Barangkali kala itu pengujung 2002. Saat saya tengah mendengarkan Mocca album My Diary di kamar, kawan kosan sekaligus kakak kelas di kampus bilang, “band si Ceplok éta mah.”
Ceplok adalah Ardiansyah, peniup
trombon di Mocca. Juga senior saya di kampus Politeknik Gajah Duduk. Dia sering
main ke kosan kawannya. Kosan semenjana yang sebetulnya berbahaya karena
menempel pada tebing yang menghubungkan jalan raya dan persawahan. Kini kosan
itu telah rata dengan tanah.
Demikianlah, album pertama Mocca
menemani hari-hari saya yang biasa-biasa saja. Tape pemutar kaset yang
dilengkapi radio itu milik si Asep, kawan saya orang Tangerang. Kecil dan
warnanya norak. Tapi biar begitu, jika sesekali si Asep membawa barangnya, saya
kesepian.
Dua tahun setelah album pertamanya
saya hapal di luar kepala, Mocca baru meluncurkan albumnya yang kedua: Friends (2004). Seperti My Diary (2002), album kedua juga saya
beli di Borma Setiabudi, di kawasan Bandung Utara yang tidak terlalu sejuk. Tentu
saja kaset pita, waktu itu belum ada CD-nya, atau barangkali saya tidak mampu
membeli.
Album kedua ini saya habiskan di
kosan baru, tapi masih di Ciwaruga. Saya pindah ke kosan si Asep, maksudnya
satu kosan tapi beda kamar. Di sini jauh lebih sepi daripada kosan tebing.
Isinya hanya bertiga: saya, si Asep, dan Ine anak Akuntansi.
Saya sudah naik ke tingkat dua,
komposisi kawan sekelas telah berubah, artinya yang main ke kosan pun mengalami
pergantian pemain. Faisal namanya, dipanggil Isal, sementara saya dan
kawan-kawan sekelas kerap memanggilnya Iblis Molor. Ya, dia memang jago tidur.
Dia juga hapal lagu-lagu Mocca. Saya
pernah berduet dengannya menyanyikan lagu “Swing It Bob!” dari album Friends. Tentu saja sambil menari Samba,
Tango, dan Cha cha. Sebuah kegembiraan masa muda yang buru-buru diringkus
waktu. Kini dia tetap botak dan masih mendukung Arsenal.
Kemudian tahun ketiga alias tahun
terakhir kuliah pun datang. Sementara Mocca tak kunjung mengeluarkan album
baru. Saya telah selesai menulis Tugas Akhir alias skripsi, lalu sidang dan
lulus. Tak lama kemudian wisuda dan berpisah dengan kawan-kawan.
Dua tahun setelah saya lulus, Mocca
mengeluarkan album baru: Colours
(2007). Waktu itu saya telah bekerja di Jakarta. Itulah antusisme terakhirnya
saya terhadap Mocca, maksudnya setelah itu saya tak lagi mengikuti album-albumnya.
Lalu Arina pergi ke Amerika dan
ternyata kembali lagi. Sama seperti saya yang kadang-kadang mendengarkan
kembali lagu-lagu Mocca.
Kejayaan masa muda tak akan bisa
kembali lagi. Sebagian kawan telah pergi mendahului. Sebagian lagi telah
terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarga. Meski demikian, 10 lagu ini kiranya
dapat mengobati kerinduan kepada Ciwaruga dan kemesraan persahabatan.
Jangan heran jika 6 dari 10 lagu pilihan saya berasal dari album My Diary (2002), karena album pertamalah yang begitu istimewa berarak di lereng ingatan.
1. Telephone
2. Secret Admirer
3. Dream
4. What If
6. Me and My Boyfriend
9. The Object of My Affection
10. Let Me Go
No comments:
Post a Comment