Pertama kali lihat buku ini adalah di toko buku Al Amin, Bogor. Tapi saya tidak merasa tertarik. Beberapa bulan kemudian, setelah berkomunikasi dengan Bung Hamzah (kawan sewaktu kuliah), barulah saya penasaran dengan isi buku ini. Lalu saya balik lagi ke Bogor, dan menawannya sampai sekarang. Isinya adalah tentang arahan-arahan dan nasihat sang ketua Dewan Syuro kepada para kader partai yang bertarung di tengah hiruk-pikuk dan galaunya dunia politik Indonesia. Ide-idenya menurut saya cukup segar dan visioner. Jika kita selama ini merasa heran dan bertanya-tanya mengenai manuver-manuver PKS yang “aneh” dalam berpolitik, maka buku ini bisa memberikan jawabannya.
Yang
cukup mengganggu dari buku ini adalah terlalu banyaknya istilah-istilah
bahasa Arab yang digunakan oleh KH. Hilmi Aminuddin dalam menyampaikan
taujihnya. Meskipun ada penjelasan dalam bahasa Indonesianya, tapi tetap
saja menurut saya mengurangi kenyamanan dalam membaca. Buku ini terbit
hard cover dan harganya tidak terlalu tinggi.
Jika
kita ingin “melihat” PKS, berarti kita juga harus “melihat” sejarah
gerakan Ikhwanul Muslimin a.k.a Tarbiyah yang masuk ke Indonesia. Sebab
pengetahuan yang parsial akan menghasilkan pemahaman yang parsial juga.
Kini PKS tumbuh sebagai partai politik yang penuh dinamika. Mungkin
kurang tepat jika disebut faksi, yang jelas perbedaan-perbedaan di dalam
partai tentulah ada, bahkan di dalam jamaah Tarbiyah (sebelum era
partai) sendiri perbedaan-perbedaan itu sudah ada. Cukup menarik jika
kita mengikuti pendapat-pendapat Ustadz Daud Rasyid, Ustadz Ihsan
Tanjung, dan ustadz-ustadz Tarbiyah yang lain, yang berada diluar
kepengurusan partai. Baru-baru ini saya mengikutinya di eramuslim. [ ]
No comments:
Post a Comment