03 June 2023

Ia yang Selalu Menuju Ibu

Setelah mendapat imunisasi Hepatitis B dan Polio, Daria mesti diberi PIN Polio--imunisasi tambahan polio kepada balita tanpa memandang status imunisasi polio sebelumnya. Tempatnya di sebuah puskesmas yang tidak terlalu jauh dari rumah, tapi harus ditempuh dengan motor.

Saya tentu saja khawatir, pasalnya puskesmas tersebut tak jauh dari pasar yang panas dan berdebu, beberapa ruas jalan berlubang, dan mesti melewati jembatan Ci Tarum yang sebagian telah rusak. Apalagi jadwal imunisasinya sekitar pukul 10 pagi, saat matahari mulai terik.

Mula-mula saya berpikir untuk memakai gocar, tapi istri menolak. Katanya terlalu dekat. Maka kami pun berangkat dengan motor. Daria dilindungi sedemikian rupa. Saat berangkat dia tertidur, dan memang kebiasaannya tak pernah terganggu oleh rupa-rupa suara yang cukup keras, kecuali suara batuk bapaknya.

Tiba di puskesmas, dia masih tertidur, termasuk saat PIN Polio diteteskan bidan ke mulutnya. Tak lama, kami pun pulang. 

Beberapa hari kemudian, ibunya hendak kontrol bekas SC ke sebuah klinik dekat kampus swasta. Karena cukup jauh dan kami hendak naik motor, maka Daria tak akan kami bawa, dititipkan ke neneknya yang kebetulan ada di rumah. 

Beberapa saat sebelum berangkat, Daria tak mau tidur, dia seperti tahu kami akan meninggalkannya. Matanya segar, padahal semalam kurang tidur. Barulah pada detik-detik akhir, dia akhirnya tertidur. Kami pun akhirnya berangkat.

Karena antrean cukup panjang, maka perkiraan kami meleset. Kami kira di klinik akan sebentar, nyatanya cukup lama. Bahkan sebelum antrean giliran kami, neneknya menelpon: Daria terbangaun dan tak mau berhenti menangis. Kami pun cepat pulang dan melupakan antrean.

Tapi saat motor sampai di pekarangan, tangis Daria berhenti. Neneknya bingung, karena tadi sebelum kami datang dia nangis terus-menerus.

"Waktu terdengar suara motor masuk pekarangan, dia tiba-tiba berhenti (nangis), heran aku," ucapnya.

Siang ba'da Zuhur, kami akhirnya memutuskan membawa serta Daria ke klinik. Selama mengantre kembali dan ibunya masuk ke ruangan dokter, Daria sama sekali tak rewel, dia lelap tertidur, bahkan setelah sampai kembali ke rumah.

Hari ini, pada jam-jam yang sama seperti saat kami hendak pergi ke klinik, dia malah tertidur lelap. Lagi-lagi seperti yang tahu bahwa orang tuanya, terutama ibunya, tak akan pergi ke mana-mana.

Apakah ini disebut naluri? 

Saya teringat sebuah keterangan dari Quraish Shihab saat bulan Ramadan yang diputar Metro TV di waktu sahur. Menurutnya, kata "ummi" (ibu) berakar dari kata "umm" yang salah satu artinya adalah "bermaksud", "menuju", "bergerak". Maka seorang anak akan selalu menuju atau terikat kepada ibunya.

Barangkali itulah yang terjadi. [ ]

02 June 2023

Daria Terbangun, Saya Memanggil A.T. Mahmud


Jika malam telah larut, Daria biasanya terbangun: minta ganti popok atau minum ASI. Setelah itu ia kerap susah tertidur lagi. Matanya melek seperti tak ada sedikit pun rasa kantuk. Berbeda dengan siang hari yang justru agak sulit untuk dibangunkan minum ASI. Ibunya telah lelah, tak jarang jatuh tertidur saat Daria masih terjaga. Di saat inilah saya biasanya memanggil Abdullah Totong Mahmud.  

Sudah lama Pak Mahmud memukau saya. Lagu-lagu ciptaannya sering mengantarkan ingatan pada masa-masa kecil. Ia tak ragu mengambil bulan sabit dan bintang kejora. Benda-benda langit menjadi terjangkau bagi anak kecil. Selain itu, ia juga menulis tentang sungai, gunung, dan bukit. Juga tentang seorang anak kecil yang lincah dan riang.   

Saya sebetulnya tak langsung memanggil Pak Mahmud. Mula-mula biasanya melantunkan puji-pujian dalam bahasa Sunda yang dulu sering terdengar dari masjid di kampung, yang kiwari sudah tak pernah terdengar lagi. Dalam remang ingatan, kira-kira begini liriknya:

"Hei Alloh mugi

Alloh maparinan rohmat

Rohmat sinareng salam ka Kanjeng Nabi Muhammad

Kanjeng Nabi Muhammad ramana Sayyid Abdulloh

Ibu Siti Aminah dibabarkeunna di Mekah

Babar di Mekah teras ngalih ka Madinah

Wafat di Madinah di bumi Siti Aisyah."

Jika itu tak mempan, artinya Daria tak langsung tidur, dilanjut dengan Salawat Badar (kayak mau perang ya hehe..). Nah, setelah itu barulah Pak Mahmud datang. Siapa sangka "Bintang Kejora" yang liriknya indah kini agak ngeri-ngeri sedap, sebab bisa disangka separatis. 

"...Tampak sebuah

lebih terang cahayanya

Itulah bintangku

Bintang Kejora yang indah selalu."

Coba, apa tak bahaya itu? Venus alias Bintang Timur si cemerlang tiba-tiba menjadi hantu di republik ini.

Salah satu favorit Daria, maksudnya jika dinyanyikan lagu ini matanya akan mulai redup dan tertidur adalah "Bulan Sabit". Omong-omong, Nadafiksi juga pernah membawakan lagu ini saat tampil di Selasar Sunaryo. Bigini liriknya:

"Bulan sabit di awan

Laksana perahu emas

Berlampu bintang

Berlaut langit

Jauh di angkasa luas

Betapa senang, hatiku rasanya

Menjadi nakhoda di sana."

Setelah itu, kalau dia tak kunjung tidur, saya kasih bonus lagu "Pemandangan", masih ciptaan A.T. Mahmud. Saya sudah hafal lagu ini sejak duduk di bangku SD. Dulu setiap kali ke Pasir Pogor, naik bukit yang berada di belakang rumah, saya selalu teringat lirik lagu ini yang memang saat itu cukup relevan:

"Memandang alam dari atas bukit

Sejauh pandang kulepaskan

Sungai tampak berliku

Sawah hijau terbentang

Bagai permadani di kaki langit

Gunung menjulang

Berpayung awan

Oh, indah pemandangan."

Putaran terakhir, saat saya juga mulai mengantuk, sementara Daria masih belum tidur, biasanya baru memanggil Sambas Mangundikarta. Ya betul, apa lagi kalau bukan "Manuk Dadali". Jika ini pun tak ampuh, barulah saya membangunkan istri yang masih payah dihajar kantuk. 

Apa boleh bikin, bapak hanya berusaha, ibu jualah yang menaklukkan. Dan Daria pun tertidur. [ ]