Maka baiklah, nanti malam aku akan mengambil air, mengetuk pintu, dan tertidur. Aku yakin ini tidak cukup satu kali. Kontrak seumur hidup bukan sistem outsourcing. Ini bangunan yang harus mengabadi, bukan permainan bongkar-pasang anak-anak ingusan, kecuali sayap maut telah datang menjemput. Aku mengetuk pintu dengan akal sehat dan hati yang dipersiapkan, maka aku tidak akan menggugat apa pun hasilnya. Aku memang hanya noktah, tapi ego begitu menjajah. Menuju detik-detik hilal, menuju derap usia yang semakin tua, dan aku berdiri simpang itu. [ ]
1 comment:
kontrak seumur hidup ceng... iraha tah?
Post a Comment