“Buku
mestinya selalu didapatkan karena rasa cinta dan kegembiraan
terhadapnya. Menganggap buku sebagai objek investasi akan mengubahnya
menjadi sekedar barang dan komoditas. Serahkan masadepan perut babi itu
kepada Wall Street.” (Alison Hoover Bartlett)
Kamar
kecilku yang bentuknya menyerupai bujur sangkar sedang sesak oleh suara
Cholil. Vokalis Efek Rumah Kaca itu terus saja bernyanyi. Aku tak
peduli dengan “Lagu Cinta Melulu”. Aku sedang jatuh cinta (lagi).
Menunggu sms darinya seperti menunggu bapak pulang dari kota membawa
oleh-oleh roti rasa kopyor. Sementara ponsel belum berbunyi, aku mulai
membereskan buku yang tak beraturan : sebagian hampir muntah di rak
kayu, sebagian berserakan di lantai, dan sebagian lagi bertumpuk begitu
saja di dekat tempat tidur. Aku membereskan teman setiaku.
Entah
kenapa tiba-tiba aku ingin bertemu Eross. Dia selalu bisa membuat lirik
dengan jujur. Sudut pandangnya yang tumpah dalam kata-kata terasa
begitu akrab dan memahami apa yang terjadi di dalam jiwa. “Ross, ini
film dark,” begitu kata Mira
Lesmana. Maka jadilah lagu “Gie” dan “Cahaya Bulan” yang terdengar
lirih. Saya kira, Eross adalah salah satu jawara kata-kata.
Kemudian
ponsel berbunyi : from my sun. Aku sedang jatuh cinta (lagi). Sayang
sekali Eross tidak ada di kamar bujur sangkarku. Kalau saja dia ada, aku
ingin belajar kepada jawara kata-kata itu : betapa aku mencintai buku
dan matahariku. Ya, “aku orang malam yang membicarakan terang.” [ ]
No comments:
Post a Comment