Bahwa akan sangat menyenangkan mempunyai ruangan yang penuh dengan
buku-buku berdiksi tegangan tinggi, atau yang bertutur dengan sepenuh
gairah dan memesona. Mungkin akan datang sore itu, sore yang basah
setelah hujan, di ruangan itu duduk di kursi setengah goyang,
pemandangan lurus ke kebun tetangga, dan mulai menikmati mantra
Sapardi. Atau di sebuah siang yang teduh terlindungi rimbun pohon
rambutan, memakai kaos singlet, menakar kopi hitam dalam komposisi
hampir sempurna, membakar kretek legendaris, dan mulai tenggelam dalam
sejarah yang dituturkan oleh Pram.
Bisa jadi kalau malam hari datang,
giliran Muhidin yang sowan ke ruangan, kampanye tak berujung, buku di
atas buku, catatan di atas catatan, kronik di atas kronik, dan
tiba-tiba mukanya seperti segelombol alphabet. Dee lain lagi,
tuturannya selalu bening dan memercik ke dalam, dia pasti akan
menegurmu yang membiarkan plastik berserakan di ruangan, lalu dia menuju
kumpulan buku fisika, kimia, biologi, astronomi dan mulai membuat
cerita (lagi). Apa kabar Andrea?, sudahkan kau sekarang berada di kaki
gunung Himalaya?, bermukim di atap dunia dengan pikiran-pikiranmu yang
kadang-kadang sulit aku duga.
Selamat malam Gie, apakah kau ingin turun
lagi ke jalan Salemba, Rawamangun, Senen, dan Harmoni?, apakah kau
masih mempunyai semangat untuk membongkar istana?, atau kau hanya ingin
kembali lagi ke Pangrango dan bermesraan dengan Mandalawangi?. Dan kau
Bung Anwar, apa kabar kau di Karet?, masih terdengarkah derai-derai
cemara dari tempatmu yang sekarang?, apakah kau kadang-kadang merasa
rindu untuk pergi jalan-jalan ke sebuah daerah di antara
Krawang-Bekasi?. Tak usah keluar Thukul, diam saja di persemayamanmu,
hilangmu adalah juga sejarah, berkabar dalam pertempuran kata-kata dan
moncong senjata. Ya, walaupun begitu, memang tidak mudah untuk
menjelaskan RBB itu apa?? [ ]
No comments:
Post a Comment