Apalagi yang ingin kau langkahi selain hari ini, dengan keringat dan air mata yang asin. Jarum jam kusesuaikan kembali dengan waktu permulaan, tak ada yang boleh merebut kemerdekaan selain reaksi kimia yang larut dalam pusaran fitrah. Setiap orang beranjak tua, tapi tidak setiap orang menjadi dewasa. Ah, itu bukan tagline sebuah local wine legendaris yang berjajar di pinggir jalan. Bukan pula iklan cigarette bersaham raksasa. Kusulut lagi candu ini. Aku bukan terdakwa, karena aku tidak akan pernah menyesal mencintai kata-kata. Hanya tumpukan buku yang aku selamatkan ruhnya, selain itu semuanya terlalu fana. Benda-benda yang kuhanguskan berubah menjadi asteroid yang membedaki langit utara. Apa kabar meja?. Bunyi tik-tak tik-tak jari masih saja terdengar, sambil menghisap KKK, menunggu rintik hujan dan ledakan bahasa. Dari balik jendela kulihat lagi udara lembab yang mengambang, awan kelabu membawa kabar kebenaran sederhana. Masadepan tidak akan pernah aku injak, hanya derap kaki yang terus-menerus menelan hari. Kusambung dengan air bening dari telaga terdalam, tapi burung nazar tidak akan pernah berhenti mengintai bangkai. Gerak angin yang menyayat seperti menawarkan bendera putih, kutuntun dengan diam, solilokui, dan aksara yang rapuh. Dan aku terhisap. [ ]
No comments:
Post a Comment