"Melempar dadu
Petak-petak menunggu
wangi uangmu"
Untuk menunjukan pada anak-anak kondisi negara mereka di
era kekuasan Uni Soviet, pada 2011 Institute of
National Remembrance (IPN) Polandia merilis
permainan Monopoli versi komunis. Mereka menyebutnya “Kolejka” atau “antre”.
Pembuatnya adalah Karol Madaj, seorang perancang permainan papan kelahiran 9
Februari 1980.
Permainan Monopoli versi komunis tentu saja tak
berlomba mengumpulkan uang, tanah, dan properti lainnya, serta membikin
bangkrut lawan agar bisa memenangkan pertandingan. Para pemain justru diberi
daftar 10 barang penting, dari makanan sampai perabotan—seperti roti dan kertas
toilet—yang harus mereka dapatkan secara mengantre. Mereka antre di toko-toko
milik pemerintah, yang paling pertama bisa mendapatkan 10 barang adalah
pemenangnya.
Bila dalam permainan Monopoli asli para pemain
mendapatkan uang, maka dalam Monopoli versi komunis ini para pemain akan
mendapatkan kartu yang berfungsi untuk memotong antrean sehingga lebih cepat
mendapatkan barang.
“Permainan ini tidak hanya membuat para pemain
memahami cara berbelanja di era komunis, namun juga mengajari apa dan bagaimana
mengantre itu, sesuatu yang saat ini mulai dilupakan orang-orang,” ujar Madaj
seperti dilansir The Sun (21/1/2011).
Permainan Monopoli rancangan Madaj cukup populer
dan sempat dijadikan bahan pengajaran di kelas sejarah di Polandia. Permainan
ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis. Pada
2016, pemerintah Rusia melarang Monopoli ini karena dianggap kontroversial.
Pihak IPN melaporkan bahwa sebelum dilarang beredar di
Rusia, pengawas konsumen Rusia telah memperingatkan: permainan ini dianggap
anti-Rusia dan terlalu kritis terhadap sistem Soviet. Trefl, perusahan yang membeli lisensi
permainan ini dari IPN, diminta pihak berwenang Rusia untuk menghapus referensi
sejarah atau mengambil risiko produk tersebut dilarang.
"IPN tidak menyetujui pelaksanaan perubahan
ini dan karena itulah ‘Kolejka’ tidak lagi berada di toko-toko Rusia,"
ujar Andrzej Zawistowski, direktur pendidikan di IPN seperti dikutip Newsweek (21/3/2016).
Zawistowski menambahkan bahwa permintaan Rusia
untuk menghilangkan unsur sejarah dari permainan tersebut ia anggap tidak masuk
akal dan salah memahami keseluruhan masalah.
"Klaim Rusia terhadap sejarah Soviet,
membuat beberapa orang Rusia berpikir bahwa kritik terhadap Uni Soviet sebagai
negara totaliter juga merupakan penghinaan terhadap Rusia modern,"
tambahnya.
Sebelum permainan Monopoli berkembang dan
menyebar ke berbagai negara, serta dalam beberapa kasus mengalami modifikasi,
bagaimana riwayatnya bermula?
Pengangguran Mujur yang Mencuri Ide
Warsa 1935, Parker Brothers—perusahan mainan di Amerika Serikat—mulai memproduksi permainan Monopoli secara massal dan dengan cepat meraup untung yang tak sedikit, serta membuat “penciptanya”, Charles Darrow, menjadi kaya raya.
Tiga tahun sebelumnya, di pengujung 1932,
seperti dipublikasikan Guardian, Charles
Darrow mula-mula mengenal permainan papan ini dari pengusaha Philadelphia,
Charles Todd dan Olive, istrinya. Mereka menjalankan permainan melempar dadu,
membeli properti, dan lain-lain.
Beberapa bulan kemudian, pada 7 Maret 1933,
tepat hari ini 85 tahun lalu, Charles Darrow berhasil menciptakan permainan
Monopoli. Permainan ini tidak memiliki nama resmi, tidak dijual dalam kemasan,
dan hanya disebarkan lewat jaringan pertemanan. Namun semua orang menyebutnya
“Monopoli”.
Suatu hari, Darrow, yang menganggur dan membutuhkan uang
untuk membantu keluarganya, meminta salinan tertulis permainan tersebut pada
Charles Todd. Namun Todd tidak bisa memenuhinya, karena ia tak pernah
menuliskannya. Darrow tak patah arang, ia mencoba memodifikasi permainan
tersebut.
Hari-hari Darrow di masa menganggur digambarkan
Mary Bellis yang ia kutip dari The Monopoly Book: Strategy and Tactics
of the World’s Most Popular Game (1974) karya Maxine Brady:
“Pengangguran yang tinggal di Germantown,
Pennsylvania. Dia sedang berjuang dengan pekerjaan serampangan untuk mendukung
keluarganya di tahun-tahun setelah jatuhnya pasar saham pada 1929. Darrow
teringat akan musim panasnya di Atlantic City, New Jersey yang menghabiskan
waktu luangnya dengan luntang-lantung di jalan-jalan.”
Darrow kemudian menjual hasil modifikasinya
kepada Parker Brothers dan ia segera dipayungi dewi fortuna. “Temuannya”
disukai banyak orang. Monopoli dimainkan anak-anak dan orang-orang dewasa.
Kesuksesan Darrow yang berhasil meraup
keuntungan dari penjualan dan royalti memancing seorang wartawan untuk bertanya
ihwal bagaimana ia berhasil menemukan Monopoli.
“Ini aneh,” ungkap Darrow kepada Germantown
Bulletin seperti dikutip Guardian.
“Sepenuhnya tak terduga dan tidak masuk akal,”
ia menambahkan.
Bermula dari Aktivis Kiri
Dalam berbagai buku dan pemberitaan, Darrow kemudian menjadi mitos sebagai si penemu Monopoli. Tapi kemudian terungkap bahwa Monopoli adalah modifikasi dari sebuah permainan yang diciptakan Elisabeth Magie atau Lizzie pada 1903 di Washington DC.
Lizzie, yang lahir pada 1866, adalah seorang
perempuan progresif yang banyak menentang norma-norma dan kebijakan politik
pada masanya. Ia sempat mengiklankan diri di koran sebagai seorang “budak
perempuan muda Amerika” untuk dijual kepada penawar tertinggi. Sikapnya ini
dimaksudkan untuk menggugat pandangan masyarakat terhadap perempuan yang kerap
dipandang berada di bawah laki-laki.
“Kami bukan mesin. Anak perempuan memiliki
pikiran, keinginan, dan ambisi,” ujarnya seperti dilansir BBC.
Lizzie terinspirasi buku klasik Henry George
berjudul Progress and Poverty (1879) yang diberikan ayahnya,
James Magie, seorang politisi anti-monopoli. Ada sebuah ungkapan di buku
tersebut yang menghunjamnya: “Semua orang memiliki hak yang sama untuk
menggunakan lahan sebagaimana hak mereka untuk menghirup udara. Ini merupakan
hak yang mengiringi fakta keberadaan diri mereka.”
Setelah mempelajari buku tersebut, ia kemudian
memutuskan untuk menentang kepemilikan properti dalam sistem kapitalisme. Agar
pikiran-pikiran progresifnya yang dipengaruhi Henry George dapat dipahami oleh
masyarakat luas, Lizzie kemudian mencoba menuangkannya dalam bentuk permainan.
“Malam demi malam, setelah pekerjaan di
kantornya selesai, Lizzie duduk di rumahnya, menggambar dan menggambar ulang,
berpikir dan kembali berpikir. Itu awal 1900-an, dan ia menginginkan permainan
papan yang mencerminkan pandangan politik progresifnya,” tulis Mary Pilon
dalam The Monopolists: Obsession, Fury, and the Scandal Behind the
World’s Favorite Board Game (2015).
Mary Pilon menambahkan bahwa di tempat
tinggalnya di daerah Prince George, Washington DC, Lizzie berada di lingkungan
yang ditinggali pesuruh, pedagang, pelaut, tukang kayu, dan pemusik. Ia berbagi
rumahnya dengan aktor pria yang membayar sewa, serta seorang pelayan wanita
kulit hitam.
Keyakinan politiknya ia sampaikan kepada
masyarakat lewat kelas yang ia isi malam hari selepas kerja di kantor.
Kekurangan waktu dan tenaga membuatnya bersiasat untuk membuat media baru yang
kreatif dan interaktif. Dari sinilah kemudian—setelah proses yang
panjang—Lizzie melahirkan Landlord’s Game, sebuah permainan yang mendidik
masyarakat untuk mengetahui praktik para tuan tanah dalam menguasai lahan.
“Ini adalah demonstrasi praktis dari
sistem perampasan tanah saat ini dengan semua hasil dan konsekuensinya yang
biasa. Mungkin ini disebut ‘Game of Life’, karena mengandung semua elemen
kesuksesan dan kegagalan di dunia nyata, dan objeknya sama seperti yang
diperlihatkan pada ras manusia pada umumnya: akumulasi kekayaan,” ujar Lizzie.
Pada 23 Maret 1903, Lizzie mematenkan Landlord’s Game. Dua tahun kemudian ia
menerbitkan sebuah versi permainan melalui Economic Game Company, sebuah
perusahaan di New York. Perusahaan inilah yang membantu memopulerkan permainan
ciptaan Lizzie. Landlord’s Game populer di kalangan intelektual kiri dan
kampus.
Tiga dekade berikutnya, permainan papan ini sampai ke sebuah komunitas Quaker
di Atlantic City. Mereka menyesuaikan permainan itu dengan nama-nama di
lingkungannya. Dari sinilah kemudian permainan ini sampai ke Charles
Darrow—pengangguran yang memodifikasi Landlord’s Game dan melejitkan Monopoli.
Di seluruh dunia, Monopoli telah terjual ratusan juta kopi dan Darrow menerima
royalti sepanjang hidupnya. Sementara Lizzie hanya menerima $500 dan tanpa
royalti ketika Parker Brothers membeli hak paten Landlord’s Game pada
pertengahan 1930-an.
Mulanya Lizzie tidak menaruh curiga ketika permainannya dibeli Parker Brothers.
Namun ketika ia sadar bahwa perusahaan mainan itu memproduksi permainan lain
yang mirip dengan Landlord’s Game dan laris manis di pasaran, ia murka dan
hendak membalas dendam terhadap perusahaan yang menurutnya telah mencuri
idenya.
Pada 1948, saat Lizzie meninggal, Monopoli tetap diidentikan dengan Darrow. Di
obituari dan nisan janda tanpa anak itu, tak ada yang menyebut tentang
temuannya.
Sejawat Lizzie di tempat kerja terakhirnya sebelum ia wafat hanya mengenalnya
sebagai seorang juru ketik tua yang sering berbicara tentang penemuan permainan
papan. (irf)
Tayang pertama kali di Tirto.id pada 7 Maret 2018
No comments:
Post a Comment