Buku
ini hilang. Kehilangan buku adalah salah satu seni dalam usaha belajar
mencintai tulisan. Jadi tak perlulah kau menangisi buku-buku yang hilang
itu, bukankah kau awalnya tidak punya apa-apa?. Tapi memang harus
diakui, bahwa orang yang memperlakukan buku dengan tidak
bertanggungjawab, bukanlah orang yang nyaman untuk diajak berkawan.
Tapi, sikap apa yang lebih baik selain mema’afkan?. Kawan adalah nutrisi
abadi, yang kalau dijadikan permen, maka akan saya habiskan sedikit
demi sedikit, biar tidak cepat hilang.
Di
majalah Tarbawi, di halaman paling belakang, ada rubrik yang bernama
Thumuhat (Gelora) yang diisi oleh tulisan-tulisan Anis Matta. Dari
kumpulan kolom ini, kini sudah terbit dua buku : “Mencari Pahlawan
Indonesia” dan “Serial Cinta”, saya sedang membicarakan yang pertama.
Serial kepahlawanan yang kemudian dibukukan ini, sudah lama saya incar,
sebab banyak sekali edisi yang saya tidak mengikutinya alias
ketinggalan. Maka bergiatlah saya ke toko buku, tapi hasilnya nihil.
Sampai akhirnya sebuah poster memberitahu : Pameran Buku Bandung di
Jalan Braga.
Mencari buku itu,
benar-benar seperti mencari pahlawan Indonesia masa kini : cukup susah.
Mungkin jalur distribusinya kurang kuat, makanya bisa begitu. Secara
fisik, ukuran bukunya kecil, sehingga harganya pun tidak begitu tinggi,
kalau gak salah, harganya 25 ribu. Tidak lebih dari satu hari, buku itu
habis saya baca. Lalu disimpan di lemari excel, lalu kamar kostan di
Ciwaruga diserang oleh banyak betul mahasiswa : seremonial ngopi,
ngerokok, nonton, game, baca buku, nyontek tugas, main gitar,
nyanyi-nyanyi, dan buang abu rokok ke atap sebuah sekolah dasar. Dan
hilanglah buku itu entah ke mana.
Tapi
saya masih ingat : kumpulan tulisan Anis Matta itu seperti menyodorkan
sebuah proposal, bahwa tugas kita bukan hanya sebagai penonton sejarah,
tapi juga harus sebagai pelaku sejarah. Mencari pahlawan sesungguhnya
pencarian ke dalam diri sendiri. Watak dan karakter seorang pahlawan
bukanlah sebuah mimpi yang menggantung di langit tinggi, tapi
pembangunan kesadaran di semesta diri. Dengan bahasa yang padat dan
pilihan kata yang bagus, buku ini bisa menjadi sumbu, sebagai awal
sebelum ledakan.
Apakah kau pantas menjadi pah(a)la-wan?. [ ]
No comments:
Post a Comment