02 November 2021

Hikayat Jersi Sepakbola

Dulu di kampung, orang-orang menyebut seragam sepakbola sebagai “kaos tim”, atau biasa disingkat “kostim”. Belakangan, saat liga sepakbola Eropa begitu populer, sebutan itu berubah menjadi jersey atau jersi.

Jersey adalah nama pulau di Kepulauan Britania. Konon dari pulau inilah jersi bermula.

Memasuki usia kuliah, saya hampir sepenuhnya meninggalkan sepakbola. Maka itu, tak ada ketertarikan untuk membeli jersi. Namun ironisnya, di masa kuliah pula saya pertama kali memakai jersi untuk dipakai sehari-hari.

Jersi pertama saya sebetulnya milik si Zul, kawan kuliah, orang Bukittinggi. Tak inget betul bagaimana akhirnya jersi itu bisa beralih ke tangan saya. Jersi tersebut adalah Real Madrid away 2000/2001, warnanya hitam dengan trigaris Adidas berwarna oranye. Kainnya tipis tapi adem, maklum KW. Sering banget saya pakai sehari-hari sampai kemudian hilang entah ke mana.

Tahun 2009, saya mulai kerja di Pulogadung dan mulai menyukai lagi sepakbola, tapi sebatas menonton Liga Inggris. Karena bosan dengan klub-klub besar, maka saya memilih satu klub medioker: West Ham United (WHU). Bersama si Oki, kawan sekosan, saya membeli jersi WHU home 2012/2013 yang tentu saja KW, di Pasar Ular. Sayang agak kekecilan.

Jersi selanjutnya adalah Arsenal home 2012/2013, dikasih si Jun, juga kawan sekosan, yang berjualan baju Muslim di ITC Cempaka Mas. Maklum karena bukan suporter fanatik, maka dia mudah saja menghibahkan jersi klub favoritnya. Karena sering dicuci, tulisan “Fly Emirates”-nya pelan-pelan menghilang.

Warsa 2014 saya keluar dari pekerjaan di Pulogadung dan kembali ke Bandung. Masih mendukung WHU meski jarang nonton. Saya kemudian membeli jersi WHU home 2015/2016 dengan uang honor tulisan. Saat basecamp komunitas tempat saya tinggal pindah, jersi itu hilang.

Tahun-tahun berikutnya saya kembali kerja di Jakarta, dan baru membeli jersi WHU lagi yang musim 2020/2021 (home). Musim berikutnya, WHU home datang lagi, tapi kali kekecilan, akhirnya dipakai istri.

Di tengah penampilan WHU yang kian membaik, AC Milan—klub favorit masa kecil—hadir dengan jersi home 2020/2021 yang sangat ciamik. Demi nostalgia, saya menukarnya dengan sejumlah uang.

Setahun kemudian saya mulai mengikuti lagi pertandingan-pertandingan bulu tangkis para pemain Indonesia. Mulai dari Olimpiade Tokyo, Piala Sudirman, Piala Thomas, Piala  Uber, Denmark Terbuka, hingga Prancis Terbuka. Di tengah demam bulu tangkis, saya akhirnya membeli dua raket Lining super KW dengan bonus tempat raket dan grip handuk.

Mula-mula kami hanya bermain di depan rumah dan di Cieunteung, tapi kemudian sejumlah kawan mengajak bermain di GOR yang kesannya lebih serius dan bebas angin. Karena saya cepat berkeringat dengan jumlah banyak, maka jersi pun saya tambah untuk bermain bulu tangkis.

Jersi sepakbola yang dibeli dengan niat untuk dipakai bermain bulu tangkis mula-mula adalah Persib home 2021/2022. Inilah pertama kalinya saya membeli jersi original, meskipun hanya jersi edisi suporter yang harganya pun jauh di bawah jersi original player issue.      

Kini saya tengah menunggu kedatangan jersi Ajax away 2021/2022 yang dibeli dari market place.  

Saya kira, menjadi Ucup Bajaj Bajuri seru juga, meskipun jersi-jersi itu kebanyakan hanya saya pakai saat bermain bulu tangkis. [ ] 

No comments: