07 May 2023

Pesan Nabi Telah Tiba di Ciledug



"Hidup bagaikan garis lurus

Tak pernah kembali ke masa yang lalu

Hidup bukan bulatan bola

Yang tiada ujung dan tiada pangkal"


Saya mengenal KLA Project, dan terutama Bimbo, sejak awal tahun 1990-an. Kakak yang nomor dua, yang di kamarnya ada tape recorder merek Sony, kerap memutarnya lewat kaset-kaset pita.  Artinya, jauh sebelum saya menginjakkan kaki di Yogyakarta, lagu berjudul lagu itu telah lebih dulu hinggap di pendengaran. 

Meski demikian, sebetulnya kaset KLA Project itu cuma ada satu, yakni album The Best. Di album itu, favorit saya bukan "Yogyakarta", melainkan "Tentang Kita", "Anak Dara", dan "Lagu Baru".  Sementara Bimbo, seingat saya ada dua kaset. Pertama, album nostalgia berisi lagu-lagu cinta. Kedua, album qasidah (religi).

Tiga album itulah yang mula-mula menemani saya di usia SD dan SMP. Itu pun bukan didengarkan di kamar sendiri karena saya tidak punya kamar, seringnya tidur di sofa. Lagu-lagu itu terdengar saat saya duduk di sofa, di sebelah kamarnya.

Dia lulus SMA tahun 1994. Lalu kuliah di PGTKA Tarbiyatun Nisaa di Bogor. Setelah itu kerja berpindah-pindah, dari satu TK ke TK yang lain. Setelah melewati berliku jalan, akhirnya sampai juga di batas antara sendiri dan berpasangan. Dia diboyong ke Ciledug.

Tahun-tahun panjang setelah pernikahan tak hendak saya ulas. Tiap manusia punya nasib sendiri-sendiri dan kesunyian masing-masing. 

Pertemuan terakhir saat dia masih sehat terjadi di Wonogiri, 3,5 tahun yang lalu, pada pesta pernikahan yang sederhana. Masih terngiang di telinga lagu "Sepanjang Jalan Kenangan", seolah baru kemarin lagu itu dibawakannya di samping pelaminan.

Lalu badai datang. Sakit keras. Keberuntungan dan pengelolaan finansial yang kurang memadai perlahan membuatnya kian tak berdaya. Doa-doa membubung. Sekali dua ikhtiar pengobatan. 

Tahun berlalu, bulan berganti, hari dijemput hari baru. Maka datanglah saat itu: napas yang penghabisan. Malam itu juga ia dikebumikan.

Pada siapa pun yang meninggal, saya selalu ingin mengingatnya dengan memori yang baik. Saat-saat dia berjaya dalam kehidupan, saat senyum ceria, saat tertawa riang, saat semangat hidup masih menggelegak. 

Saya tak ingin mengingatnya saat dia sakit, tak perdaya, murung, bersedih, menangis. 

Maka setiap kali ada fotonya ketika sakit dibagikan di grup WA keluarga, saya hampir tak pernah membukanya. Ya, sakit dan kematian memang nasihat bagi yang hidup, tapi foto-foto saat dia tidak dalam kondisi terbaiknya hanya menyisakan pilu.

Kini, saat saya tengah menanti kelahiran, menunggu kehidupan baru, ia kembali kepada Yang Maha Hidup.  


"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr: 27-30)  

No comments: