian pamit kepada
para tetua hendak menenangkan pikiran sejenak dengan pergi ke Jampang, tempat
tinggalnya yang juga terdapat padepokan untuk menggembleng para balamati
(pengawal kerajaan) Negeri Sunda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Namun sehari sebelum dia berangkat,
Wastu Kancana yang tinggal di keraton bersama sejumlah pengasuhnya diculik
seseorang pada malam hari. Setelah dikejar oleh Mangkubumi Bunisora Suradipati,
ternyata yang menculiknya adalah salah seorang pemimpin di padepokan Mandala
Binayapanti Jampang. Akhirnya Wastu Kancana justru dititipkan di padepokan
tersebut.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Pertualangan di Pakuan Pajajaran dan Lampung<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Setelah belajar di padepokan
Binayapanti Jampang selama lima tahun, akhirnya Wastu Kancana harus kembali ke
Kawali, ibu kota Sunda. Namun, sehari sebelum dia pergi, Mangkubumi Bunisora
Suradipati datang ke padepokan itu untuk menyampaikan tragedi yang menimpa
orang tua, saudara, dan orang-orang Sunda lainnya yang gugur di palagan Bubat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ya, selama lima tahun mendalami ilmu,
tragedi itu dirasiakan kepada Wastu Kancana. Setelah mendengarkan semua yang
dikisahan pamannya, Wastu Kancana pingsan. Lalu siuman dan muntab.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Paman! Naha Paman teu males pulih ka
si Gajah Mada? Paman leutik burih!” bentak Wastu Kancana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Namun setelah ditenangkan dan diberi
pengertian, Wastu Kancana akhirnya mereda. Dia sebetulnya diminta untuk kembali
ke Kawali karena hendak dijadikan raja, penerus ayahnya. Namun Wastu Kancana
menolak, dia merasa belum pantas dan masih ingin menambah ilmu di tempat lain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ditemani Rakean Hujung, kawannya di
padepokan, Wastu kancana akhirnya pergi. Rakean Hujung membawanya ke Pakuan,
negeri bawahan Sunda yang dulu terpisah. Mereka menyemar sebagai rakyat biasa,
bukan sebagai lulusan Binayapanti Jampang apalagi calon raja.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di Pakuan ternyata hendak terjadi
pemberontakan yang akan menggulingkan raja yang sah. Pelakunya adalah Rakean
Mantri Kaladarma beserta gerombolannya. Namun, berkat strategi Rakean Hujung
dan Wastu Kancana, pemberontakan itu berhasil digagalkan. Setelah itu, keduanya
segera meninggalkan Pakuan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Mereka kemudian menuju pesisir utara
Jawa bagian Barat, hendak mencari pengalaman dengan berlayar. Karena perahu
yang ada hanya akan berlayar ke Lampung, maka keduanya terpaksa ikut. Di
Lampung, mereka berguru kepada Resi Susuk Lampung. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Di padepokan ini, Rakean Hujung dan Wastu
Kancana lagi-lagi menolong tuan rumah dari serangan berdarah yang dipimpin Arai
Mongga. Setelah peristiwa itu, keduanya pamitan kembali ke Negeri Sunda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Bagi Wastu Kancana, selain menambah
ilmu, di padepokan Lampung juga dia mulai merasakan jatuh cinta kepada seorang
gadis bernama Dewi Sarkati, putri Resi Susuk Lampung. Sayang, keduanya harus
berpisah. Namun sebelum berpisah, mereka bertukar cendera mata sebagai
kenangan-kenangan akan cinta yang hendak dipisahkan raga. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Geter rasa geter sukma, sambung
sinambungan, tepung dina pasisi jangji nu teu kungsi kalisankeun. Antara
Lampung jeung Sunda, jauh pilampaheunana, tapi deukeut geugeut na angenna,”
tulis Yoseph Iskandar. (irf)</span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-70902402214945603822021-08-01T07:48:00.005-07:002021-08-01T07:59:07.845-07:00Perang Bubat: Sikap Lancung Gajah Mada dan Tewasnya Citraresmi <p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaSugsLVnSJEDHFw_378MqN9k06Wi3AoF3JeVJem9S6aLqlZ98HGXF00mVAJg-ebW-rHIYP0I97gKih-zt7e8qtV16SVcZlYFOdbBbobTLtUCVB3qsFieagP56Smz9IAj13e0KNvpqqWg/s2048/IMG20210726090526.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaSugsLVnSJEDHFw_378MqN9k06Wi3AoF3JeVJem9S6aLqlZ98HGXF00mVAJg-ebW-rHIYP0I97gKih-zt7e8qtV16SVcZlYFOdbBbobTLtUCVB3qsFieagP56Smz9IAj13e0KNvpqqWg/w400-h300/IMG20210726090526.jpg" width="400" /></a></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Yoseph Iskandar menulis roman sejarah
tentang Kerajaan Sunda dalam sembilan jilid buku, yaitu:</span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">1. Perang Bubat<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">2. Wastu Kancana<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">3. Prabu Wangisutah<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">4. Tanjeur na Juritan Jaya di Buana<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">5. Pamanah Rasa<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">6. Putri Subang Larang<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">7. Prabo Anom Jayadewata<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">8. Tri Tangtu di Bumi<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">9. Ajar Kutamangu<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Semuanya insyaAllah akan saya
resensi satu persatu secara berurutan. Dan mari kita mulai dari buku yang pertama: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Perang Bubat</i>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kenapa kisah ini dibuka dengan
pertumpahan darah? Saya kira, karena tragedi ini menjadi batu tapal untuk siapa
saja yang tertarik dengan cerita tentang Kerajaan Sunda. Peristiwa ini hingga
kiwari menjadi akar dari pelbagai pamali dalam hubungan Sunda-Jawa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Warsa 1356 Masehi, Sunda dipimpin
oleh Prabu Maharaja Linggabuana. Dia punya dua anak, yaitu Citraresmi dan Wastu
Kancana. Adik Linggabuana bernama Mangkubumi Bunisora Suradipati. Sekali waktu,
datang utusan dari Kerajaan Majapahit. Tujuannya untuk melukis Citraresmi
sebagai salah satu calon istri yang kelak akan dipilih oleh Prabu Hayam Wuruk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Singkat cerita, Citraresmi terpilih
dan dilamar. Karena saat itu Majapahit adalah kerajaan besar yang banyak negeri
bawahannya, maka calon mempelai wanita yang mendatangi calon mempelai laki-laki
untuk melaksanakan perkawinan. Hal ini sebetulnya sempat ditolak oleh Mangkubumi
Bunisora Suradipati yang menjunjung tinggi harga diri Sunda, namun kakaknya
menyetujui permintaan Majapahit. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Karena punya firasat buruk, maka
dengan beberapa alasan akhirnya Mangkubumi Bunisora Suradipati dan Wastu
Kancana tidak ikut ke Trowulan, ibu kota Majapahit. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Rombongan dari Sunda berlayar melalui
Cirebon. Sesampainya di Trowulan—karena ambisi Sumpah Palapa Gajah Mada—mereka tak
langsung disambut ke keraton, melainkan ditempatkan dulu di Lapangan Bubat. Gajah
Mada bertekad menaklukkan rombongan Sunda karena hanya kerajaan inilah yang
belum sempat ia taklukkan untuk menggenapi Sumpah Palapa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Prabu Hayam Wuruk tidak setuju dengan
rencana mahapatihnya. Namun, tekad Gajah Mada telah bulat, dia hendak menjadikan
Citraresmi sebagai upeti sebagai tanda bahwa Kerajaan Sunda mengaku takluk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Lalu apa yang selanjutnya terjadi? Alih-alih
menuruti ambisi Gajah Mada, rombongan Sunda mengobarkan perlawanan. Tentu saja
kecamuk saling bunuh yang sangat tidak seimbang, sebab mereka jauh-jauh datang ke
Majapahit bukan untuk berperang, melainkan pernikahan. Maka demikianlah, firasat
buruk Mangkubumi Bunisora Suradipati menjadi kenyataan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Seluruh rombongan Sunda tumpas,
termasuk Citraresmi yang menghunjamkan patrem pemberian pamannya ke dadanya
sendiri. Pesta perkawinan itu berubah menjadi ladang pembantaian. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Sikap lancung Gajah Mada dalam kisah
klasik ini kemudian menjadi semacam api abadi dalam pamali-pamali kultural hubungan
Sunda-Jawa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Karena tidak ikut ke Majapahit, maka Mangkubumi
Bunisora Suradipati dan Wastu Kancana selamat dan menjadi penerus Kerajaan
Sunda, juga kisah-kisah selanjutnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dalam cerita ini Yoseph Iskandar
sempat melontarkan kritik terhadap Mohammad Yamin yang “menemukan” sosok Gajah
Mada lewat pecahan celengan yang kemudian menjadi narasi seragam dalam buku-buku
sejarah di sekolah. Menurut Yoseph, Yamin jelas salah besar, sebab Gajah Mada
tidak mungkin seperti yang Yamin imajinasikan: <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">“Béda jeung arca nu dipaké nyampaykeun
leungeun kéncana dina sajeroning dirina ngajentul di lawang pendopo. Eta arca
nu purah ngajaga panto téh, pangawakanana lintuh bayuhyuh. Pipi karebi, panon
sipit. Biwir kandel kedeplik. Sarérétan mah bakal pahili jeung Semar. Teuing
arca naon, nu pasti sakur tukang nyieunan karajinan keramik di dayeuh Trowulan,
éta arca téh dijieun conto pikeun céngcéléngan.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ibarat pertandingan tinju, Perang
Bubat adalah pukulan pertama yang telak menghunjam dalam kisah panjang
perjalanan Kerajaan Sunda. (irf)<o:p></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-2614086781060761902021-07-22T16:05:00.000-07:002021-07-22T16:05:04.356-07:00Kisah Petrokimia Putra Mewarnai Sepakbola Gresik<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3RwbubRqyG-PpCBygeKF-sc30w87eqcMSptvBjNmQTkwNq8Lj_rDIdTjN2Zz4YR8v67WLo2OAGv2He5uc825ac0BRsmHRmtA520yj-PqHiyG00IhdvkzfC4PUjEF6_iIldrreiqoI6bI/s1024/tirto-legenda-petrokimia-putra--2--instagram-petrokimiaputra.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="855" data-original-width="1024" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3RwbubRqyG-PpCBygeKF-sc30w87eqcMSptvBjNmQTkwNq8Lj_rDIdTjN2Zz4YR8v67WLo2OAGv2He5uc825ac0BRsmHRmtA520yj-PqHiyG00IhdvkzfC4PUjEF6_iIldrreiqoI6bI/w400-h334/tirto-legenda-petrokimia-putra--2--instagram-petrokimiaputra.jpg" width="400" /></a></div><br /><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Menit ke-76 menjadi yang paling ingin dilupakan oleh para
pendukung Petrokimia Putra. Sementara menit ke-30 mungkin yang paling disesali
selamanya.</span><p></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Jacksen F. Tiago mencetak gol pada menit ke-30
tapi dianulir oleh wasit Zulkifli Chaniago. Sedangkan gol Sutiono Lamso (pemain
Persib Bandung) pada menit ke-76 disahkan. Gelar juara Liga Indonesia yang
sudah di depan mata, akhirnya menjauh. Mereka takluk oleh kesebelasan yang
tidak diperkuat pemain asing. Itu terjadi pada 30 Juli 1995 di Stadion Utama
Senayan Jakarta yang bergemuruh.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Liga Indonesia pertama tahun 1994/1995 yang
meleburkan tim-tim eks Galatama dan eks Perserikatan barangkali menjadi musim
yang paling ingin mereka lupakan.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Diikuti 34 peserta yang terbagi ke dalam dua
wilayah, Liga Indonesia pertama memang tak mudah untuk ditempuh oleh
kesebelasan mana pun. Namun, berkat bantuan dua pemain asing andalan, Jacksen
F. Tiago dan Carlos De Mello, serta Widodo Cahyono Putro sebagai pemain top
nasional, Petrokimia Putra akhirnya bisa masuk ke fase delapan besar.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Di babak ini, Petrokimia Putra tergabung dengan
Persib Bandung, Assyabaab Salim Group, dan Medan Jaya. Finish di urutan kedua,
mereka ditantang Pupuk Kaltim di semifinal. Pada 28 Juli 1995 mereka berhasil
menekuk kesebelasan dari Kalimantan Timur tersebut. Sementara pertandingan
semifinal yang mempertemukan Persib Bandung melawan Barito Putra dimenangkan
anak-anak Maung Bandung.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Barangkali begitu salah satu tabiat kesedihan
dalam sepakbola: gilang-gemilang dalam kompetisi dan fase delapan besar, tapi
dipungkas oleh kekalahan yang menyakitkan di partai final.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Keputusan wasit yang dianggap merugikan
Petrokimia Putra menimbulkan kemarahan dan melahirkan slogan: <em>“Gembuk,
lek wani rene!”</em> (Lemah, sini kalau berani!)<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Aqwam Fiazmi Hanifan & Novan Herfiyana dalam <em>Persib
Undercover: Kisah-kisah yang Terlupakan</em> (2014) mencatat kisah-kisah
yang beredar seputar partai final Persib Bandung vs Petrokimia Putra. Sebelum
pertandingan digelar, pengurus klub asal Gresik itu berpesan kepada para pemain
untuk menerima saja apa pun yang terjadi, dan mereka dilarang banyak protes ke
wasit.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Jacksen F. Tiago bahkan berkata ia dan Widodo C.
Putro dipanggil oleh pengurus dan dipaksa untuk mengalah. Itu terjadi pada
malam sebelum pertandingan. Setelah itu sebagian pengurus klub langsung pulang
ke Gresik.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Umpan pelan Yusuf Bachtiar kepada Sutiono Lamso
dan diakhiri gol kemenangan Persib dalam laga keesokan hari menyempurnakan
kenangan buruk publik Gresik.</span><br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[endif]--></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Bagaimana Petrokimia Putra Bermula?</span></strong><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: normal; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></strong></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Ingatan sepakbola di Jawa Timur sejak awal telah dipenuhi
oleh narasi tentang Persebaya. Klub yang berdiri pada 1927 itu lekat dengan
Jawa Timur. Walaupun di kota-kota lain seperti Pasuruan, Blitar, Madiun,
Bojonegoro, dll, terdapat kesebelasan sepakbola, akan tetapi gaungnya tak
pernah terasa.</span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Di Gresik—meski telah ada Persegres yang
didirikan pada 2 November 1963, tetapi situasi sepakbola kota tersebut kurang
bergairah. Memasuki akhir 1970-an, kebangkitan sepakbola di salah satu kota di
pesisir utara Jawa Timur itu mulai dihidupkan kembali.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Iksan Agung Nugroho dalam <em>Persatuan
Sepakbola Petrokimia Putra Gresik Tahun 1988-2005</em> (Jurnal Avatara
Vol. 4 No. 3, Oktober 2016) mencatat yang menghidupkan iklim sepakbola Gresik
adalah PT. Petrokimia Gresik, perusahaan pupuk pelat merah.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Akhir tahun 1970-an dibentuk tim bernama
Petrogres yang diprakarsai oleh jajaran direksi seperti Ir. Sidharta dan J.
Tehupeiorij, untuk mengikuti kompetisi antarperusahaan di Surabaya. Ternyata
dalam kompetisi ini ada banyak pemain asal Gresik yang memperkuat tim-tim
Surabaya. Dari sana muncul ide untuk membuat kompetisi sendiri guna
menghidupkan sepakbola Gresik.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Dalam laporan <em>Jawa Pos</em> edisi 25 Mei
1985, seperti dikutip Iksan, Petrogres betul-betul serius dalam membangun tim.
Selain merekrut para pemain asal tim Kertago (Kertas Gowa) Sulawesi Selatan
seperti Daniel Uyo, Abdul Muis, Hasanudin Baso, Sanusi Rachman, dan Abdul
Hamid, mereka juga mengirim dua orang pelatihnya untuk belajar di Jerman, yaitu
Imam Muchsan dan Bambang Purwanto.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">“Di Jerman, kedua pelatih tersebut melakukan
studi banding untuk melihat fasilitas dan program pelatihan yang dilakukan klub
Hamburg SV,” tulisnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Tak lama kemudian Petrogres bergabung dalam
kompetisi yang dijalankan di bawah naungan Persegres yang diikuti antara lain
oleh PS. Varia Usaha, PS. Morada, PS. Kebomas, PS. Gapura, PS. Samudra, PS.
Pelangi, PS. Giri, PS. Indonesia Muda, dll. Pertandingan-pertandingan digelar
di Alun-alun Gresik, lapangan Telogo Dendo, dan Stadion Semen Gresik.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Dari kompetisi tersebut dijaring pemain-pemain
yang akan memperkuat Persegres di kompetisi Perserikatan,” tambah Iksan.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Kompetisi internal itu berhasil mendongkrak prestasi
Persegres yang berhasil masuk kompetisi Divisi Utama Perserikatan tahun 1988
(sebelumnya hanya menghuni Divisi II dan Divisi III). Sementara dalam Galatama
(Liga Sepakbola Utama)—kompetisi semiprofesional, Gresik belum ada wakil. Maka,
pada 20 Mei 1988, Persatuan Sepakbola Petrokimia Putra didirikan, yang akan
diproyeksikan untuk bertarung di Galatama.</span><br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[endif]--></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Sebelum dan Sesudah Malam Kelam 1995 di Senayan</span></strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Galatama yang berlangsung sampai tahun 1994 tak sekali pun
dimenangi oleh Petrokimia Putra. Prestasi terbaik mereka hanya menduduki
peringkat empat. Namun, ketika kompetisi Galatama dilebur dengan Perserikatan
untuk pertama kalinya, mereka langsung tancap gas sebelum akhirnya dilibas di
laga final.</span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Tujuh tahun usai laga tersebut, mereka akhirnya
berhasil keluar sebagai kampiun setelah mengalahkan Persita Tangerang 2-1.
Publik Gresik berpesta, dan pamor Petrokimia Putra meninggalkan Persegres yang
prestasinya terseok-seok. Namun, euforia itu tak lama, sebab setahun kemudian
klub kebanggaan warga Gresik itu menlucur ke jurang degradasi.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;">Tak betah berlama-lama di liga kasta
dua, setahun kemudian Petrokimia Putra kembali ke Divisi Utama. Hal itu tak
lepas berkat perubahan format liga yang kembali menggunakan sistem dua wilayah.<br />
<br />
“Sayonara Kebo Giras”, tulis <i>Jawa Pos</i> edisi 20 Oktober 2005.
Laporan ini berisi tentang Petrokimia Putra yang memutuskan untuk cuti dari
kompetisi Liga Indonesia. Keputusan ini diambil karena tim tersebut lagi-lagi
tersungkur ke jurang degradasi karena persiapan dan materi pemain yang minim.<br />
<br />
Pada tahun yang sama, klub yang pernah melahirkan para pemain seperti Derryl
Sinnerine, Eri Irianto, dan Suwandi H.S. ini—seperti dilansir dari </span><a href="https://www.bola.com/indonesia/read/2558158/cover-story-jejak-petrokimia-putra-dan-asa-baru-persegres-gu" target="_blank"><i><span lang="IN" style="color: #0098da; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">bola.com</span></i></a><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;">,
melakukan merger dengan Persegres alias Gresik United. Nama klub pun berganti
menjadi Persegres Gresik United. (irf)<o:p></o:p></span></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-65800561618797124842021-07-19T21:00:00.003-07:002021-07-19T21:00:58.188-07:0010 Kasidah Nasida Ria untuk Kampret yang Durhaka<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtnDPf9rreq-kOZUP1aM_liVg2iAF1a-XCwcTQaWFmJDSH5O4jPabGmVS2rDFN82i9KczCrKEzzu0eY715c-YHYMHJA9AIMzJotutAumF6buuUBS0rHdChg3l0gpTkRrG28r0_XSUlLY4/s750/5f1e5ab3ab68d.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtnDPf9rreq-kOZUP1aM_liVg2iAF1a-XCwcTQaWFmJDSH5O4jPabGmVS2rDFN82i9KczCrKEzzu0eY715c-YHYMHJA9AIMzJotutAumF6buuUBS0rHdChg3l0gpTkRrG28r0_XSUlLY4/w400-h266/5f1e5ab3ab68d.jpg" width="400" /></a></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Nasida Ria berdiri di Semarang pada
tahun 1975. Grup musik ini membawakan lagu-lagu kasidah, lantunan syair dalam
syiar keagamaan. Meski sudah terbilang tua, namun Nasida Ria pernah tampil pada
gelaran Synchronize Festival tahun 2018 dan 2019. Anak-anak muda kiwari
menyambutnya penuh antusias.</span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Saya kira, mereka—para penonton
itu—setidaknya terbagi ke dalam dua golongan. Pertama, mereka yang masa
kecilnya pernah mendengar lagu-lagu Nasida Ria dari karet milik ibu atau
bapaknya, atau lewat pengeras suara di majelis-majelis pengajian. Kedua, mereka
yang sama sekali belum pernah mendengar, tetapi merasa harus tetap relevan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Dua golongan ini adalah juga yang barangkali
membelah Didi Kempot dan penyanyi-penyanyi “gaek” lainnya yang tampil di
Synchronize Festival. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Meski saya tak pernah sekalipun hadir
dalam festival “edgy” itu, tapi saya masuk ke dalam kelompok yang pertama. Saya
mendengarnya, dulu, setiap kali perayaan Maulid Nabi dan Isra Mikraj di majelis
pengajian kampung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Kiwari, jika sesekali memutarnya di
Youtube, teringat lagi saat-saat itu. Selain saya, seorang sepupu juga hafal
beberapa lagu Nasida Ria. Dia malah amat menggandrungi, karena dulu orang
tuanya rajin membeli kaset Nasida Ria dan memutarnya setiap pagi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Nasida Ria telah mengeluarkan 35
album dan tak kurang dari 350 lagu. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Tentu
saya tak hafal sebanyak itu. Dalam redup remang ingatan, inilah 10 kasidah
terbaik Nasida Ria untuk para kampret yang durhaka:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><br /></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">1. Anakku</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Nasihat klasik orang tua kepada anaknya tentang zaman yang berubah dan tantangan yang menanti di depan. Si anak dituntut menjadi manusia sakti yang "cerdas, tabah, dan kreatif" serta "siap menghadapi tantangan zamannya walau berbahaya". Jika dilihat dari kacamata Orde Baru, manusia sakti ini meliputi imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi): jargon lawas yang pernah jadi andalan kelas menengah Indonesia. </span></p>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/Qa0N8T7dSIw" width="320" youtube-src-id="Qa0N8T7dSIw"></iframe></div><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">2. Lingkungan Hidup<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ode terhadap alam desa yang permai, juga seruan agar tidak merusaknya. Ya, tema yang digarap Nasida Ria memang luas, termasuk isu lingkungan hidup. Meskipun selalu dikaitkan dengan sisi keagamaan, kiranya usaha mereka menggarap tema patut diapresisasi. Dan memang sepatutnya demikian, karena agama tak sekadar "lirik keluh kesah" atau "senandung hijrah", tapi sejatinya mencakup semua lini kehidupan. </span></p>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/unk3r9b4TvU" width="320" youtube-src-id="unk3r9b4TvU"></iframe></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><br /></span></p>3. Dunia dalam Berita</span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 18.6667px;">Sejak tahun 1978, "Dunia dalam Berita" adalah salah satu program berita andalan TVRI yang tayang setiap hari mulai pukul 21.00. Sebagaimana namanya, program berita ini banyak menyiarkan kabar-kabar dari luar negeri seperti perang, kelaparan, pertemuan internasional para kepala negara, dan lain-lain. Nah, apakah Nasida Ria terinspirasi dari program berita itu atau sebaliknya? Yang jelas kasidah ini juga mengabarkan kejadian-kejadian di luar negeri. Simak salah satu penggalan liriknya: </span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 18.6667px;"><i>"Australia kebanjian, Afrika kekeringan</i></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 18.6667px;"><i>ASEAN perdamaian, Persia pertikaian</i></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 18.6667px;"><i>Sungguh asyik dunia dalam berita" </i></span></span></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/bR47vBBSsvs" width="320" youtube-src-id="bR47vBBSsvs"></iframe></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">4. Jilbab Putih</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Saya membayangkan kasidah ini dibuat pada tahun-tahun saat jilbab dilarang oleh Orde Baru, atau setidaknya belum leluasa seperti sekarang. Juga teringat puisi Emha Ainun Nadjib berjudul <a href="http://www.wangihujan.id/search?q=lautan+jilbab" target="_blank">"Lautan Jilbab"</a>. Ya, memang ada suatu masa saat para muslimah di Indonesia melewati masa-masa getir. Dan Nasida Ria "mengibarkan" budaya yang kian populer itu lewat kasidah yang santai dan ceria. </span></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/MZHoIZif_K8" width="320" youtube-src-id="MZHoIZif_K8"></iframe></div><br /><p></p><p class="MsoNormal"><br /></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">5. Matahari Dunia<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Ini adalah salah satu kasidah Nasida Ria yang paling populer. Beberapa tahun ke belakang, terutama pada Subuh di bulan puasa, salah satu stasiun televisi sering memutarnya. A</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 18.6667px;">jakan bersalawat kepada nabi dan p</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">ujian kepadanya: </span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>"Nabi Muhammad bagai purnama</i></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>Cahaya di atas cahaya"</i></span></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/L9ECW8MXNQ4" width="320" youtube-src-id="L9ECW8MXNQ4"></iframe></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">6. Perdamaian</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Hingga kiwari, saya kira tak ada yang lebih populer daripada kasidah ini. Setelah dibawakan Gigi dalam album religinya, lagu "Perdamaian" terus melambung dan terngiang-ngiang di benak para pendengarnya. Liriknya cerdas, menunjukkan ironi, menghantam para maniak perang, atau para kepala negara yang buntu di meja-meja perundingan.</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>"Banyak yang cinta damai</i></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>Tapi perang makin ramai" </i></span></p>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/RZaW_bq6wxo" width="320" youtube-src-id="RZaW_bq6wxo"></iframe></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">7. Keadilan</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Kali ini Nasida Ria merambah wilayah hukum. Mengisahkan tentang seseorang yang melanggar hukum dan keluarga terlibat dalam persidangannya. Adik, kakak, paman, ayah, dan ibu mempunyai perannya masing-masing yang berseberangan. Namun pada akhirnya, sebagaimana lirik kasidah tersebut, "yang salah diputus salah". Kemudian bait berikutnya:</span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>"Itulah keadilan </i></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>Tak kenal sistem famili</i></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>Itulah kebenaran</i></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><i>yang harus dijunjung tinggi"</i></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Kiwari, kita bisa tersenyum atau tertawa karena lirik itu terasa terlalu "mimpi" dan "berkhayal", sebab hukum hanya mampu dibeli orang-orang berduit. Langit runtuh berderak-derak, keadilan hanya omong kosong di negeri para bedebah ini. </span></p>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/vcKTlLirNP4" width="320" youtube-src-id="vcKTlLirNP4"></iframe></div><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><br /></span></p>8. Kota Santri</span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Pasangan Anang dan Krisdayanti yang kini telah ambyar pernah membawakan kasidah ini. Kota santri banyak tersebar hampir di seluruh pelosok Jawa, baik dalam lingkungan salaf (tradisional) maupun modern. Lembaga pendidikan ini kerap menjadi benteng, baik moral maupun pergolakan fisik, dari ekonomi sampai politik. </span></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/-3Sp6GIJ8lc" width="320" youtube-src-id="-3Sp6GIJ8lc"></iframe></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">9. Siapa Bilang<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Jangan pukul rata. Demikian Nasida Ria menyampaikan. Apalagi saat berkomunikasi dengan para remaja yang berdarah panas. Mereka tak menyangkal jika terdapat remaja yang durhaka, merosot akhlaknya, penuh noda, dan malas, namun mereka juga menegaskan bahwa tidak semuanya demikian. Ibu-ibu ini bahkan memakai kata "budak manja" dan "ganja" dalam liriknya. Sungguh pendekatan yang luar biasa. </span></p>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/QaEllaLWVIg" width="320" youtube-src-id="QaEllaLWVIg"></iframe></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">10. Wajah Ayu untuk Siapa<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;">Inilah asal-usul istilah "kampret yang durhaka". Saat kasidah ini dibawakan dalam gelaran </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 18.6667px;">Synchronize Festival, banyak penonton yang tertarik akan liriknya. Dalam konstelasi politik kiwari, kata "kampret" juga "cebong" mucul sebagai anak kandung polarisasi politik yang kian tajam. Padahal dulu, saat Nasida Ria membuat lagu ini, lema "kampret" digunakan secara harfiah sekaligus metafora sebagai perusak buah-buahan dan perusak kesucian perempuan. Dan Nasida Ria menegaskan bahwa "wajah ayu, tubuh seksi" yang "bagai buah mangga ranum" itu " tidak akan kuserahkan pada kampret yang durhaka". </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;"> </span></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/NkTxwbMZooA" width="320" youtube-src-id="NkTxwbMZooA"></iframe></div><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-no-proof: yes;"><br /></span><p></p>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8122063423586713677.post-20530552879825978782021-07-18T07:19:00.001-07:002021-07-18T07:19:33.110-07:00Perang Saudara Berakhir, Darah Abraham Lincoln Mengalir<p><i></i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYrKaC1CNKSDkMcJ3urUbAWVYudQqhRKODBHZvB1kwTcF2-xlGYTrfkt1KmKRr8KhdMfA6v8jOLOBOvDRAMHI2qbBRRVPSj-v9C-2RoB_dZZheYcsksQpFMneXrsmFkgXPAG_U-awxf7U/s665/171069_daniel-day-lewis-memerankan-abraham-lincoln-di-film-lincoln_665_374.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="665" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYrKaC1CNKSDkMcJ3urUbAWVYudQqhRKODBHZvB1kwTcF2-xlGYTrfkt1KmKRr8KhdMfA6v8jOLOBOvDRAMHI2qbBRRVPSj-v9C-2RoB_dZZheYcsksQpFMneXrsmFkgXPAG_U-awxf7U/w400-h225/171069_daniel-day-lewis-memerankan-abraham-lincoln-di-film-lincoln_665_374.jpg" width="400" /></a></i></div><i><span lang="IN" style="background: #F3F3F3; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br /></span></i><p></p><p><i><span lang="IN" style="background: #F3F3F3; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Letus kepala.</span></i></p><p><i><span lang="IN" style="background: #F3F3F3; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Sang presiden di ujung</span></i></p><p class="MsoNormal"><i><span lang="IN" style="background: #F3F3F3; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">
nasib celaka.<o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Perseteruan antara kubu Selatan (Konfederasi) dan kubu
Utara (Union) dalam Perang Saudara Amerika Serikat baru saja berakhir. Pasukan
Konfederasi yang dipimpin Robert E. Lee menyerah di Gedung Pengadilan
Appomatox, Virginia, pada 9 April 1865.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Perang Saudara yang berlangsung selama empat
tahun tersebut memakan banyak korban di kedua pihak. Lima hari setelah
Konfederasi menyerah, kebengisan perang yang melahirkan dendam rupanya masih
meminta tumbal.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Malam itu, beserta istri dan beberapa
kolega, </span></span><a href="https://www.theguardian.com/us-news/from-the-archive-blog/2015/apr/14/president-lincoln-assassination-1865" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; text-decoration-line: none;">Abraham Lincoln</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"> tengah
menyaksikan pertunjukan teater di Ford’s Theatre, Washington. Jenderal Ulysses
Grant, mantan pemimpin pasukan Union dalam Perang Saudara dikabarkan akan hadir
juga di acara tersebut. Namun ia terlambat datang.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Ruangan disesaki penonton yang antusias. Dalam
jeda pertunjukan, terdengar letusan senapan. Itu hanya mengundang perhatian
sesaat, tapi tak benar-benar menimbulkan tanggapan serius dari para penonton.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Tiba-tiba seorang pria melompat ke depan tempat
Lincoln berada sembari mengacungkan sebilah belati panjang dan berseru, ”<i>Sic
semper tyrannis!"</i> (begitulah nasib tiran!). Ia lalu melompat ke
panggung dan melarikan diri menggunakan kuda.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Hadirin terkesima. Sementara Lincoln telah
terkulai. Darah mengucur dari kepalanya yang retak dihajar peluru. Istri
Lincoln berteriak histeris melihat suaminya terkapar. Setelah sadar bahwa telah
terjadi pembunuhan, hadirin bergegas menuju panggung dan berusaha mengejar
pelaku. Sebagian berteriak, “Gantung dia! Gantung dia!”<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;"><br /></span></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Aktor Teater Pendukung Konfederasi</span></strong><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; font-weight: normal; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></strong></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">John Wilkes Booth, pria yang menembak Lincoln, dilahirkan
di Maryland pada 1838. Selama Perang Saudara berkobar, ia tinggal di utara,
tapi mendukung kubu Konfederasi yang berada di selatan.</span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Ia adalah seorang aktor. Pada 1860, lima tahun
sebelum ia menembak Lincoln, John Wilkes Booth penah menulis sebuah naskah 21
halaman yang menunjukkan kefanatikan dan simpatinya terhadap kubu Selatan.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Naskah itu ia tulis di Philadelphia dan dimaksudkan
sebagai pidato. Namun sampai Lincoln ditembak, naskah tersebut tidak pernah
sampai ke publik, baik dalam bentuk pidato maupun terbitan. Baru tahun 1990-an
naskah itu ditemukan di salah satu arsip pemain teater di 16 Gramercy Park
South, Manhattan.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Rumah tersebut adalah bekas kediaman Edwin
Booth, kakak John Wilkes Booth, seotang aktor terkenal di masanya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">“Seandainya sentimen-sentimen ini diketahui oleh
para pejabat yang bertanggung jawab menjaga Presiden, mungkin Booth tidak akan
memiliki akses yang mudah untuk hadir di teater Washington pada 14 April 1865,”
tulis </span></span><a href="https://www.nytimes.com/1992/04/12/us/booth-speech-reveals-a-killer-s-mind.html" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; text-decoration-line: none;">Herbert Mitgang</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Menanggapi naskah tersebut, David Herbert
Donald—sejarawan Harvard yang menulis biografi Lincoln—menyebut naskah itu
adalah dokumen menarik yang mengungkap pandangan-pandangan John Wilkes Booth
tentang krisis pemisahan diri dan keadaan pikirannya yang kacau balau. Juga
menggambarkan jalan pikirannya yang tidak koheren dalam masa gejolak emosional
yang hebat.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Robert Giroux, editor penerbit </span></span><a href="https://us.macmillan.com/fsg/" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt; line-height: 107%; text-decoration-line: none;">Farrar Straus Giroux</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">,
menemukan naskah itu saat ia menyisir dokumen pemain teater. Ia duduk di
belakang meja Edwin Booth dalam sebuah penelitian di sekitar Gramercy Park.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">“Saya sedikit terkejut ketika menyadari bahwa
inisial JWB adalah singkatan dari John Wilkes Booth,” ungkapnya.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Naskah tersebut ditulis dengan tinta hitam
tebal, dengan tulisan tangan yang sedikit kacau, kata-kata yang rentan
disalahartikan, salah ejaan, dan tata bahasa yang rancu. John Wilkes Booth
menulisnya di rumah saudara perempuannya, Asia Booth Clarke, di Philadelphia,
saat ia dan ibunya menghabiskan liburan Natal.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Herbert Mitgang menambahkan, dalam naskah yang
bertele-tele, penembak Lincoln tersebut menyebut dirinya sebagai “seorang pria
Utara” yang hendak “bertarung dengan segenap hati dan jiwa—bahkan jika tidak
ada seorang pun yang mendukungnya”—untuk persamaan hak dan keadilan bagi
Selatan dan Utara.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Naskah yang mengungkap pikiran-pikiran John
Wilkes Booth itu tersimpan dan tak terungkap selama seabad lebih. Ia masuk ke
Ford’s Theatre di malam jahanam itu, dan penembakan pun terjadi.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;"><br /></span></span></p>
<h2 style="background: white; margin-top: 0in;"><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">Dua Kali Percobaan Pembunuhan</span></strong><strong><span lang="IN" style="color: #212529; font-size: 14.0pt; font-weight: normal; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></strong></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="background-color: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 14pt;">Usaha untuk mencelakan Lincoln sebetulnya sempat
direncanakan lebih awal sebelum kejadian di Ford’s Theatre. Pada 20 Maret 1865,
John Wilkes Booth serta beberapa rekannya berencana untuk menculik Lincoln dan
membawanya ke Richmond, ibukota Konfederasi. Namun rencana tersebut gagal.</span></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><span style="background: white;">Percobaan kedua akhirnya berhasil. Pada 14 April
1865, </span></span><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">setelah menyelinap,
ia mengarahkan moncong senapan ke arah kepala Lincoln dan Presiden AS ke-16 itu
terkapar.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Dalam situasi panik, Lincoln dibawa ke
sebuah </span></span><a href="https://www.nps.gov/foth/the-petersen-house.htm" target="_blank"><span lang="IN" style="background: white; color: #0098da; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;">rumah
pribadi</span></a><span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-no-proof: yes;"> milik William A. Petersen, seorang penjahit
keturunan Jerman, yang berada di seberang Ford’s Theatre. Para ahli bedah
dikerahkan untuk memeriksa kondisinya. Pasukan militer berjaga di sekitar rumah
yang dipakai untuk mengevakuasi Lincoln.<o:p></o:p></span></p>
<span lang="IN" style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-no-proof: yes;">Sementara massa berkerumun di sekitar rumah tersebut.
Meski telah disampaikan bahwa luka yang diderita Lincoln sangat serius dan
mematikan, tapi mereka tetap ingin mengetahui kondisi terkini dan berharap sang
presiden dapat diselamatkan.</span><span lang="IN" style="color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-no-proof: yes;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Setelah situasi di Ford’s Theatre cukup
kondusif, petugas melakukan pemeriksaan di tempat Lincoln ditembak. Petugas
menemukan ceceran darah di kursi, partisi, dan lantai. Sebuah pistol saku
berlaras tunggal tergeletak di lantai.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">Lincoln meninggal keesokan harinya pada 15 April
dalam usia 56. Rumah tempat ia meninggal dijadikan museum sejak 1930-an.</span></span><span style="background: white; color: #212529; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-no-proof: yes;"> (irf)</span>Irfan Teguhhttp://www.blogger.com/profile/14497046074763130947noreply@blogger.com0