08 July 2015

Kelas Resensi Buku Komunitas Aleut


“Kalau tak ada yang kau baca, lalu apa yang mau kau tulis?”
--Asma Nadia

Meskipun pada mulanya lahir dari rahim sejarah kota, namun pada perjalanannya Aleut berkembang menjadi wadah yang bukan hanya belajar tentang sejarah dan masa lalu. Sebagaimana kelahirannya, komunitas ini turut dibidani oleh buku. Beberapa buku Haryoto Kunto--Sang Kuncen Bandung, seolah menjadi batu tapal. Berangkat dari sana, buku atau lebih luasnya lagi teks, mau tidak mau menjadi teman, pengiring, dan pembimbing yang setia. Laku membaca dan menulis kemudian bergulir dengan sendirinya, meskipun memang alirannya tidak selalu deras, kadang kemarau datang dan kanal menjadi kerontang.

Di ruang privat, para pegiat Aleut tentu tidak hanya membaca buku-buku yang terkait dengan sejarah, terutama sejarah lokal Bandung dan Jawa Barat. Tapi barangkali porsinya masih kurang proporsional antara buku sejarah dan non sejarah. Sementara dalam pergaulan hidup sehari-hari, sudut pandang tidak melulu dibentuk oleh sejarah, namun lebih luas dan beragam. Juga karena pada perjalanannya, komunitas ini kian besar dan makin luas jejaringnya, maka tentu perspektif pun menjadi lebih rumit.   

Dari kesadaran ini maka ditempuhlah sebuah cara sederhana untuk lebih memperkaya sudut pandang tersebut, yaitu dengan membaca, membaca, dan menulis!

Pembacaan terhadap teks bagi sebagian orang mungkin bermula sebagai laku rekreatif, terutama misalnya jika yang dibaca tersebut kisah fiktif. Hal ini tentu adalah pengalaman personal. Dari sudut personal kemudian dibawa ke ranah publik, yaitu komunitas. Di titik ini berbagi hasil pembacaan pribadi akan menjadi menarik sebab akan dilempar ke “jalanan umum” yang berkarakter khas; multi tafsir, adanya ruang komentar, dan mungkin sulit diduga. Pengayaan perspektif ini pada prosesnya tentu juga melahirkan diskusi, adu pendapat, atau bahkan debat. Dari sana dimungkinkan akan tercipta dialektika sebagai bahan belajar bersama.  

Di ruang belajar bersama, praktek meresensi buku tentu mesti dikawal oleh pemahaman dan teori tentang bagaimana cara merensi buku yang benar. Hal ini penting sebagai pijakan atau dasar sebelum “melangkah” ke fase berikutnya. Apa fase berikutnya tersebut? Karena pada mulanya diniatkan sebagai wadah penggodokan intern komunitas, maka pada prakteknya riungan resensi ini kerap membicarakan hal-hal lain yang lebih luas.    

Kelas Resensi Buku Aleut, atau saya lebih senang menyebutnya sebagai Riungan Buku Aleut, kurang lebih dimaksudkan untuk mencapai hal-hal tersebut di atas. Muaranya tak kurang, sejalan dengan esensi Aleut; adalah wadah belajar bersama dan sarana pengembangan individu para pegiatnya.

Scripta Manent Verba Volant! 

Salam Olahraga! [irf]  

No comments: