Di depan sebuah showroom motor Jepang, tidak jauh dari Rumah Sakit
Islam, sore itu, hujan menghentikan langkah setiap orang untuk terpaksa
berlindung dalam dekapan halte. Maghrib telah menganga di depan, dan
gelap perlahan merayap. Setiap kepala yang terjebak, semuanya memiliki
tatapan kosong, entah di mana pikirannya. Barangkali ada yang telah
sampai di rumah, di sambut secangkir kopi panas dan penganan
alakadarnya. Atau mungkin ada yang tengah memikirkan dan gelisah tentang
gerhana yang terjadi pada hubungan persahabatan, keluarga, atau relasi
entah apa. Atau barangkali ada juga yang tengah tersangkut di masalalu,
dalam kenangan melankolik dan sendu, tentang cinta yang telah begitu
kurangajar memperdaya kepribadian. Dan mungkin ada juga yang mereka-reka
masadepan, penuh misteri, tentang keluarga yang manis dan penuh
simpati.
Cahaya yang berpendaran dari mobil dan lampu
jalan, terkesan buram diiris arsiran hujan. Gelap mulai berkuasa dan
panggilan kemenangan mulai terdengar dari pengeras suara. Tiba-tiba
tercium aroma tembakau, sepasang jari sedang bermesraan dengan tuhan
9cm. Batuk dari tadi pagi berhasil menghilangkan selera untuk menikmati
cigarette. Ada sedikit cemas yang bersembunyi entah di mana, tentang
ketakutan akan harapan premature yang kapan saja bisa hancur berantakan.
Suara kondektur tenggelam ditelan deras dan gemuruh petir. Tampias
telah membasahi tas, baju, dan sepatu yang bocor di pinggirnya. Ini
sebuah titik, sebuah jeda waktu untuk siapa saja yang mau meluangkan
waktunya untuk melankolik, setelah seharian menukar delapan atau
sembilan jam dengan rahmat kerja.
Dari apa sesungguhnya
hidup ditegakkan?. Apakah dari rangkaian kekalahan dan kompromi?. Apakah
dari berlembar-lembar kenangan yang masih hangat ataupun telah usang?.
Apakah dari tsunami kata-kata yang pedas dan deras?. Apakah dari
kompetisi mengumpulkan pundi-pundi?. Ataukah dari minat yang
bergelombang dan tidak bisa dibendung?. Ataukah dari kesadaran
transenden yang sesekali hidup dan sesekali mati?. Pada akhirnya manusia
tidak kembali kepada manusia, melainkan kepada Tuhan.
Ketika hujan mulai reda, orang-orang mulai berani menerobos. Dan saya baru teringat : belum sholat maghrib!!. [ ]
itp
No comments:
Post a Comment