Haruki
Murakami penulisnya, dari namanya pasti sudah ketahuan dia orang mana.
Saya beli tanggal 1 Mei 2006, sehari sebelum meluncur ke Cengkareng,
sehari sebelum bekerja sebagai jongos. Bandung dingin dan berkabut, di
jalan Wastukencana saya menenteng buku bersampul putih itu, menunggu
angkot Kalapa-Ledeng.
Tadi
siang saya sudah pamitan pada kawan-kawan di Sarijadi. Pada kawan-kawan
yang masih menganggur, menunggu rahmat kerja di balik tumpukan koran
hari sabtu dan rokok yang jarang terbeli sebungkus. Tapi
keberangkatannya diundur, kehabisan mobil katanya. Perusahaan travel
laku keras, satu kursi pun tidak tersisa buat calon jongosnya pergi ke
bandara.
Angkot datang, saya duduk di
bangku paling pojok. Mobil masih kosong, masih harus menunggu, agar
setoran dapat terkejar. Tapi para mahasiswa sering banyak yang
menggerutu kalau angkot berlama-lama, takut kesiangan katanya, padahal
di kampus pun jarang ada dosen. Calo teriak-teriak bikin perhatian agar
calon penumpang mendengar, nanti dia bakal dikasih uang recehan sama pak
sopir, buat beli rokok, upah dari suaranya itu. Sambil berlama-lama
menunggu penuh, saya buka buku Norwegian Wood.
Cerita
dimulai dengan orang yang melamun di kursi pesawat, ketika hampir
landing di Jerman. Sesekali diganggu pramugari yang bertanya dan
menawarkan ini-itu, sehingga membuyarkan lamunan si penumpang. Kondisi
bandara yang berkabut digambarkan dengan baik, lalu terdengar lagu The
Beatles, mengingatkan kembali penumpang itu pada masalalunya waktu
kuliah di Jepang, dan pernik kehidupan lain yang pernah ia lalui.
Kemudian cerita bergulir ke belakang.
Harus
sabar membaca novel ini, sebab Murakami menulisnya dengan tempo lambat
dan terkesan tidak mau loncat-loncat untuk mengakhiri cerita.
Orang-orang yang nafas membacanya pendek, mungkin akan cepat dihampiri
bosan, atau mata yang tiba-tiba berat disergap ngantuk. Jadi harus
latihan “pernafasan” dulu. Saya baru membaca setengah, sebab sehari
setelah itu saya menjadi jongos yang sibuk : dikuasai oleh banyak betul
pekerjaan dan para konsumen travel yang sumbu kesabarannya sangat
pendek. [ ]
No comments:
Post a Comment