Di Sukajadi ternyata ada semacam pusat jalan-jalan, pusat belanja buat
orang-orang yang punya duit, namanya PVJ, singkatan dari apa itu? :
silahkan cari sendiri. Saya juga pernahlah ke sana, di suatu siang yang
cukup terik, waktu liburan kerja sedang datang. Saya lihat orang-orang
banyak betul yang belanja ini-itu, ada juga yang duduk-duduk manis
menikmati minuman dingin di tempat-tempat bagus. Saya jalan sendirian
mencari toko buku, tapi tidak tahu letaknya di mana, lalu bertanyalah
kepada satpam yang sorot matanya penuh kecurigaan. "Oke pak, terimakasih
!", lalu saya turun ke bawah, ke toko buku itu. Amboi, ternyata selain
toko buku, di bawah juga sedang ada pameran buku yang sedang berbanyak
discount !!. Kemudian saya tenggelam.
Stand-stand penerbit buku berjajar panjang seperti orang sedang antri di ATM. Di setiap stand saya berhenti : lihat-lihat, siapa tahu ada buku yang mantap. Udara dingin setia menyapa, maklum AC berhembus kencang. Seorang ibu membawa semacam keranjang, isinya buku melulu, mungkin jumlahnya sudah sebelas buku, tapi dia masih saja mengaduk-ngaduk buku yang lain. Saya sempat berpikir : mungkin si ibu ini mau jualan buku, mau ambil untung dari selisih penjualan, ah tapi kayaknya gak mungkin. Di sebelahnya ada anak kecil, mungkin anaknya, sebab dia ikut terus ke mana si ibu pergi. Sempat saya dengar dia berucap pada anak kecil itu : "Ayo ade, kamu mau buku yang mana?, ambil aja, mama aja udah ambil dua belas, masa ada belum satu pun". Ampun lur, rakus betul si ibu ini sama buku, kayak beli sayuran aja. Pasti di rumahnya sudah ada perpustakaan, begitu sangkaan saya.
Hari sudah mulai sore, tapi saya belum beli buku satu pun. Setengah stand sudah saya kunjungi, walau pun sambil berdesakan dengan pengunjung yang lain. Banyak betul buku-buku baru, sampai saya pusing harus ambil yang mana, mau ngeborong tidak enak hati, nanti seperti pemborosan kesannya. Lagi pula duit bukan buat beli buku saja, masih ada pos-pos lain yang memerlukan suntikan dana : macam makan-makan dan bayar kostan. Lalu saya datangi satu stand yang menggelar jualannya lesehan alias tidak pake rak, macam orang jual gudeg. Dan bertemulah saya dengan buku itu.
The Hidden Face of Iran adalah catatan perjalanan sebuah keluarga warga Amerika ke jantung kota Iran. Pastilah buku ini terjemahan, karena saya tidak sanggup kalau isinya berbahasa Inggris, payah betul soalnya. Judul aslinya adalah "Searching for Hassan; a journey to the heart of Iran". Saya tidak mau meresensi isinya, karena saya tidak bisa. Tapi isinya lumayan rame, sampai saya sudah khatam dua kali, dan kerap mengutip kata-kata dari buku ini. Sampai seorang kawan sempat berucap : "dasar kau plagiat !!". [ ]
Stand-stand penerbit buku berjajar panjang seperti orang sedang antri di ATM. Di setiap stand saya berhenti : lihat-lihat, siapa tahu ada buku yang mantap. Udara dingin setia menyapa, maklum AC berhembus kencang. Seorang ibu membawa semacam keranjang, isinya buku melulu, mungkin jumlahnya sudah sebelas buku, tapi dia masih saja mengaduk-ngaduk buku yang lain. Saya sempat berpikir : mungkin si ibu ini mau jualan buku, mau ambil untung dari selisih penjualan, ah tapi kayaknya gak mungkin. Di sebelahnya ada anak kecil, mungkin anaknya, sebab dia ikut terus ke mana si ibu pergi. Sempat saya dengar dia berucap pada anak kecil itu : "Ayo ade, kamu mau buku yang mana?, ambil aja, mama aja udah ambil dua belas, masa ada belum satu pun". Ampun lur, rakus betul si ibu ini sama buku, kayak beli sayuran aja. Pasti di rumahnya sudah ada perpustakaan, begitu sangkaan saya.
Hari sudah mulai sore, tapi saya belum beli buku satu pun. Setengah stand sudah saya kunjungi, walau pun sambil berdesakan dengan pengunjung yang lain. Banyak betul buku-buku baru, sampai saya pusing harus ambil yang mana, mau ngeborong tidak enak hati, nanti seperti pemborosan kesannya. Lagi pula duit bukan buat beli buku saja, masih ada pos-pos lain yang memerlukan suntikan dana : macam makan-makan dan bayar kostan. Lalu saya datangi satu stand yang menggelar jualannya lesehan alias tidak pake rak, macam orang jual gudeg. Dan bertemulah saya dengan buku itu.
The Hidden Face of Iran adalah catatan perjalanan sebuah keluarga warga Amerika ke jantung kota Iran. Pastilah buku ini terjemahan, karena saya tidak sanggup kalau isinya berbahasa Inggris, payah betul soalnya. Judul aslinya adalah "Searching for Hassan; a journey to the heart of Iran". Saya tidak mau meresensi isinya, karena saya tidak bisa. Tapi isinya lumayan rame, sampai saya sudah khatam dua kali, dan kerap mengutip kata-kata dari buku ini. Sampai seorang kawan sempat berucap : "dasar kau plagiat !!". [ ]
No comments:
Post a Comment