Setelah mendapat imunisasi Hepatitis B dan Polio, Daria mesti diberi PIN Polio--imunisasi tambahan polio kepada balita tanpa memandang status imunisasi polio sebelumnya. Tempatnya di sebuah puskesmas yang tidak terlalu jauh dari rumah, tapi harus ditempuh dengan motor.
Saya tentu saja khawatir, pasalnya puskesmas tersebut tak jauh dari pasar yang panas dan berdebu, beberapa ruas jalan berlubang, dan mesti melewati jembatan Ci Tarum yang sebagian telah rusak. Apalagi jadwal imunisasinya sekitar pukul 10 pagi, saat matahari mulai terik.
Mula-mula saya berpikir untuk memakai gocar, tapi istri menolak. Katanya terlalu dekat. Maka kami pun berangkat dengan motor. Daria dilindungi sedemikian rupa. Saat berangkat dia tertidur, dan memang kebiasaannya tak pernah terganggu oleh rupa-rupa suara yang cukup keras, kecuali suara batuk bapaknya.
Tiba di puskesmas, dia masih tertidur, termasuk saat PIN Polio diteteskan bidan ke mulutnya. Tak lama, kami pun pulang.
Beberapa hari kemudian, ibunya hendak kontrol bekas SC ke sebuah klinik dekat kampus swasta. Karena cukup jauh dan kami hendak naik motor, maka Daria tak akan kami bawa, dititipkan ke neneknya yang kebetulan ada di rumah.
Beberapa saat sebelum berangkat, Daria tak mau tidur, dia seperti tahu kami akan meninggalkannya. Matanya segar, padahal semalam kurang tidur. Barulah pada detik-detik akhir, dia akhirnya tertidur. Kami pun akhirnya berangkat.
Karena antrean cukup panjang, maka perkiraan kami meleset. Kami kira di klinik akan sebentar, nyatanya cukup lama. Bahkan sebelum antrean giliran kami, neneknya menelpon: Daria terbangaun dan tak mau berhenti menangis. Kami pun cepat pulang dan melupakan antrean.
Tapi saat motor sampai di pekarangan, tangis Daria berhenti. Neneknya bingung, karena tadi sebelum kami datang dia nangis terus-menerus.
"Waktu terdengar suara motor masuk pekarangan, dia tiba-tiba berhenti (nangis), heran aku," ucapnya.
Siang ba'da Zuhur, kami akhirnya memutuskan membawa serta Daria ke klinik. Selama mengantre kembali dan ibunya masuk ke ruangan dokter, Daria sama sekali tak rewel, dia lelap tertidur, bahkan setelah sampai kembali ke rumah.
Hari ini, pada jam-jam yang sama seperti saat kami hendak pergi ke klinik, dia malah tertidur lelap. Lagi-lagi seperti yang tahu bahwa orang tuanya, terutama ibunya, tak akan pergi ke mana-mana.
Apakah ini disebut naluri?
Saya teringat sebuah keterangan dari Quraish Shihab saat bulan Ramadan yang diputar Metro TV di waktu sahur. Menurutnya, kata "ummi" (ibu) berakar dari kata "umm" yang salah satu artinya adalah "bermaksud", "menuju", "bergerak". Maka seorang anak akan selalu menuju atau terikat kepada ibunya.
Barangkali itulah yang terjadi. [ ]
No comments:
Post a Comment