Seperti boomerang. Buku-buku dan beberapa majalah yang saya
selamatkan dari debu dengan dibereskan ke dalam tiga buah box plastik ternyata
membuat saya susah mengaksesnya. Tujuh September kemarin, ketika orang-orang
banyak yang memakai baju hitam demi memperingati wafatnya aktifis HAM; Munir,
saya mencoba melawan lupa dengan menyusun sebuah tulisan di kepala. Tapi waktu
akan memindahkannya ke dalam Ms. Word, saya membutuhkan buku kumpulan puisi
Wiji Thukul, dan itu tadi, dia tersekap dalam box plastik, entah yang mana.
Sekarang pun begitu, saya butuh buku kumpulan cerpen Agus Noor dan Djenar Maesa
Ayu, tapi boomerang itu menghantam lagi. Sudahlah, akhirnya saya memulainya
dengan membakar cigarette dan mulai menulis.
The Beatles menemani dengan pelan. Terkadang saya sangat
suka lagu Obladi Oblada. Satu halaman ditutup, satu halaman dibuka. Seperti
membaca buku, sebuah definisi sederhana tentang hidup. Baru-baru saya tertarik
dengan komunitas pecinta sejarah, tapi kemudian sadar, saya hanya akan sering
mempelajari masalalu, dan saya tidak membutuhkannya saat ini. Orang-orang
berlesatan mengejar mimpi dan menikmati hidup, maka terkurung dalam kotak
persegi dan membaca buku seharian bukanlah ide yang bagus. Sisi sosial harus
keluar dari persembunyian, atau pergi ke pantai barangkali ide yang bagus,
mencium aroma laut sambil mencari bulubabi terdengar sangat menyenangkan.
Ketika tukang cukur itu selesai dengan kerjanya, saya pakai
lagi kacamata dan mendapati potongan rambut seperti seorang tentara Rusia. Rapi
beraroma militer. Menjengkelkan memang, tapi ini bukan tukang cukur mahal, jadi
sebaiknya saya mengistirahatkan segala protes. Sambil membaca koran minggu,
segelas susu coklat masih panas. Terdengar manis memang, tapi kenyataannya saya
sedang mengurangi kopi. Kadang-kadang orang tidak mau dinilai so sweet, maka
dicarilah alasan agar ada kesan rebel sedikit. Ketika jenuh mencapai titik
didih, kerja seolah-olah bukan rahmat lagi, tapi tekanan yang sangat perih.
Barangkali bagi oranglain, ini akan mudah saja melewatinya.
Tapi saya sampai harus ditemani The Panasdalam demi mencapai difusi. Inipun
belum sepenuhnya tercapai. [ ]
No comments:
Post a Comment