Beberapa
komikus Indonesia akan ikut hadir di gelaran Frankfurt Book Fair 2015, salah
satunya ialah Sheila Rooswitha Putri. Ia termasuk komikus yang cukup produktif
dalam berkarya. Bersama Tita Larasati—di Frankfurt nanti, Sheila adalah
perwakilan komikus perempuan Indonesia yang jumlahnya tidak terlampau banyak.
Lala,
begitu ia biasa dipanggil, pada tahun 2009 melahirkan buku “Cerita si Lala”.
Karyanya ini adalah graphic diary yang disajikan dengan gambar yang detail dan
cerita yang menggelitik. Diangkat dari kisah sehari-hari, karya Lala begitu
hidup. Beberapa pembaca menilai “Cerita si Lala” hampir menyerupai film animasi
karena gambarnya begitu dinamis.
Trinity—penulis buku best seller “The Naked Traveler”
mengatakan, “Graphic diary ‘Cerita si Lala’ cute banget! Paduan cerita yang
simpel dan gambar yang sangat detail membuat graphic diary ini menyenangkan
untuk dibaca, seperti menikmati album foto sambil diceritakan langsung dari
mulut Lala. Kalau tulisan perjalanan saya bisa dituangkan ke dalam gambar, saya
tahu yang saya mau. Tulisan saya harus digambar oleh Lala, karena dialah yang
terbaik!” Hal
ini kemudian terwujud di tahun 2010 ketika Trinity dan Erastiany menulis buku
“Duo Hippo Dinamis : Tersesat di Byzantium”. Buku ini berbentuk graphic
travelogue, dan gambar-gambarnya digarap oleh Lala.
Ketika
diwawancara oleh Riesma Pawesri, Lala menjelaskan, “Membuat komik adalah
semacam terapi untuk saya. Saya bisa mengkespresikan perasaan dalam cerita
komik. Itu juga sebabnya mengapa saya fokus membuat komik tentang kehidupan
saya dan keluarga sehari-hari atau sering disebut graphic diary. Dengan graphic diary, saya berbagi
kepada pembaca suka-duka mengasuh anak-anak, kejadian-kejadian lucu yang
berkesan dan yang lebih menarik lagi adalah karena hal-hal tersebut nyambung
juga dengan kehidupan pembaca karya saya. Riang, hangat dan kekeluargaan, adalah
ciri khas karya saya.”
Beng Rahadian—komikus yang sekaligus Kepala Sekolah Komik di “Akademi
samali”, mengatakan bahwa “Cerita si Lala” adalah “bentuk curhat paling ideal
bagi seorang komikus, yang tidak hanya menggambar dengan tangan, mata, dan
memori, tapi dengan hati yang penuh cinta dan rasa syukur.”
Selain dua buku tersebut, Lala pun telah melahirkan beberapa
karya lain. Tahun 2009, ia ikut dalam buku “Antologi Tujuh”, sebuah karya yang
terispirasi dari Scott McCloud dengan konsep 24 Hour Comics, yaitu membuat satu halaman serita bergambar dalam
satu jam selama 24 jam berutut-turut. Dengan mengadopsi konsep ini, “Antologi
Tujuh”--yang Lala ikut terlibat di dalamnya, menyajikan karya dari para
kontributor yang membuat satu halaman cerita bergambar dalam satu hari, dan
dikerjakan selama tujuh hari berurut-turut.
Sedangkan
di tahun 2012, Lala membuat dua volume buku yang berjudul “Komikriuk 1” dan
“Komikriuk 2”. Kedua karya ini bercerita tentang hal-hal ringan yang kerap
hadir di keseharian, misalnya etika nonton di bioskop dan seputar gosip para
artis yang kerap muncul di televisi.
Pada
tahun 2014, bersama Muhammad “Mice” Misrad dan Haryadhi, Lala membuat buku “Mengintip
Metropolitan”. Karya ini menceritakan perilaku warga Jakarta lengkap dengan segala
keunikan dan kekonyolannya, dilihat dari sudut pandang tiga orang kartunis.
“Mengintip Metropolitan” melengkapi karya-karya serupa yang sebelumnya telah
dibuat oleh para kartunis yang lain. Dan di tahun 2015, Lala membuat “Urban
Sketch Story”. Selain itu, masih di tahun yang sama--bersama Erastiany Asikin
yang berposisi selaku penulis, mereka membuat “Laut Milik Semua”, dan Lala
sebagai ilustratornya.
Terkait
kerja-kerja kreatifnya sebagai seorang komikus dan illustrator, Lala
sendiri--pada sebuah wawancara dengan areamagz.com, mengatakan, “Hidup
saya adalah menggambar. Sejak kecil, walau dimarahi guru, saya selalu
menggambar. Saat kesal, senang, jatuh cinta, saya ungkapkan dengan menggamabar.
Bahkan, teman-teman saya menyebut saya ‘Lala si Tukang Gambar’. Kini, saya
mengerjakan yang saya sukai, mendapat apresiasi dari pembaca, dan
mendapat bayaran. I am living my dream!”, begitu ungkapnya.
Di
Frankfurt Book Fair 2015 yang sebentar lagi akan segera digelar, karya-karya
Lala akan dipamerkan bersama karya para komikus Indonesia lainnya. Inilah
talenta besar salah seorang komikus perempuan Indonesia, yang karyanya layak untuk
dihadirkan dan diapresiasi secara luas di hadapan publik dunia, untuk
meneguhkan bahwa potensi Indonesia—khususnya di bidang komik, mampu bersaing di
kancah internasional. [irf]
PS : Tak sempat naik :)
No comments:
Post a Comment