27 October 2020

Monopoli, Ditemukan Aktivis Dipopulerkan Pengangguran


"Melempar dadu

Petak-petak menunggu

wangi uangmu" 


Untuk menunjukan pada anak-anak kondisi negara mereka di era kekuasan Uni Soviet, pada 2011 Institute of National Remembrance (IPN) Polandia merilis permainan Monopoli versi komunis. Mereka menyebutnya “Kolejka” atau “antre”. Pembuatnya adalah Karol Madaj, seorang perancang permainan papan kelahiran 9 Februari 1980.

Permainan Monopoli versi komunis tentu saja tak berlomba mengumpulkan uang, tanah, dan properti lainnya, serta membikin bangkrut lawan agar bisa memenangkan pertandingan. Para pemain justru diberi daftar 10 barang penting, dari makanan sampai perabotan—seperti roti dan kertas toilet—yang harus mereka dapatkan secara mengantre. Mereka antre di toko-toko milik pemerintah, yang paling pertama bisa mendapatkan 10 barang adalah pemenangnya.

Bila dalam permainan Monopoli asli para pemain mendapatkan uang, maka dalam Monopoli versi komunis ini para pemain akan mendapatkan kartu yang berfungsi untuk memotong antrean sehingga lebih cepat mendapatkan barang.

“Permainan ini tidak hanya membuat para pemain memahami cara berbelanja di era komunis, namun juga mengajari apa dan bagaimana mengantre itu, sesuatu yang saat ini mulai dilupakan orang-orang,” ujar Madaj seperti dilansir 
The Sun (21/1/2011).

Permainan Monopoli rancangan Madaj cukup populer dan sempat dijadikan bahan pengajaran di kelas sejarah di Polandia. Permainan ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis. Pada 2016, pemerintah Rusia melarang Monopoli ini karena dianggap kontroversial.

Pihak IPN melaporkan bahwa sebelum dilarang beredar di Rusia, pengawas konsumen Rusia telah memperingatkan: permainan ini dianggap anti-Rusia dan terlalu kritis terhadap sistem Soviet. Trefl, perusahan yang membeli lisensi permainan ini dari IPN, diminta pihak berwenang Rusia untuk menghapus referensi sejarah atau mengambil risiko produk tersebut dilarang.

"IPN tidak menyetujui pelaksanaan perubahan ini dan karena itulah ‘Kolejka’ tidak lagi berada di toko-toko Rusia," ujar Andrzej Zawistowski, direktur pendidikan di IPN seperti dikutip 
Newsweek (21/3/2016).

Zawistowski menambahkan bahwa permintaan Rusia untuk menghilangkan unsur sejarah dari permainan tersebut ia anggap tidak masuk akal dan salah memahami keseluruhan masalah.

"Klaim Rusia terhadap sejarah Soviet, membuat beberapa orang Rusia berpikir bahwa kritik terhadap Uni Soviet sebagai negara totaliter juga merupakan penghinaan terhadap Rusia modern," tambahnya.

Sebelum permainan Monopoli berkembang dan menyebar ke berbagai negara, serta dalam beberapa kasus mengalami modifikasi, bagaimana riwayatnya bermula?

Pengangguran Mujur yang Mencuri Ide

Warsa 1935, Parker Brothers—perusahan mainan di Amerika Serikat—mulai memproduksi permainan Monopoli secara massal dan dengan cepat meraup untung yang tak sedikit, serta membuat “penciptanya”, Charles Darrow, menjadi kaya raya.

Tiga tahun sebelumnya, di pengujung 1932, seperti dipublikasikan Guardian, Charles Darrow mula-mula mengenal permainan papan ini dari pengusaha Philadelphia, Charles Todd dan Olive, istrinya. Mereka menjalankan permainan melempar dadu, membeli properti, dan lain-lain.

Beberapa bulan kemudian, pada 7 Maret 1933, tepat hari ini 85 tahun lalu, Charles Darrow berhasil menciptakan permainan Monopoli. Permainan ini tidak memiliki nama resmi, tidak dijual dalam kemasan, dan hanya disebarkan lewat jaringan pertemanan. Namun semua orang menyebutnya “Monopoli”.

Suatu hari, Darrow, yang menganggur dan membutuhkan uang untuk membantu keluarganya, meminta salinan tertulis permainan tersebut pada Charles Todd. Namun Todd tidak bisa memenuhinya, karena ia tak pernah menuliskannya. Darrow tak patah arang, ia mencoba memodifikasi permainan tersebut.

Hari-hari Darrow di masa menganggur digambarkan Mary Bellis yang ia kutip dari The Monopoly Book: Strategy and Tactics of the World’s Most Popular Game (1974) karya Maxine Brady:

“Pengangguran yang tinggal di Germantown, Pennsylvania. Dia sedang berjuang dengan pekerjaan serampangan untuk mendukung keluarganya di tahun-tahun setelah jatuhnya pasar saham pada 1929. Darrow teringat akan musim panasnya di Atlantic City, New Jersey yang menghabiskan waktu luangnya dengan luntang-lantung di jalan-jalan.”

Darrow kemudian menjual hasil modifikasinya kepada Parker Brothers dan ia segera dipayungi dewi fortuna. “Temuannya” disukai banyak orang. Monopoli dimainkan anak-anak dan orang-orang dewasa.

Kesuksesan Darrow yang berhasil meraup keuntungan dari penjualan dan royalti memancing seorang wartawan untuk bertanya ihwal bagaimana ia berhasil menemukan Monopoli.

“Ini aneh,” ungkap Darrow kepada Germantown Bulletin seperti dikutip Guardian.

“Sepenuhnya tak terduga dan tidak masuk akal,” ia menambahkan.
 


Bermula dari Aktivis Kiri

Dalam berbagai buku dan pemberitaan, Darrow kemudian menjadi mitos sebagai si penemu Monopoli. Tapi kemudian terungkap bahwa Monopoli adalah modifikasi dari sebuah permainan yang diciptakan Elisabeth Magie atau Lizzie pada 1903 di Washington DC.

Lizzie, yang lahir pada 1866, adalah seorang perempuan progresif yang banyak menentang norma-norma dan kebijakan politik pada masanya. Ia sempat mengiklankan diri di koran sebagai seorang “budak perempuan muda Amerika” untuk dijual kepada penawar tertinggi. Sikapnya ini dimaksudkan untuk menggugat pandangan masyarakat terhadap perempuan yang kerap dipandang berada di bawah laki-laki.

“Kami bukan mesin. Anak perempuan memiliki pikiran, keinginan, dan ambisi,” ujarnya seperti dilansir 
BBC.

Lizzie terinspirasi buku klasik Henry George berjudul Progress and Poverty (1879) yang diberikan ayahnya, James Magie, seorang politisi anti-monopoli. Ada sebuah ungkapan di buku tersebut yang menghunjamnya: “Semua orang memiliki hak yang sama untuk menggunakan lahan sebagaimana hak mereka untuk menghirup udara. Ini merupakan hak yang mengiringi fakta keberadaan diri mereka.”

Setelah mempelajari buku tersebut, ia kemudian memutuskan untuk menentang kepemilikan properti dalam sistem kapitalisme. Agar pikiran-pikiran progresifnya yang dipengaruhi Henry George dapat dipahami oleh masyarakat luas, Lizzie kemudian mencoba menuangkannya dalam bentuk permainan.

“Malam demi malam, setelah pekerjaan di kantornya selesai, Lizzie duduk di rumahnya, menggambar dan menggambar ulang, berpikir dan kembali berpikir. Itu awal 1900-an, dan ia menginginkan permainan papan yang mencerminkan pandangan politik progresifnya,” tulis Mary Pilon dalam The Monopolists: Obsession, Fury, and the Scandal Behind the World’s Favorite Board Game (2015).

Mary Pilon menambahkan bahwa di tempat tinggalnya di daerah Prince George, Washington DC, Lizzie berada di lingkungan yang ditinggali pesuruh, pedagang, pelaut, tukang kayu, dan pemusik. Ia berbagi rumahnya dengan aktor pria yang membayar sewa, serta seorang pelayan wanita kulit hitam.

Keyakinan politiknya ia sampaikan kepada masyarakat lewat kelas yang ia isi malam hari selepas kerja di kantor. Kekurangan waktu dan tenaga membuatnya bersiasat untuk membuat media baru yang kreatif dan interaktif. Dari sinilah kemudian—setelah proses yang panjang—Lizzie melahirkan Landlord’s Game, sebuah permainan yang mendidik masyarakat untuk mengetahui praktik para tuan tanah dalam menguasai lahan.

“Ini adalah demonstrasi praktis dari sistem perampasan tanah saat ini dengan semua hasil dan konsekuensinya yang biasa. Mungkin ini disebut ‘Game of Life’, karena mengandung semua elemen kesuksesan dan kegagalan di dunia nyata, dan objeknya sama seperti yang diperlihatkan pada ras manusia pada umumnya: akumulasi kekayaan,” ujar Lizzie.

Pada 23 Maret 1903, Lizzie mematenkan Landlord’s Game. Dua tahun kemudian ia menerbitkan sebuah versi permainan melalui Economic Game Company, sebuah perusahaan di New York. Perusahaan inilah yang membantu memopulerkan permainan ciptaan Lizzie. Landlord’s Game populer di kalangan intelektual kiri dan kampus.

Tiga dekade berikutnya, permainan papan ini sampai ke sebuah komunitas Quaker di Atlantic City. Mereka menyesuaikan permainan itu dengan nama-nama di lingkungannya. Dari sinilah kemudian permainan ini sampai ke Charles Darrow—pengangguran yang memodifikasi Landlord’s Game dan melejitkan Monopoli.

Di seluruh dunia, Monopoli telah terjual ratusan juta kopi dan Darrow menerima royalti sepanjang hidupnya. Sementara Lizzie hanya menerima $500 dan tanpa royalti ketika Parker Brothers membeli hak paten Landlord’s Game pada pertengahan 1930-an.

Mulanya Lizzie tidak menaruh curiga ketika permainannya dibeli Parker Brothers. Namun ketika ia sadar bahwa perusahaan mainan itu memproduksi permainan lain yang mirip dengan Landlord’s Game dan laris manis di pasaran, ia murka dan hendak membalas dendam terhadap perusahaan yang menurutnya telah mencuri idenya.

Pada 1948, saat Lizzie meninggal, Monopoli tetap diidentikan dengan Darrow. Di obituari dan nisan janda tanpa anak itu, tak ada yang menyebut tentang temuannya.

Sejawat Lizzie di tempat kerja terakhirnya sebelum ia wafat hanya mengenalnya sebagai seorang juru ketik tua yang sering berbicara tentang penemuan permainan papan. (irf)


Tayang pertama kali di Tirto.id pada 7 Maret 2018

No comments: