22 January 2009

022-021

Tak ada yang lebih manis dalam kemesraan kemanusiaan melebihi kedua kota ini. Keduanya selalu memendam rindu-dendam tak berkesudahan. Jauh melebihi panjang jalan tol Cipularang, kedua kota ini selalu saja menyisakan persentuhan budaya, saling menopang dan orang-orangnya sering mengutuk dan menyanjung.

Kisahnya bisa diwakili oleh orang-orang Bandung yang menympahi cuaca Jakarta yang panas seperti semi neraka, padahal mereka belum pernah ke neraka. Atau tentang mereka yang pertama kali naik Bus Way dan jalan-jalan ke Blok-M, mereka yang serba pertama itu mengalami semacam "gegar budaya", serba kaku serba tidak tahu. Jangan dibilang kampungan, sebab mereka bukan orang kampung tapi orang Bandung. Yang di Bandung tak henti-hentinya mengeluh jika musim libur tiba, sebab orang Jakarta akan membanjiri wilayah mereka. Setiabudi-Cipaganti-Martadinata-Ir. H. Djuanda akan macet dibuatnya.

Tapi mereka, orang-orang Bandung itu tidak sedikit yang mencari penghasilan di Jakarta. Mengaduk-ngaduk nasib di belantara ibu kota dan mereka ternyata bisa bertahan lama. Mungkin kerasan atau mungkin juga mempertahankan pendapatan. Untuk memprediksi jumlah angka coba saja hitung perkembangan usaha travel yang yang jumlahnya tak terkira.

Orang Jakarta punya kisah juga, mereka seperti tidak pernah bosan mengunjungi Bandung di setiap akhir pekan. Seolah-olah tak ada lagi tempat berlibur selain Parijs van Java. Padahal yang ditawarkan Bandung itu-itu juga : wisata kuliner, wisata alam dan wisata belanja. Bandung bagi mereka lebih dari cukup untuk berwisata sambil menunggu hari senin tiba.

Tapi mereka, orang-orang Jakarta itu sedikit khawatir jika tim sepakbola kebanggan rakyat Pasundan sedang bertanding bertepatan dengan keberadaan mereka di sana. Apalagi yang mobilnya berplat B, bisa kocar-kacir dibuatnya. Perseteruan suporter sepakbola kedua kota ini memang hampir melegenda. Di mana-mana kalau mereka bertemu pasti ribut juga.

Itulah manusia, selalu pintar mengelola rindu-dendam yang bersemayam di dada mereka. Dan saya lihat orang-orang Bandung dan Jakarta selalu manis mengelolanya. [ ]

No comments: