17 October 2013

Ingin Bertemu Eross

“Buku mestinya selalu didapatkan karena rasa cinta dan kegembiraan terhadapnya. Menganggap buku sebagai objek investasi akan mengubahnya menjadi sekedar barang dan komoditas. Serahkan masadepan perut babi itu kepada Wall Street.” (Alison Hoover Bartlett)

Kamar kecilku yang bentuknya menyerupai bujur sangkar sedang sesak oleh suara Cholil. Vokalis Efek Rumah Kaca itu terus saja bernyanyi. Aku tak peduli dengan “Lagu Cinta Melulu”. Aku sedang jatuh cinta (lagi). Menunggu sms darinya seperti menunggu bapak pulang dari kota membawa oleh-oleh roti rasa kopyor. Sementara ponsel belum berbunyi, aku mulai membereskan buku yang tak beraturan : sebagian hampir muntah di rak kayu, sebagian berserakan di lantai, dan sebagian lagi bertumpuk begitu saja di dekat tempat tidur. Aku membereskan teman setiaku.

Entah kenapa tiba-tiba aku ingin bertemu Eross. Dia selalu bisa membuat lirik dengan jujur. Sudut pandangnya yang tumpah dalam kata-kata terasa begitu akrab dan memahami apa yang terjadi di dalam jiwa. “Ross, ini film dark,” begitu kata Mira Lesmana. Maka jadilah lagu “Gie” dan “Cahaya Bulan” yang terdengar lirih. Saya kira, Eross adalah salah satu jawara kata-kata.

Kemudian ponsel berbunyi : from my sun. Aku sedang jatuh cinta (lagi). Sayang sekali Eross tidak ada di kamar bujur sangkarku. Kalau saja dia ada, aku ingin belajar kepada jawara kata-kata itu : betapa aku mencintai buku dan matahariku. Ya, “aku orang malam yang membicarakan terang.” [ ]

No comments: